Saham-untuk-Orang-Pintar-1

Terakhir diperbarui Pada 16 Januari 2025 at 12:12 pm

Halo teman-teman investor kembali lagi di channel Rivan Kurniawan. Nah di kesempatan kali ini kita akan membahas salah satu kisah yang tidak kalah penting, yakni tentang jatuhnya perusahaan yang isi nya orang-orang pintar pemenang noble. Namun malang tak dapat dihindari, sehingga berakhir jatuh dalam kebangkrutan. Dan perusahaan tersebut adalah LTCM. Pertanyaannya, kenapa LTCM bisa bangkrut? Apa yang bisa kita pelajari dari kisah ini?

 

Kisah Long Term Capital Management (LTCM)

Long Term Capital Management atau biasa disebut LTCM ini, merupakan hedge fund yang didirikan oleh John Meriwether pada tahun 1994.

Bagi teman-teman investor pemula, yang belum tahu tentang apa itu hedge fund. Jadi sederhananya hedge fund merupakan perusahaan yang mengelola dana investasi dalam lingkup kecil (small group), yang hanya diperuntukkan bagi para investor dengan kekayaan tinggi ataupun institusi besar. Di mana ada batas minimum investasi yang tinggi, mencapai ratusan ribu hingga jutaan dolar.

Nah, LTCM ini sendiri merupakan hedge fund yang terkenal karena melibatkan orang-orang yang pintar. Tentu yang jadi pertanyaan, sepintar apa mereka? Hedge fund ini dijalankan oleh para Veteran, Doktor, Professor, ataupun Matematikawan, Fisikawan, dan bahkan 2 pemenang hadiah nobel yang tentunya ahli dalam bidang Statistik Keuangan.

Robert C. Merton dan Myron S. Scholes, merupakan peraih Nobel Ekonomi 1997 yang bergabung ke dalam LTCM. Mereka terkenal karena mengembangkan model Black-Scholes, salah satu konsep terpenting dalam teori keuangan modern. Karena faktor tersebut, tidak heran kalau investor harus membayar mahal ketika ingin menempatkan dananya di LTCM.

Jika diasumsikan, maka setiap investor harus membayar $10 juta agar dapat masuk ke hedge fund tersebut atau setara $20 juta di tahun 2024. Angka tersebut jika diasumsikan dengan dana investasi 30 tahun yang lalu.

 

Strategi LTCM

LTCM beroperasi dengan menggunakan model keuangan kompleks yang berbasis mathematic, dan mengandalkan strategi leverage tinggi untuk menghasilkan keuntungan.

Mereka percaya market ini bergerak secara inheren acak. Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk sukses di pasar adalah dengan memahami ilmu keacakan yaitu probabilitas. Tidak hanya itu, mereka juga menciptakan model keuangan yang menurut mereka membuat risiko menjadi tidak relevan.

Di mana strategi mereka mengandalkan arbitrase pasar obligasi dan derivatif. Mereka membeli obligasi yang undervalued (dihargai lebih rendah) dan menjual obligasi yang overvalued (dihargai lebih tinggi).

Mereka mengandalkan pergerakan historis didalam modelnya, untuk dapat membuat system yang pada gilirannya dapat digunakan untuk memprediksi pola tertentu, yang mengindikasikan harga akan kembali mendekati ke nilai wajar seiring berjalannya waktu.

Pada awalnya memang LTCM mencapai hasil luar biasa, di mana tahun 1994-1997. Tingkat pengembalian rata-rata LTCM mencapai 40% per tahun. Model kuantitatif mereka dianggap tak terkalahkan karena sukses memanfaatkan efisiensi pasar di saat itu. Namun pada akhirnya, gejolak kondisi ekonomi global di tahun 1998 membuat kesuksesan LTCM ini berakhir.

Nah, hal salah apa yang kemudian memicu kejatuhan LTCM? Apakah LTCM ini tidak sanggup menahan tekanan hingga akhirnya tidak bertahan? Cari tahu jawabannya langsung di video kali ini…

 

###

 

DISCLAIMER ON:
Video ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada video adalah bersifat informasi yang mengedukasi teman-teman investor, berdasarkan sudut pandang Rivan Kurniawan dan Team. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!

 

Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News. 

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

reCaptcha v3
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *