January-Investment-Momentum

Terakhir diperbarui Pada 4 Januari 2025 at 7:43 pm

Artikel telah ditinjau oleh: Stock Market Analyst RK Team

January investment momentum, menjadi salah satu bulan yang spesial bagi para investor saham. Di mana investor memiliki peluang yang lebih besar untuk membeli saham dengan harga terdiskon atau bahkan melakukan hold terhadap saham yang sudah dibeli sebelumnya. Dengan harapan dapat menangkap kenaikan harga saham yang biasanya terjadi di bulan ini. Menariknya bulan Januari ini memiliki dua momentum special bagi pasar saham, yakni January Effect dan January Barometer. Lantas saham mana saja yang saat ini valuasinya masih terdiskon?

 

 

January Investment Momentum

Terdapat dua momen berharga yang terjadi di pasar saham, ketika memasuki bulan Januari yakni January Effect dan January Barometer. Dari kedua momen tersebut, January Effect lah yang paling dominan dikenal oleh para investor saham. Namun, selain itu masih ada momentum lain yang disebut January Barometer. Kedua momentum tersebut, diklaim dapat memberikan keuntungan besar bagi para investor saham. Pertanyaannya sekarang apa pengertian dari kedua momentum tersebut?

  • January Effect

January Effect merupakan fenomena yang hanya terjadi di pasar saham. January Effect ini dikenal sebagai siklus musiman yang mendorong harga saham bergerak naik cukup signifikan di setiap awal tahun. Bahkan biasanya bisa lebih tinggi dari bulan-bulan yang lain. Kenaikan harga saham ini umumnya terjadi, setelah periode libur akhir tahun sejalan dengan banyaknya aksi beli para investor di awal tahun. Tidak jarang, dampak terjadinya January Effect juga dapat mendorong kinerja harga dari saham-saham kategori mid cap maupun small cap.

January Effect pertama kali digagas oleh Sidney Wachtel yang merupakan bankir di Amerika Serikat, tahun 1942. Sidney Wachtel mengamati bahwa dari tahun 1925, harga saham di bursa AS cenderung meningkat di bulan Januari, begitu juga dengan harga saham kategori small caps yang memiliki kapitalisasi pasar kecil ikut mengalami kenaikan. Umumnya kenaikan harga saham sudah terjadi sebelum pertengahan sampai akhir bulan Januari. Meski begitu, January Efffect ini bukanlah siklus yang konsisten terjadi pada setiap bulan pertama di awal tahun, sehingga tidak menjamin setiap harga saham akan naik signifikan.

Nah, untuk di bursa saham Indonesia sendiri atau yang lebih dikenal BEI, setidaknya dalam kurun waktu 25 tahun kebelakang. IHSG menunjukkan peluang kenaikan 60% di Januari. Akan tetapi kenaikan harga saham di Januari, tidak serta menjadi paling tinggi dibandingkan bulan-bulan yang bisa lebih dari 60%.

 

January-Effect-Saham

[Baca lagi: January Effect Saham, Apa Penyebabnya?]

 

  • January Barometer

Fenomena lain yang juga terjadi di Januari, adalah January Barometer – yang merupakan hipotesis pasar mengenai laba di bulan Januari dapat memprediksikan laba di sisa tahun berjalan. Atau sederhananya, dapat menggambarkan prospek sebuah saham dalam satu tahun ke depan.

January Barometer pertama kali digagas oleh Yale Hirsch, seorang penulis Stock Trader’s Almanac di tahun 1972. Menariknya gagasan Yale ini masih digunakan oleh trader, untuk berinvestasi saat pasar saham mengalami penguatan di Januari. Dan sebaliknya, tidak melakukan investasi, bila barometer mengindikasikan potensi penurunan.

Sayangnya, January Barometer di pasar saham AS sifatnya tidak pasti, dengan historical sepanjang 1950 – 2021 menimbulkan 11 kali kesalahan. Tidak hanya itu, January Barometer juga tidak konsisten terjadi di pasar saham baik AS, maupun luar negeri. Hal yang sama juga terjadi dengan bursa saham Indonesia, di mana IHSG sejak 25 tahun terakhir January Barometer melakukan kesalahan sebanyak 11 kali. Jadi ketika memasuki Januari harga saham justru menurun. Namun di sepanjang tahun berjalan harga saham justru mengalami kenaikan.

Jadi dari kedua momentum di atas, tidak selalu menjamin harga saham akan mengalami kenaikan pada satu siklus tertentu.

 

Saham-saham Terdiskon yang Bisa Jadi Pilihan

Berkaitan dengan kenaikan harga saham di Januari, tentu hal ini menjadi sangat baik untuk memulai perjalanan investasi kembali. Dengan cara membeli saham-saham yang memang masih murah secara valuasi, namun pertumbuhannya masih prospektif.

Mengacu pada terjadinya January Effect, maka biasanya kenaikan harga saham kebanyakan akan terjadi pada saham-saham dengan kapitalisasi pasar yang besar. Namun beberapa di antaranya untuk saham yang berkapitalisasi kecil, juga bukan tidak mungkin akan ikut mengalami kenaikan.

Berkenaan dengan itu January Effect, jika berinvestasi dengan metode value investing. Maka ada beberapa saham yang memiliki valuasi murah, namun cocok untuk investasi jangka panjang.

  • BBRI

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (sticker code: BBRI) merupakan salah satu perbankan milik Pemerintah, yang juga terbesar di Indonesia. BBRI masuk ke dalam salah satu Kelompok Bank Modal Inti (KBMI) 4, yang berarti perbankan rakyat ini memilili modal inti lebih dari sebesar Rp70 triliun. BBRI memfokuskan perkembangan bisnisnya pada segmen UMKM.

Berdasarkan kinerja BBRI pada November 2024, laba bersih yang berhasil dicatatkan BBRI adalah sebesar Rp50 triliun, tetap naik sekitar +3.96% YoY. Menariknya kenaikan laba bersih BBRI tersebut terjadi ketika CKPN naik cukup signifikan. Pertumbuhan laba bersih BBRI di November 2024 ini, karena perusahaan berhasil menerapkan efisiensi operasional dan memperbaiki kualitas kredit.

BBRI juga mencatatkan pendapatan bunga bersih yang naik 1.32% menjadi Rp100 triliun. Yang diikuti dengan kenaikan beban pencadangan 34.32% menjadi Rp35.52 triliun. Capain kinerja BBRI di November 2024 tersebut, sudah terbilang cukup baik untuk akumulasi pencapaian sepanjang 9M2024. Mengingat BBRI sebagai perbankan besar harus menghadapi selesainya kebijakan insentif restrukturisasi kredit UMKM imbas pandemi Covid19. Belum lagi dengan suku bunga yang tinggi, sehingga berimbas pada bengkaknya biaya dana (naiknya cost of fund)…

Pos Laba Rugi BBRI per November 2024. Source: Laporan Bulanan November 2024

Terlepas dari profitabilitasnya, jika dilihat dari sisi CASA BBRI ini meningkat sekitar 65.97% di November 2024, lebih tinggi dari 63.68% pada November 2023. Di tengah pertumbuhan kredit yang naik moderat 4.99%, yakni Rp1.219 triliun per November 2024. Pertumbuhan CASA tersebut, didorong oleh layanan Giro BBRI yang tumbuh 22.14% menjadi sebesar Rp379.55 triliun. Tentunya pertumbuhan CASA ini menjadi capaian positif bagi BBRI.

Aset dan Liabilitas dan Ekuitas BBRI per November 2024. Source: Laporan Bulanan November 2024

Dengan kinerja yang cukup positif per November 2024, dan harga saham BBRI yang masih rendah di level 4.150an per artikel ini ditulis (3 Januari 2024). Maka secara valuasi PER nya berada di level 11x lebih murah sejak Covid19 terjadi. Ditambah lagi dengan koreksi harga saham yang mencapai -30% dari harga tertingginya, sudah mencerminkan potensi capital gain BBRI yang sekitar >30% ketika kembali ke level tingginya di 5.500an – 6.000an.

Historical harga saham BBRI. Source: finance.yahoo.com

Peluang lain yang ditawarkan BBRI adalah pembagian dividen yang akan dilakukan pada Januari dan Maret 2025 ini. Manajemen BBRI mengungkapkan rencana pembagian dividen akan dilakukan dengan Dividen Payout Ratio (DPR) sebesar 85% dari laba bersihnya. Jika diasumsikan EPS 3Q2024 dibulatkan setahun sebesar Rp396 per lembar saham, maka diperkirakan dividen yang akan dibagikan BBRI adalah:

DPR 85% x Rp396 per lembar saham = Rp336 per lembar saham yang akan dibagikan pada Januari dan Maret 2025.

Dan kemudian dibandingkan dengan harga saham BBRI yang saat ini masih ada dikisaran Rp4.150an. Menghasilkan potensi dividen yield sebesar 8.2%. Tentu angka keuntungan yang cukup besar dari saham BBRI.

 

  • ASII

Emiten berkapitalisasi besar berikutnya adalah ASII, siapa yang tak kenal dengan saham ASTRA ini?

Berdasarkan pada kinerja laporan keuangan terakhir 3Q2024, pendapatan ASII meningkat 10% QoQ menjadi Rp86.4 triliun. Dibandingkan 2Q2024 yang sebesar Rp78.8 triliun. Kenaikan secara kuartalan tersebut, didorong oleh kinerja segmen otomotif dan jasa keuangan. Tercatat untuk segmen otomotif naik 7.4% QoQ menjadi Rp33.9 triliun pada 3Q2024, dibandingkan Rp31.5 triliun pada 2Q2024. Dan untuk segmen jasa keuangan naik 58% menjadi Rp10.3 triliun pada 3Q2024, dibandingkan Rp6.5 triliun pada 2Q2024. Berikut rincian yang telah dirangkum RK Team…

Pendapatan per Segmen ASII 1Q2024, 2Q2024, dan 3Q2024. Source: Data diolah RK Team

Secara keseluruhan seluruh segmen bisnis ASII masih bertumbuh positif, dengan kontribusi dari segmen otomotif sebesar 40% terhadap total pendapatan ASII 3Q2024, lalu HEMCE berkontribusi 36%, jasa keuangan berkontribusi 12%, dan segmen lain-lainnya seperti Agribisnis, Infrastruktur, IT, hingga properti berkontribusi sekitar 12% terhadap total pendapatan ASII pada 3Q2024.

Berkat penjualan ASII yang masih tumbuh secara QoQ, maka Laba kotor ASII juga naik 5.76% QoQ menjadi Rp19.1 triliun pada 3Q2024, dari Rp18 triliun di 2Q2024. Diikuti dengan kenaikan Laba operasi sebesar 2.15% QoQ menjadi Rp10.9 triliun pada 3Q2024, dari Rp10.7 triliun di 2Q2024. Dengan itu, maka Laba bersih ASII juga meningkat 18.8% QoQ menjadi Rp10 triliun pada 3Q2024, dari laba bersih sebelumnya Rp8.4 triliun di 2Q2024. Berikut data pertumbuhan laba kotor, laba operasi dan laba bersih ASII yang telah diolah RK Team…

Income Statement ASII 3Q2024. Source: Data diolah RK Team

Adapun jika di breakdown, sebenarnya pertumbuhan laba bersih ASII pada periode 3Q2024 ini tidak lepas dari pengaruh Keuntungan lain-lain, yang mencakup gabungan dari Kenaikan laba investasi, Untung selisih kurs, hingga Laba entitas asosiasi. Yang jika diakumulasikan, naik menjadi Rp4.4 triliun pada 3Q2024, dari sebelumnya Rp2 triliun per 3Q2023.

Keuntungan Lain-lain ASII 3Q2024. Source: Laporan Keuangan ASII Kuartal III-2024

Dari sisi pengembangan bisnis, ASII sendiri dalam beberapa waktu terakhir tengah massif berekspansi, guna membangun ekosistem dalam bisnis energi dan juga pertembangan, serta mengembangkan bisnis kendaraan listrik (EV). Hal ini tercermin dari aksi korporasi ASII yang membeli pertambangan Nikel di tahun 2023. Kemudian ASII juga berekspansi melalui pengembangan infrastruktur pendukung kendaraan listrik (EV), dengan membangun lini bisnis baru pada sektor produksi baterai kendaraan listrik dan melakukan maintenance, serta service baterai listrik.

ASII juga berencana untuk melakukan pembangunan Battery Swap Station dan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Jadi secara keseluruhan, ASII akan mendirikan sistem pendukung kendaraan listrik (EV) secara terintegrasi. Dengan fokusnya pada segmen HEV di sektor otomotif.

Lini bisnis baru ASII. Source: Keterbukaan Informasi Saham ASII

Harga saham ASII sendiri per artikel ini ditulis berada di level Rp4.950an, mencerminkan PER di level 5.96x yang merupakan rasio terendah dalam kurun waktu 1 dekade. Begitu juga untuk PBV ASII yang berada di level 1x, kian menegaskan bahwa valuasi ASII sedang murah-murahnya.

Historical harga saham ASII. Source: finance.yahoo.com

Dengan potensi ROE ASII yang stabil di angka 10% -20%, membuat valuasinya sangat murah saat ini. Hal ini tentu membuat saham ASII menarik untuk dijadikan sebagai investasi.

Valuation ASII 3Q2024. Source: Data diolah RK Team

Berdasarkan potensi dividen yang dibagikan ASII juga terbilang sangat menarik, di mana pada tahun 2022 DPRnya mencapai 90%, sehingga potensi dividen yield sekarang ini berpotensi di level 10%.

Bercermin dari capaian kinerja ASII pada 3Q2024, bukan tidak mungkin total dividen yang dibagikan sebesar Rp511 per lembar saham dengan asumsi rata-rata DPR 60% pada tahun 2025 ini.

Historical Dividen Payout Ratio ASII. Source: Cheat Sheet Kuartal III-2024 by RK Team

 

 

Saham potensial lainnya lagi adalah INDF, yang merupakan perusahaan yang memproduksi berbagai jenis makanan dan minuman dengan skala besar. Mengacu pada kinerja laporan keuangan 3Q2024, INDF berhasil meraup penjualan yang naik 6.64% YoY menjadi Rp29.6 triliun, dari periode 3Q2023 yang sebesar Rp27.8 triliun. Kenaikan penjualan INDF ini menjadi angin segar bagi para investor, di tengah turunnya daya beli masyarakat.

Jika di-breakdown berdasarkan penjualan geografis, hingga per 3Q2024 INDF masih fokus di pasar Indonesia. Tercatat total penjualan INDF di Indonesia naik 3.8% YoY menjadi Rp22 triliun per 3Q2024, dari sebelumnya Rp21.2 triliun di 3Q2023. Penjualan INDF di Indonesia setidaknya mewakili 74% dari total seluruh penjualan.

Penjualan terbesar yang keduanya berasal dari wilayah Timur Tengah, di bawah kelolaan Pinehill – yang merupakan anak usaha INDF dan ICBP. Pinehill menghasilkan penjualan yang naik 18% YoY menjadi Rp4.9 triliun pada 3Q2024, dari sebelumnya Rp4.1 triliun di 3Q2023. Berikut grafik penjualan INDF berdasarkan geografis yang telah diolah RK Team:

Penjualan berdasarkan geografis INDF 3Q2024. Source: Data diolah RK Team

Sementara jika dilihat berdasarkan segmen bisnis INDF, maka pendapatan INDF mayoritas masih ditopang segmen Consume Branded Products (CBP), yang dikelola melalui anak usaha PT Indofood Sukses Makmur CBP (ICBP). Dengan laba bersih naik 8% YoY menjadi Rp3.89 triliun di 3Q2024, sebagai segmen bisnis terbesar yang berkontribusi sekitar 70% – 80% dari total kinerja INDF.

Lalu segmen kedua, yakni Bogasari dengan kontribusi laba yang turun 15% YoY menjadi Rp510 miliar pada 3Q2024. Akibat tertekan oleh persaingan industri tepung yang cukup ketet di Jepang. Berikutnya ada segmen Agribisnis, yang dikelola melalui anak usaha INDF, PT Salim Ivomas Pratama Tbk (sticker code: SIMP) dengan laba naik 77% menjadi Rp950 miliar per 3Q2024. Dan terakhir segmen Distribusi yang mencatatkan penurunan laba sekitar -14.5% YoY menjadi Rp80 miliar per 3Q2024. Berikut ini rinciannya:

Data penjualan per segmen INDF. Source: Laporan Keuangan INDF Kuartal III-2024

Sedangkan dari sisi siklus konversi kas (CCC), sedikit mengalami penurunan di level 84 hari. Artinya INDF membutuhkan waktu sebanyak 84 hari untuk dapat menerima uang cash, dari semenjak dikeluarkan ke perbelanjaan bahan baku, sampai dengan dikembalikannya lagi ke dalam bentuk penjualan. Turunnya CCC INDF ini tidak selalu berarti buruk, yang mencerminkan bahwa INDF melakukan efisiensi di sepanjang 9M2024. Langkah INDF dalam hal ini terbilang baik, mempertimbangkan daya beli yang tertahan sepanjang 2024.

Harga saham INDF sendiri, saat ini turun ke level Rp7.550an per lembar saham. Dan diperdagangkan dengan PER 6.6x dan PBV 1.0x, mencerminkan valuasi INDF yang relatif murah untuk saat ini.

Historical harga saham INDF. Source: finance.yahoo.com

Jika ditarik secara historical, valuasi saham INDF sudah turun cukup signifikan dalam 10 tahun terakhir. Meskipun kinerja penjualan INDF mengalami peningkatan, yang membuat ROE berada di level 15.1%.

Nah, ketiga emiten di atas baik itu BBRI, ASII, hingga INDF sama-sama emiten saham dengan kapitalisasi besar di pasar. Potensinya dengan January Effect juga cukup besar, di mana per saat ini saja ketiga saham tersebut diperdagangkan dengan valuasi yang cukup murah. Namun dengan potensi pertumbuhan kinerja yang masih prospektif di masa depan.

 

Penjualan-Mobil-ASTRA-Turun

[Lihat lagi: Penjualan Mobil ASTRA Turun? Gimana Nasib ASII!

 

Kesimpulan

January Effect dan/atau January Barometer merupakan fenomena yang umum terjadi di pasar saham. Hanya saja untuk ketepatan dan keakuratannya tidak selalu benar-benar terjadi.

Namun jika melihat saham berdasarkan metode value investing, tentu valuasi murah dan harga saham terdiskon seperti BBRI, ASII dan INDF adalah momentum yang tepat untuk berinvestasi. Terlebih lagi jika tujuannya adalah investasi jangka panjang, karena ketiga emiten berkapitalisasi besar tersebut masih sangat prospektif dari segi pertumbuhan bisnis.

Terlepas dari tiga saham di atas, masih terdapat cukup banyak saham-saham lain yang potensial untuk dipertimbangkan sebagai asset investasi. Jadi segera manfaatkan January investment momentum sekarang ini dengan sebaik-baiknya!

Nah, supaya bisa tahu informasi mengenai saham-saham potensial mana saja di bulan Januari 2025 ini, maka teman-teman investor bisa mendapatkannya di Monthly Investing Plan Januari 2025 ya:

Tetapi, jika teman-teman investor lebih tertarik untuk mengetahui watchlist saham potensial yang bisa beat the market! Maka bisa join melalui E-Book Quarter Outlook berikut:

Nah, kalau versi teman-teman investor sendiri, apakah ada saham potensial lainnya lagi versi kalian? Dan apa yang menjadi prospek bisnisnya?***

 

###

 

DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!

 

Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

reCaptcha v3
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *