Terakhir diperbarui Pada 1 April 2024 at 3:54 pm
Value trap saham: Teman-teman investor sudah pernah dengar istilah “Fundamental is dead” atau value trap, terutama ketika bursa saham anjlok di tahun 2020. Sebenarnya apa sih value trap? Mengapa value trap identik dengan investor fundamentalis? Kali ini kita akan membedah value trap dan dampaknya bagi value investor!
Daftar Isi
Definisi Value Trap Saham
Value trap adalah harga saham yang dianggap murah dari sisi valuasi, namun memiliki jebakan.
Dalam hal value trap saham, harga saham yang murah memang mampu menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. Apalagi dengan mempertimbangkan rasio PBV, PER, dan juga PCF yang murah.
Sayangnya, harga saham yang murah tidak selalu baik bagi investor. Di mana murahnya harga saham bisa menjadi jebakan investor, sehingga mengalami rugi.
Value trap biasanya terjadi ketika investor hanya melihat nilai murah pada rasio PBV, PER, PCF saat akan membeli saham, tanpa mengetahui seluk beluk bisnis perusahaan yang akan di beli.
Perlu diingat, bahwa tidak ada jaminan harga saham tidak anjlok. Apalagi ketika perusahaan gagal dalam mengelola kinerja keuangan, yang membuat pendapatan turun dan laba tidak bertumbuh.
Terlepas dari gagalnya pengelolaan kinerja keuangan, masih ada banyak situasi lain yang membuat harga saham perusahaan anjlok lebih dalam. Sayangnya, mengidentifikasi perusahaan dengan value trap saham bukan hal yang mudah. Terlebih lagi kalau hanya berdasarkan harga saham perusahaan saja. Ini kenapa masih ada banyak investor yang terkena value trap saham.
Jenis Value Trap Saham
Jika membahas value trap saham berdasarkan jenisnya, maka secara umum value trap yang seringkali terjadi di pasar adalah berikut ini…
- Jenis saham yang valuasinya rendah, dibandingkan saham lain di dalam satu sektor industri yang sama. Value trap saham jenis ini, memang secara historical belum pernah mencatatkan kinerja positif, nama perusahaan dan brand produk jarang dikenal, hingga prospek bisnis yang tidak jelas.
Sebagai hasilnya, harga saham perusahaan juga sulit naik karena memang sedikit investor yang membeli saham tersebut. Untuk contoh emiten dalam hal ini salah satunya, PT Mas Murni Indonesia Tbk (MAMI) dengan kinerja laba yang secara historical minus…
Emiten MAMI. Source: Cheat Sheet by RK Team
MAMI adalah salah satu contoh saham harga ‘gocap’, dengan PBV 0.51x – ya masih kurang dari 1x yang seharusnya. Harga saham MAMI memang sempat melonjak naik, tapi toh akhirnya anjlok lagi ke gocap dan sampai sekarang masih di gocap. Bahkan terbaru ini, MAMI mendapatkan banyak notasi khusus BEI…
Source: RTI Business
- Jenis saham yang memiliki kinerja fundamental perusahaan yang bagus, namun mengalami penurunan. Di pasar saham ada banyak perusahaan yang semula memiliki kinerja bagus dan menjanjikan. Namun semakin bertambahnya waktu, kinerja tersebut justru turun dan membuat perusahaan rugi.
Akibatnya, mau tidak mau harga saham perusahaan juga akan turun, yang memicu valuasi perusahaan jadi semakin murah. Sebagai contoh ambil saham PT Borneo Lumbung Energi & Metal (BORN) yang pada akhirnya delisting dari BEI…
Emiten BORN. Source: Cheat Sheet by RK Team
Harga saham BORN terus turun hingga anjlok, membuat PBV perusahaan nol. Padahal di awal masanya, BORN adalah perusahaan tambang batubara yan cukup profitable, lantaran memproduksi batubara coking coal yang memiliki kalori tinggi. Hal itu membuat harga jualnya juga lebih mahal, dari jenis batubara lainnya.
Cara Mengidentifikasi Value Trap Saham
Dalam mengatasi dampak value trap, investor bisa mengambil langkah cut loss untuk mengamankan penurunan portfolio lebih dalam lagi atau “nyangkut”.
Namun diluar dari cut loss, investor juga harus tahu cara mengidentifikasi adanya potensi value trap saham:
Tidak diminati oleh para manajer investasi besar
Beberapa saham yang berpotensi value trap umumnya tidak akan diminati oleh Manajer Investasi Besar yang biasanya adalah orang asing. Para manajer investasi biasanya tidak hanya melihat valuasi sebagai patokan.
Namun para Manajer Investasi ini akan melihat prospek usaha, positioning produk di pasar dan lain sebagainya.
Bisnisnya “kurang” katalis
Kita bisa lihat sektor-sektor yang memiliki PER dan PBV rendah rata-rata ialah sektor yang sudah “mature” dan jarang ada katalis.
Contohnya seperti sektor basic material, di mana penjualan bahan-bahan kimia yang memang bisnisnya akan berjalan seperti itu, hingga tahun-tahun yang akan datang.
Manajemen tidak meyakinkan
Terakhir ciri perusahaan yang berpotensi value trap saham ialah terlihat dari level management yang kurang meyakinkan. Mengapa? Jika para pemangku kepentingan dan pemimpin perusahaan seperti direksi atau komisaris diisi oleh orang-orang yang tidak capable. Maka ini bisa menimbulkan ketidakpercayaan dari investor, karena kesehatan manajeman yang tidak meyakinkan.
Penyebab Terjadinya Value Trap Saham
Value trap saham bisa terjadi tanpa aba-aba, apalagi ketika keputusan investasi hanya mengacu pada harga murah saja. Tanpa memperhatikan berbagai faktor yang dapat memicu terjadinya value trap saham. Berikut ini adalah sejumlah sebab terjadinya value trap saham:
- Perusahaan gagal mengelola keuangan perusahaan, menyebabkan penurunan pendapatan dan juga laba yang tidak tumbuh. Sehingga harga saham turun tajam.
- Persaingan bisnis yang ketat, ditambah dengan perusahaan yang tidak melakukan inovasi apapun. Dapat menciptakan terjadinya value trap saham.
- Perusahaan gagal memasarkan produk, sehingga gagal menjadi market leader dan tidak banyak diketahui masyarakat.
- Siklus industri yang melemah.
- Tata kelola manajemen yang buruk.
- Tidak memahami kategori saham, karena beda kategori saham, maka standar rasio PER, PBV, dan PCF nya juga akan berbeda.
- Tidak paham betul nilai rata-rata dari rasio PER, PBV, dan PCF perusahaan dalam sektor industri. Hal ini bisa mencegah kita untuk tidak selalu mengandalkan ketiga rasio tersebut dalam menilai perusahaan.
Pada kondisi di atas, bisa dikatakan perusahaan sedang tidak memiliki prospek baik, sehingga besar kemungkinkan tidak bisa memberi keuntungan pada investor.
Dampak bagi Investor dan Cara Menghindari Value Trap Saham
Dampak Value Trap Saham
Bicara dampak, umumnya harga saham yang masuk kategori value trap akan mengalami pergerakan yang sangat lama, dan ketahanannya akan bergantung pada kemampuan berapa lama saham akan dipegang.
Bahkan mungkin harga saham tidak akan bergerak ke mana-mana, alias stagnan. Kalau sudah begini, jelas investor hanya akan menelan kerugian besar, setelah lama menunggu kenaikan harga saham.
Sebagai contoh dampaknya, ketika Pak Anto memutuskan membeli saham perusahaan yang memiliki nilai aset bersih sebesar Rp200 miliar, di harga Rp40 miliar. Sayangnya, perusahaan justru merugi terus. Bisa jadi dalam waktu tersebut, Pak Anto sudah kehilangan dana sebesar Rp40 miliar. Bahkan, dengan tren kerugian yang terus berlanjut, bukan tidak mungkin nilai aset bersih sebesar Rp200 miliar tadi akan habis menjadi nol. Karena memang perusahaan tidak lagi mempunyai prospek bisnis yang menarik dan sulit untuk bangkit.
Nah itu tadi contoh dampak yang besar kemungkinan akan ditanggung oleh investor jika terkena value trap saham.
[Baca lagi: The Middle Income Trap in Millenial Era]
Cara Menghindari Value Trap Saham
Terlepas dari dampaknya, sebenarnya ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menghindari saham-saham yang berpotensi memiliki value trap, antara lain:
Pahami siklus bisnis
Sebagai investor kamu harus memahami siklus bisnis setiap perusahaan yang kamu miliki atau kamu incar sahamnya, contohnya ketika pandemi Covid-19 saham-saham rumah sakit dan alat-alat kesehatan memiliki siklus yang baik, namun setelah pandemi di 2023 saham-saham rumah sakit dan alat kesehatan mengalami penurunan siklus. Sebaliknya, saham-saham automotive dan turunannya mengalami kenaikan di 2023 karena banyak masyarakat yang kembali beraktivitas di luar.
Pahami model bisnis
Pahami model bisnis artinya kamu harus memahami bagaimana produk yang dihasilkan oleh perusahaan dimana kamu berinvestasi mulai dari hulu hingga hilir, kamu harus pahami siapa saja supliernya, bagaimana bahan bakunya, kemudian bagaimana penjualannya, siapa saja potensi konsumennya, dan bagaimanakah persaingan di industrinya.
Pahami struktur management
Manajemen harus diisi oleh orang-orang yang jujur dan kompeten, contohnya mengapa saham Salim Group selalu memiliki valuasi yang tidak murah, kemudian mengapa saham Hartono bersaudara selalu memiliki valuasi mahal? Jawabnya karena para investor percaya dengan track record mereka dan para investor big fund pun tidak segan menaruh investasinya karena faktor kepercayaan terhadap manajemen.
Jangan hanya berpatokan pada rasio valuasi yang instan
Sebagai investor fundamental pemula kebanyakan mereka hanya mencari rasio-rasio instan dalam membeli saham seperti PER, PBV, PCF kemudian membandingkannya dengan kondisi industry atau bahkan tidak d bandingkan, tanpa memperhatikan angka-angka tersebut berasal atau didapat dari mana. Hal tersebut yang dapat menjadikan value trap dalam berinvestasi.
Studi Kasus Value Trap Saham
Kita ambil contoh ketika post pandemic di awal tahun 2023. Di mana saat itu, ada salah satu sektor yang “manggung” yakni batu bara. Batubara sendiri menjadi hot topic pada saat itu mengapa? Ada dua faktor penyebabnya:
- PER dan PBV rendah jika dibandingkan sektor lain. Di mana saat itu, saham-saham market leader seperti ITMG, PTBA, BSSR masih memiliki valuasi murah
- Pada akhir tahun 2022 harga batu bara sempat all time high selama 3 tahun terakhir. Hal itu membuat sektor batu bara banyak dibahas dimana-mana
Kondisi tersebut, membuat banyak investor dan trader membeli saham batubara dengan harapan “coal supercycle” belum berakhir, namun apa yang terjadi?
Saham batu bara mendadak anjlok pasca pengumuman laporan keuangan Q1 2023. Penurunan itu dipicu oleh turunnya harga batubara global atau normalisasi harga batubara global, setelah mencapai puncak pada Q3 hingga Q4 2022.
Akibatnya banyak sekali investor batubara “dadakan” yang terjebak value trap, dan menyalahkan fundamental sebagai penyebabnya. Padahal jika dievaluasi, justru mereka yang tidak melihat faktor-faktor apa saja yang akan memengaruhi harga batubara kedepannya, seperti global supply yang mulai lancer, penurunan harga batubara dan/atau normalisasi harga batubara itu sendiri, dan lain sebagainya.
Berikut ini gambaran perbandingan harga batubara global (Rotterdam) dengan saham PTBA dan ITMG:
(Perbandingan harga Coal (Ungu), PTBA (Putih), dan ITMG (kuning). Source: Refinitiv Workspace)
Dari gambar tersebut terlihat bahwa sejatinya saham-saham batubara pergerakannya sangat mengikuti pergerakan batu bara itu sendiri. Mengingat dari bisnis mereka memang melakukan trading batubara. Jadi ketika harga batubara dunia jatuh, maka dapat dipastikan laporan keuangan pada kuartal selanjutnya akan terkena dampak.
Strategi untuk Exit dari Investasi Value trap
Berikutnya, bagaimana kalau ternyata teman-teman investor justru sudah terlanjur kena value trap saham nih! Kira-kira gimana cara untuk bisa keluar dari investasi saham yang teridentifikasi value trap. Di bawah ini adalah beberapa jenis strategi exit dari value trap saham:
Cut Loss ketika “Lower high”
Harus berani cut loss! Jika ternyata prospek bisnis ke depan sudah tidak menguntungkan lagi. Langkah cut loss ini diambil untuk menghindari loss yang lebih besar lagi. Dengan begitu, kita bisa keluar saat indikator teknikal menunjukan Lower High, seperti pada gambar di bawah ini:
Downtrend Technical. Source: quifx.com.
Cari Story yang Masih Menarik dan Lakukan Average Down
Jika memutuskan investasi jangka panjang, maka wajib untuk memeriksa kembali potensi pertumbuhan bisnis perusahaan ke depan. Apakah akan bertumbuh atau sebaliknya merugi.
Contohnya walaupun pada Q1 2023 mayoritas emiten tambang batubara mengalami penurunan, maka kita perlu menganalisis kembali apakah itu bisa menjadi peluang? Atau justru sebaliknya. Seperti kita ketahui energi terbarukan membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk menggantikan peran batubara. Dari hasil analisis tadi, maka kita bisa menentukan apakah lanjut average down atau tidak.
Itu tadi dua strategi jika sudah terlanjur terjebak value trap, kita bisa pilih antara cut loss atau averaging down tergantung kondisi perusahaan tempat berinvestasi.
[Baca lagi: Cara Menghitung Average Down Saham]
Kesimpulan
Value trap adalah kondisi ketika harga saham yang dianggap murah dari sisi valuasi, justru berpotensi memiliki jebakan, yang bisa menyebabkan investor mengalami rugi besar.
Umumnya, harga saham yang murah memang mampu menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. Sayangnya, murahnya harga saham per lembar tidak bisa menjadi acuan ketika akan berinvestasi.
Oleh karena itu, penting untuk mengenali dan memahami fundamental perusahaan, serta berbagai faktor yang mampu memengaruhi kinerja perusahaan.
Dalam hal value trap saham, RK Team sendiri kembali menekankan untuk lebih berhati-hati. Karena sudah sangat umum, jika perusahaan yang memiliki growth menarik, dengan pendapatan dan laba yang terus meningkat akan dihargai dengan mahal, yakni ketika PER, PBV dan PCFR lebih tinggi dari growth sales.
Namun akan sangat menjebak, jika menemui fundamental perusahaan yang tidak sehat dan cenderung merugi. Tapi dihargai mahal, dengan PER, PBV, dan PCFR yang tinggi. Jelas ini perlu ditelaah dan membutuhkan analisis mendalam.
Tapi bukan berarti perusahaan dengan growth menarik, tidak perlu di analisis ya! Bagaimana pun kondisi perusahaan, baik itu bertumbuh atau tidak, tetap perlu di analisis untuk menyelami sepak terjangnya dalam memberi keuntungan kepada para pemegang saham.
Selama kita tidak malas melakukan analisis terhadap saham yang akan diinvestasikan, maka terhindar dari value trap saham bukan hal yang sulit.
Pastikan juga, bahwa kita selalu menerapkan diversifikasi portfolio. Karena jika ternyata kita kena value trap pada saham satu, setidaknya di saham dua dan ketiganya kita masih aman karena masih ada potensi untung dari saham lain.
So, teman-teman investor sudah siap berinvestasi saham? Yuk lakukan sekarang juga! Happy investing ya…***