Daftar Isi
Artikel telah ditinjau oleh: Stock Market Analyst RK Team
Sebentar lagi implementasi B40 dimulai awal 2025, bahan bakar dengan menggunakan campuran 40% olahan minyak kelapa sawit (CPO) dan 60% solar ini telah mengalami peningkatan dari yang saat ini B35. Implementasi bahan bakar biodiesel tersebut merupakan bagian dari rencana strategis Pemerintah terhadap kebijakan energi yang berkelanjutan. Sekaligus meningkatkan value added CPO dan mendongkrak ekonomi lokal. Lantas apakah dengan diterapkannya B40, emiten CPO akan menuai cuan tahun depan?
Implementasi B40 Dimulai Awal 2025
B40 merupakan bahan bakar berjenis biodiesel, yang memanfaatkan campuran 40% biodiesel atau minyak nabati (Crude Palm Oil/CPO) dan 60% solar. Dengan rincian komposisi:
- 40% biodiesel, yang terbuat dari bahan minyak nabati, yakni Fatty Acid Methyl Ester atau FAME yang diolah dari CPO.
- 60% solar, yang terbuat dari bahan bakar fosil.
Dengan beberapa keunggulan B40, seperti:
- Sifatnya yang lebih ramah lingkungan, karena menghasilkan emisi karbon lebih rendah daripada bahan bakar fosil.
- Sumber energi terbarukan, biodiesel yang berasal dari bahan nabati merupakan sumber yang dapat diperbarui.
- Mendongkrak pertumbuhan ekonomi lokal, dengan terciptanya B40 maka akan menjadi value added bagi sektor CPO yang pada gilirannya membuka lapangan pekerjaan baru.
[Baca lagi: Program B35 Segera Dilakukan pada Akhir Juli, Angin Segar Lagi untuk Emiten CPO!]
Implementasi B40 Sudah Melalui Masa Uji Coba
Jauh sebelum B40 diterapkan, Indonesia sendiri saat ini telah lebih dulu mengimplementasikan bahan bakar biodiesel dalam beberapa level mulai dari B20, B30, dan B35. Menariknya di waktu yang bersamaan, Pemerintah juga telah mempersiapkan implementasi B40 melalui masa uji coba, seperti:
Kepastian tingkat produksi
Bahkan dalam prosesnya, Eniya Listiani Dewi – selaku Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM, telah memastikan kepada berbagai produsen sawit nasional mengenai kemampuan jumlah produksi. Sebagai informasi saja, agar implementasi B40 dapat berjalan lancar Kementerian ESDM telah mematok target produksi biodiesel sebesar 15.62 juta kiloliter (kL) di tahun 2025 nanti. Target itu telah meningkat 16.48% dari produksi biodiesel B35 yang berjalan di tahun ini sebesar 13.41 juta kL. Dengan mengandalkan kapasitas pabrik eksisting yang saat ini utilisasinya sekitar 81%.
Uji Teknis Mesin
Penggunaan B40 juga telah didorong uji teknis pada berbagai macam jenis mesin kendaraan sejak tahun 2023 yang lalu. Uji coba implementasi B40 dilakukan pada sektor otomotif dan juga non-otomotif.
Pada sektor otomotif, mencakup kendaraan roda empat dan roda dua. Sedangkan pada sektor non-otomotif dilakukan pada mesin kereta api, peralatan dan mesin pertanian, genset, kapal, termasuk sejenis alat berat sektor pertambangan. Seluruh rangkaian percobaan implementasi B40 menunjukkan hasil yang baik dan layak pakai.
[Baca lagi: Uji Coba Program B40 Resmi Dilaksanakan, Angin Segar Sektor CPO?]
Emiten CPO Bisa Petik Cuan?
Dengan semakin deketnya masa implementasi B40 dimulai awal 2025 nanti, emiten di sektor CPO tentu menjadi yang paling diuntungkan. Lantaran emiten CPO ini diperhitungkan akan mendapatkan kenaikan permintaan yang lebih tinggi, dibandingkan pada masa implementasi B35 saat ini.
Berdasarkan pada data yang dihimpun oleh Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), pada masa implementasi B35 jumlah CPO yang dibutuhkan dalam per tahun sebesar 12 juta ton. Dengan keputusan Kementerian ESDM, bahwa kuota penyaluran biodiesel untuk kebutuhan B35 adalah sebanyak 13.41 juta kiloliter untuk sepanjang tahun 2024. Maka dengan implementasi B40 dimulai awal 2025, tentu akan semakin meningkatkan permintaan CPO dari para produsen.
Terlebih lagi, dalam kurun waktu satu terakhir terhitung sejak awal 2024 harga CPO ini terus mengalami peningkatan ke harga yang lebih tinggi. Bahkan untuk harga CPO di Bursa Malaysia pada 11 November 2024 kemarin, untuk kontrak pengiriman Januari sempat menyentuh level tertinggi di MYR 5.195 per ton. Lonjakan harga CPO belakangan tersebut, dipicu oleh permasalahan pasokan. Untuk diketahui Malaysian Palm Oil Board (MPOB) mengungkapkan, bahwa cadangan CPO pada Oktober turun ke level terendah dalam 7 bulan terakhir. Ditambah lagi dengan permintaan industri biofuel yang terus meningkat, sedangkan produktivitas CPO untuk di Indonesia dan Malaysia mengalami penurunan. Alhasil harga CPO terus melonjak, seperti terlihat pada grafik di bawah:
Historical harga CPO sejak awal tahun 2024. Source: tradingeconomics.com
Meskipun ketika artikel ini ditulis harga CPO sudah mengalami penurunan ke level MYR 4.646 per ton, ditengah perdagangan yang sepi menjelang akhir tahun 2024. Ditambah dengan kekhawatiran para pedagang terhadap data PMI Tiongkok atas pemilihan ekonomi yang belum merata. Disusul dengan turunnya pembelian CPO pada bulan November 2024 oleh India, sejalan dengan keputusan Otoritas yang memperpanjang diberhentikannya perdagangan derivative komoditas pertanian.
[Baca lagi: Harga CPO Mencapai Level Tertinggi, Waktunya Akumulasi Saham CPO?]
Berkenaan dengan harga CPO yang berada dalam tren positif sepanjang tahun 2024, tentu menjadi cuan tersendiri bagi emiten di sektor CPO ini. Ditambah lagi dengan semakin deketnya masa implementasi B40 dimulai awal 2025 nanti. Tentu emiten-emiten CPO akan memperoleh dampak positifnya, sebut saja beberapa di antaranya:
PT Astra Agro Lestasi Tbk – AALI
AALI adalah salah satu produsen CPO terbesar di Indonesia, yang mendukung berjalannya program biodiesel. Hingga per kuartal III-2024, mencatatkan produksi yang terbilang rendah di sepanjang 2024, dengan rincian berikut:
Segmen produksi AALI kuartal III-2024. Source: newsletter investor AALI kuartal III-2024
Meski produksi menurun, namun setidaknya AALI masih dapat mempertahankan Net Profit Marginnya di level 5%, sehingga sama seperti pada akhir tahun 2023 yang lalu:
Historical NPM AALI. Source: Cheat Sheet Kuartal III-2024 by RK Team
PT Triputra Agro Persada Tbk – TAPG
Emiten CPO yang memiliki usia pohon rata-rata 13.5 tahun ini, memiliki peluang produktivitas yang tinggi. Meskipun pada 2024 berjalan, produksi perkebunan berada dalam fase pemilihan usai terdampak El Nino di periode kuartal III-2023 yang lalu. Sehingga berdampak pada kinerja produksinya berikut ini:
Kinerja operasional TAPG kuartal III-2024. Source: Laporan kinerja TAPG kuartal III-2024
Akan tetapi Net Profit Margin TAPG masih dapat bertumbuh positif di kuartal III-2024 di level 26%. Menunjukkan bahwa perusahaan mampu melakukan efisiensi, hingga dapat mencetak laba bersih dari hasil pendapatannya…
Historical NPM TAPG. Source: Cheat Sheet Kuartal III-2024 by RK Team
PT Dharma Satya Nusantara Tbk – DSNG
Emiten CPO lainnya yang berhasil meraup cuan pada kinerja kuartal III-2024 adalah DSNG.
Rincian kinerja produksi DSNG. Source: Laporan kinerja TAPG kuartal III-2024
Tercatat pada kuartal III-2024, laba bersih DSNG naik 71.21% YoY menjadi Rp860.54 miliar, dibandingkan pada kuartal III-2023 yang sebesar Rp502.62 miliar. Dengan segmen bisnis CPO yang masih menjadi kontributor terbesar sekitar 86% terhadap total pendapatan DSNG, rinciannya seperti berikut:
Catatan 41. Informasi segmen produksi DSNG. Source: Laporan kinerja DSNG kuartal III-2024
Kinerja DSNG yang solid di kuartal III-2024 tersebut, tidak lepas dari pengaruh harga pupuk yang turun, sehingga terjadi efisiensi biaya operasional. Ditambah dengan katalis positif dari kenaikan harga jual rata-rata (ASP) dari masing-masing produk: CPO naik 8%, Palm Kernel 28.2%, dan Palm Kernel Oil 22.2% (untuk rinciannya dapat dilihat pada tabel di atas).
PT Tunas Baru Lampung Tbk – TBLA
TBLA juga menjadi salah satu emiten CPO yang menggenjot produksi biodiesel. Pada tahun 2024 ini target produksi biodiesel TBLA adanya 390 ribu kiloliter, tidak mengalami perubahan dari realisasi produksi biodiesel di tahun 2023. Secara historis, produksi biodiesel yang dihasilkan TBLA memproduksi sebanyak 294.545 kL di tahun 2020, 356.635 kL di tahun 2021, dan 337.076 kL di tahun 2022.
Sementara berdasarkan kinerja keuangan kuartal III-2024, TBLA berhasil mencatatkan kenaikan laba bersih 14.97% YoY menjadi Rp500.91 miliar, dibandingkan kuartal III-2023 yang sebesar Rp435.66 miliar. Meski secara porsi pendapatan, CPO bukan lagi menjadi yang terbesar bagi TBLA, melainkan produk pabrikasi dari gula. Namun TBLA masih dapat menjaga pertumbuhan Net Profit Margin di level 4%…
Historical NPM DSNG. Source: Cheat Sheet Kuartal III-2024 by RK Team
PT PP London Sumatra Indonesia Tbk – LSIP
Berikutnya ada LSIP, termasuk emiten CPO yang aktif melakukan peremajaan tanaman kelapa sawit. Pendapatan LSIP di kuartal III-2024 ini sebesar Rp2.92 triliun, sama seperti periode kuartal III-2023. Namun Laba bersih LSIP di kuartal III-2024 naik 75.55% YoY menjadi Rp803.34 miliar, dari laba bersih kuartal III-2023 yang sebesar Rp457.59 miliar. Dengan segmen bisnis CPO masih menjadi yang paling terbesar di antara segmen lainnya, dengan kontribusi mencapai 93.83% YoY, rinciannya berikut ini:
Catatan A. Laba Usaha Segmen LSIP. Source: Laporan Keuangan LSIP kuartal III-2024
Kenaikan laba bersih LSIP ini, membuat Net Profit Margin nya juga tumbuh tebal sekitar 27%, seperti berikut:
Historical NPM LSIP. Source: Cheat Sheet Kuartal III-2024 by RK Team
Dan masih terdapat cukup banyak emiten-emiten CPO lainnya, yang juga memiliki peluang dan prospek yang sama menarik sejalan dengan implementasi B40 dimulai awal 2025 nanti. Sejalan dengan kuota biodiesel yang targetkan naik menjadi sebesar 15.62 juta kiloliter (kL).
Kesimpulan
Dengan terlaksananya implementasi B40 dimulai awal 2025, tentu secara langsung sudah memberikan angin segar bagi prospek bisnis emiten-emiten CPO di tahun depan. Sejalan dengan semakin tingginya permintaan supply CPO untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar biodiesel, seperti B40.
Tidak hanya itu, prospek bisnis emiten CPO juga masih akan diuntungkan dalam masa kepemimpinan Presiden Prabowo. Pasalnya Presiden Indonesia ke – 8 ini juga memiliki target peningkatan campuran biodiesel ke dalam bahan bakar minyak (BBM) sampai level B100. Seiring dengan visinya yang menginginkan Indonesia menjadi negara yang mandiri energi melalui swasembada energi. Dengan begitu, maka program campuran bahan bakar dengan CPO masih akan diupayakan oleh Pemerintahan Prabowo. Bukan lagi hanya untuk mendukung penguranan emisi gas rumah kaca, yang ditargetkan sebesar 31.89% di tahun 2030 mendatang. Namun juga untuk menjaga ketahanan pangan, serta energi nasional.
Nah, selain dari emiten-emiten CPO di atas, coba teman-teman investor sebutkan emiten CPO lainnya yang juga berpeluang meraup cuan dari implementasi B40 ini?***
###
DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!
Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.