Kebijakan Tarif Trump
Artikel telah ditinjau oleh: Stock Market Analyst RK Team   

Dalam beberapa hari terakhir kondisi global tengah diriuhkan oleh kebijakan tarif Trump yang dilakukan secara resiprokal terhadap sejumlah Negara. Termasuk dengan Indonesia yang akan mengalami kenaikan tarif impor. Imbas negatifnya pun cukup terasa, di mana prospek ekonomi domestik sekarang ini cenderung tertekan dan tidak pasti. Lantas apakah kebijakan tarif impor yang baru ini merupakan bentuk proteksi Trump? Atau sebaliknya dapat memicu polemik global?

 

Kebijakan Tarif Trump yang Terbaru

Tercatat pada 2 April 2025, Donald Trump – yang merupakan Presiden Amerika Serikat (AS) mengumumkan keputusan tarif impor yang terbaru kepada banyak Negara. Dalam pidatonya, Trump mulai menerapkan kenaikan tarif import sebesar 25% terhadap berbagai produk yang akan masuk ke AS.Adapun kebijakan tarif Trump ini mencakup barang-barang elektronik, kendaraan, suku cadang, sepatu, pakaian, makanan, kopi, hingga minuman keras. Hanya saja untuk barang farmasi, mineral penting, semikonduktor, dan lain-lainnya tidak termasuk yang dikenakan reciprocal tariffs.

Adapun jika dirinci, sebenarnya pengenaan tarif impor yang terbaru ini sangat variatif. Lantaran tarif yang dikenakan AS akan dimulai dari besaran 10% dan bisa mengalami peningkatan lebih tinggi pada beberapa Negara tertentu. Di bawah ini adalah screenshot rincian tarif impor terbaru pada banyak Negara:

Daftar Negara yang dikenakan Tarif Impor Baru AS. Source: gedungputih

Terlihat untuk kolom pertama, berisikan daftar Negara yang dibebankan kenaikan tarif impor AS. Lalu pada kolom kedua, adalah rincian tarif yang diberikan oleh Negara-negara lain terhadap barang-barang masuk dari AS. Kemudian pada kolom ketiga, merupakan rincian tarif balasan yang diberikan AS baru-baru ini kepada banyak Negara tersebut.

 

Kebijakan Tarif Trump: Bentuk Reciprocal Tariffs!

Memperhatikan kebijakan tarif Trump kali ini, wajar jika disebut sebagai reciprocal tariffs atau ‘tarif timbal balik’. Mengingat kebijakan tarif juga termasuk ke dalam salah satu program yang akan dilancarkan Trump di tahun 2025 ini, terutamanya yang berkaitan dengan keadilan tarif impor. Lantaran selama ini Negara-negara yang menjadi mitra dagangnya, sudah mengenakan tarif impor yang sangat tinggi terhadap barang-barang dari AS. Padahal AS sendiri justru memberikan tarif impor yang jauh lebih rendah untuk Negara-negara tersebut.

Dan dengan adanya kebijakan tarif Trump yang bersifat reciprocal tariffs. Diharapkan dapat mewujudkan sistem perdagangan internasional dengan tarif yang lebih adil berdasarkan perspektif AS. Terlebih lagi, Trump berambisi untuk memberlakukan kebijakan perdagangan yang terproteksi. Tujuannya untuk melindungi dan mendukung pertumbuhan industri manufaktur domestik AS dari serbuan barang impor. Dengan begitu, daya saing seluruh produk AS akan semakin meningkat. Tentunya langkah Trump kali ini sangat relevan dengan prinsip yang dipegangnya, yakni ‘America First.’ Trump juga mengungkapkan, uang hasil dari kenaikan tarif impor akan digunakan untuk membantu Pemerintahannya, dalam membayar pajak dan utang nasional.

Tindakan Trump ini, juga tercermin dari ungkapan Trump, dalam akun Instagram Gedung Putih @whitehouse di 3 April 2025: “Our country and its taxpayers have been ripped off for fifty years, but it’s not going to happen anymore / Negara kami dan para pembayar pajak telah ditipu selama 50 tahun, tapi hal tersebut tidak akan terjadi lagi,” ujar Trump – melansir kutipan tempo.co.

 

 

Jadi, Apa itu Reciprocal Tariffs?

Reciprocal tariffs, istilah yang merujuk pada kebijakan tarif timbal balik. Kondisi ini terjadi, ketika sebuah Negara memberlakukan tarif impor yang nilainya setara atau bahkan sebanding, terhadap tarif yang sudah lebih dulu dikenakan oleh Negara lainnya, atas barang-barangnya. Reciprocal tariffs bisa dikatakan sebagai strategi perdagangan yang bertujuan untuk menciptakan keseimbangan kebijakan tarif antar Negara.

Melansir informasi USA Today, kebijakan tarif Trump ini ialah untuk bisa memperbaiki ketidakseimbangan tarif perdagangan. Sehingga AS memberlakukan tarif baru yang lebih tinggi. Dan yang terjadi saat ini, Trump dinilai sedang memberikan balasan pada musuh-musuh AS, yang memberikan tarif mahal atas barang-barang ekspornya.

 

The Fed AS Menentang!

Di tengah optimisme Trump pada pengenaan kenaikan tarif impor pada banyak Negara. Rupanya, tidak seluruh pihak yang ada di dalam internal AS serta merta setuju pada kebijakan tarif yang baru. Sebut saja salah satunya, The Federal Reserve (The Fed) yang merupakan bank sentral AS. Di mana beberapa petinggi The Fed sudah mengultimatum Trump, akan adanya potensi inflasi sejalan diterapkannya Reciprocal tariffs.

Selain itu, sebagian besar warga AS juga tidak setuju dengan Trump. Ini tercermin dari turunnya level Indeks Kepercayaan Konsumen AS, terhadap prospek ekonomi AS ke depan. Tercatat Indeks Kepercayaan Konsumen bulan Maret 2025 turun di level 57.0, yang diikuti oleh kekhawatiran memburuknya ekonomi AS dan bisnis, melonjaknya pengangguran maupun inflasi. Berikut gambarannya: 

Historical IKK AS. Source: tradingeconomics

Terlepas dari itu, The Fed sendiri memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi AS berpotensi mengalami perlambatan di tahun ini. Diperkirakan PDB AS akan tumbuh 1.7% di sepanjang tahun 2025, diikuti dengan perkiraan inflasi inti yang naik ke 2.8%, imbas adanya kebijakan tarif Trump.

Penentangan lain juga datang dari Jamie Dimon – selaku CEO raksasa Bank Amerika Serikat (AS) JPMorgan Chase, yang mengeluarkan pendapatnya pada 7 April 2025. Ia mengungkapkan bahwa kebijakan tarif yang terbaru ini berpotensi membuat harga barang domestik maupun impor semakin mahal, yang pada gilirannya membebani perekonomian AS.

Lebih dari itu, Trump juga menuai banyak kecaman atas penerapan tarif impor secara global. Sebagian besar Negara menilai keputusan Trump kali ini hanya akan menimbulkan berbagai polemik dunia. Namun sebagian lagi memutuskan untuk membalas AS dalam bentuk yang berbeda. Misalnya seperti:

  • China mengenakan tarif impor 34% untuk barang masuk dari AS

Komisi Tarif Dewan Kemenkeu China, mengungkapkan bahwa kebijakan tarif yang dibuat Trump tidak sejalan dengan peraturan perdagangan internasional. Hal ini membuat China kembali membalas AS dengan tarif 34% yang berlaku pada seluruh jenis barang AS.

  • Uni Eropa targetkan serangan pada layanan daring milik AS

Uni Eropa juga bereaksi dengan mempersiapkan balasan melalui dua tahap. Pada tahap pertama, Uni Eropa akan membahas mengenai alumunium dan baja. Dan pada tahap kedua, Uni Eropa akan menargetkan seluruh produk maupun layanan daring milik AS, yang sebelumnya lolos pajak, nantinya bisa saja terkena pajak. Uni Eropa juga tidak menutup kemungkinan, bahwa pihaknya akan memberlakukan bea masuk barang dari AS, termasuk sepeda motor, bourbon, dan wiski sekitar 50%.

  • Kanada balas AS melalui Sektor Otomotif

Mark Carney – Perdana Menteri Kanada, juga bersiap mengenakan tarif 25% terhadap impor kendaraan dari AS. Bahkan Kanada juga menambahkan barang seperti komputer maupun peralatan olahraga ke daftar tarif.

 

Subscribe Monthly Investing Plan terbaru dapatkan Portfolio Update, ikuti Meet The Company, dan Live Discussion! Buruan!

 

Kesimpulan

Kebijakan tarif Trump yang terbaru ini, berlaku secara menyeluruh terhadap banyak Negara yang ada di dunia. Indonesia, termasuk ke dalam daftar Negara yang dikenakan tarif impor sebesar 32%. Padahal Indonesia sendiri adalah mitra dagang AS yang sudah sangat lama bekerja sama. Sejak tercapainya hubungan diplomatik antar keduanya pada 30 Desember 1949 silam. Bahkan AS merupakan mitra dagang terbesar kedua bagi Indonesia, setelah China. Faktanya hal tersebut, tidak cukup kuat membuat Indonesia terhindar dari kebijakan tarif Trump yang terbaru sekarang ini.

Berdasarkan laman website resmi Kementerian Perdagangan RI, AS merupakan kontributor surplus perdagangan nonmigas terbesar tahun 2024. Tercatat angka surplus perdagangan Indonesia ke AS mencapai USD16.08 miliar, dari total surplus perdagangan nonmigas tahun 2024 yang sebesar USD31.04 miliar. Adapun jenis ekspor nonmigas Indonesia ke AS seperti peralatan listrik, alas kaki, garmen, hingga minyak nabati. Baru kemudian diikuti oleh diikuti India USD15.39 miliar, Filipina USD8.85 miliar, Malaysia USD4.13 miliar, dan juga Jepang USD 3.71 miliar.

Sementara dari data jumlah ekspor Indonesia yang berdasarkan Negara tujuan. Kontribusi ekspor Indonesia ke AS sepanjang 2024 kemarin mencapai 9.94%, yang berarti sudah hampir 10% nya dari total ekspor…

RK Team Research. Source: Badan Pusat Statistik

Tentu dengan berlakunya kebijakan tarif impor yang baru dari AS ini, akan sangat memukul kinerja ekspor Indonesia ke AS. Sehingga kondisi ini memang membutuhkan tindak lanjut segera dari Pemerintah Indonesia, di mana upaya dilakukan melalui negosiasi.

Source: googlesearch

Kembali pada pertanyaan, apakah kebijakan tarif impor ini adalah bentuk proteksi Trump? Atau sebaliknya memicu polemik global? Jawabannya, keputusan Trump ini ibarat pisau bermata dua. Dengan prinsip America First, Trump ingin menciptakan penerapan tarif dagang yang adil. Namun di lain sisi, justru menimbulkan berbagai polemik global bagi Negara-negara yang dikenakan tarif impor baru. Seperti halnya bagi Negara berkembang yang perekonomiannya masih sangat bergantung pada pertumbuhan perdagangan bebas. Bahkan Trump sendiri cenderung abai terhadap kondisi ekonomi AS, seperti yang diungkap oleh The Fed.

Lantas apakah situasi ini menjadi peluang atau ancaman bagi Indonesia?***

 

###

 

DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!

 

Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

reCaptcha v3
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *