Terakhir diperbarui Pada 20 Agustus 2024 at 11:21 am
Saham merupakan instrument investasi yang masuk ke dalam kategori high risk high return. Dengan high risk tersebut, maka tidak jarang portfolio kita mengalami boncos yang dapat disebabkan oleh perhitungan investasi yang salah. Boncos sendiri adalah istilah gaul dalam dunia saham. Nah untuk itu mari kita coba bahas istilah boncos dalam saham, beserta cara-cara untuk menghindari boncos ini!
Daftar Isi
Mengenal Istilah Boncos dalam Saham
Boncos merupakan kata tidak baku yang ada pada Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI. Sedangkan kata yang lebih baku adalah rugi, tidak untung, atau tidak menghasilkan dan lain sebagainya. Kata boncos ini memiliki konotasi yang negatif, yang menunjukkan kondisi kerugian pada seseorang.
Situasi demikian yang coba ditunjukkan oleh kata boncos dan ini juga berlaku dalam dunia saham. Istilah boncos dalam saham menunjukkan kondisi investor yang mengalami kerugian besar dan tidak berhasil mencetak keuntungan dari aktivitas investasinya.
Misalnya ketika dengan terpaksa harus cut loss, karena investor melihat penurunan aset yang cukup dalam, sehingga terpaksa menjual sahamnya dengan rugi. Akibatnya investor harus menjual saham pegangannya dengan harga lebih rendah, dibandingkan ketika membeli saham tersebut.
Jadi secara garis besar, dapat dikatakan bahwa boncos dalam saham ini lebih mengindikasikan adanya kerugian yang cukup besar dari aktivitas investasi yang dilakukan investor.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kerugian dari hasil investasi kita di saham adalah faktor internal dan faktor eksternal.
[Baca lagi: Strategi Cut Loss Saham dengan Tepat!]
Penyebab Boncos dalam Saham
Penyebab terjadinya boncos dalam saham dipengaruhi oleh sejumlah faktor, baik itu dari sisi internal investor itu sendiri maupun dari luar, seperti perubahan situasi pasar.
Faktor Internal Boncos dalam Saham
Berikut ini faktor-faktor internal yang berpotensi menyebabkan boncos dalam saham:
Serakah
Serakah atau greedy merupakan penyebab utama investor dapat mengalami boncos. Padahal sebelum berinvestasi, kita harus mampu mengukur kemampuan kita dalam menghasilkan keuntungan hasil investasi sendiri. Dengan keuntungan rata-rata yang diperoleh para Manajer Investasi (MI) dalam berinvestasi saham adalah sebesar 10%.
Jika ada ritel yang berhasil mendapatkan keuntungan lebih dari 100%, tentu hal tersebut adalah hal yang sangat baik. Namun pasti hal itu membutuhkan proses investasi yang tidak mudah.
Namun tidak jarang, ritel memperoleh persentase keuntungan besar tanpa disertai volume dana yang besar, sehingga ritel biasanya akan greedy. Hal tersebut yang membahayakan karena bisa jadi keuntungan unrealized, akan berbalik menjadi rugi ketika greedy.
FOMO
FOMO atau ikut-ikutan para influencer saham adalah penyebab kedua boncos dalam saham. Sekarang ini banyak investor pemula maupun trader yang melakukan investasi dari hasil melihat apa yang direkomendasikan oleh para influencer saham. Akibatnya mereka tidak mengenal saham perusahaan yang dibeli, sehingga mudah terjebak dalam kerugian besar.
Tidak Melakukan Analisa dan riset
Dalam membeli saham terkadang masih banyak investor yang tidak melakukan analisa maupun riset mendalam. Melainkan lebih pada memanfaatkan momentum yang sifatnya untung-untungan. Tidak heran, jika akhirnya banyak investor yang terjebak kerugian dan boncos dalam saham. Hal itu terjadi karena investor tidak memahami konsep bisnis dari perusahaan dan industri tempat perusahaan bergerak. Perlu diingat kembali, bahwa dalam membeli saham sama halnya dengan membeli bisnis perusahaan.
Faktor Eksternal Boncos dalam Saham
Sedangkan faktor-faktor eksternal yang menyebabkan boncos dalam saham, antara lain:
Aksi Korporasi
Ada beberapa aksi korporasi yang tidak menguntungkan pemegang saham, seperti reverse stock split, pelepasan saham oleh pemilik , debt swap to equity dan berbagai aksi korporasi lainnya yang tidak menguntungkan pemegang saham. Aksi-aksi korporasi tersebut dapat menyebabkan saham tidak diapresisasi pasar dan mengalami kejatuhan harga saham. Di mana ini menjadi kondisi yang tidak dapat dihindari oleh investor dari boncos dalam saham.
Kondisi Global
Kondisi global merupakan salah satu penyebab boncos dalam saham yang relatif sulit untuk diantisipasi, mengingat kondisi global biasanya terjadi secara cepat dan tidak terjadi di dalam negeri.
Contoh ketika terjadi subprime mortgage crisis di tahun 2008, di mana saat itu saham-saham di seluruh dunia kompak mengalami penurunan, akibat kondisi yang terjadi di Amerika Serikat. Boncos dalam saham pun tidak dapat dihindari lagi oleh para investor.
Good Corporate Governance dari Perusahaan
Good Corporate Governance atau GCG dari perusahaan juga bisa menjadi penyebab boncos dalam saham, jika kita tidak tepat dalam memilih perusahaan dengan GCG yang baik. Beberapa contohnya banyak terjadi di Bursa Efek Indonesia, sebut saja contoh yang pernah ada, yakni kasus BUMI yang memiliki GCG buruk. Saat itu harga saham BUMI sempat menyentuh level 8.000 per lembar saham dan dihukum oleh “market”. Sehingga harganya drop menyentuh level Rp50 per lembar saham.
Dari faktor-faktor di atas, menekankan kembali pentingnya kita sebagai investor untuk lebih ketat dalam memilih saham. Agar dapat meminimalisir potensi boncos dari saham yang membuat kita kehilangan modal investasi.
[Baca lagi: Mengenal GCG Perusahaan yang Baik di Indonesia, Apa Manfaatnya bagi Investor?]
Strategi Anti Boncos dalam Saham
Untuk menghindari boncos dalam saham ada beberapa strategi yang dapat dilakukan, antara lain:
Paham Profil Risiko Diri Sendiri
Berinvestasi saham tidak selalu mengenai keuntungan besar saja, tetapi juga ada peluang untuk mengalami kerugian yang bahkan cukup besar. Oleh sebab itu, investor yang bijak akan mempelajari dan memahami profil risiko terlebih dulu.
Pemahaman profil risiko yang baik, akan sangat membantu dalam pengambilan keputusan. Jika ternyata instrumen saham bukan jenis investasi yang cocok, maka biasanya investor yang paham profil risiko akan memilih instrument investasi yang lain dengan tingkat risiko lebih rendah. Contohnya seperti deposito, obligasi pemerintah dan/atau reksa dana pasar uang atau bahkan reksa dana pendapatan tetap.
Selain paham dengan profil risiko diri sendiri, juga sebaiknya mempelajari potensi-potensi risiko dari masing-masing instrument investasi di atas. Hal ini penting karena akan mengukur sejauh mana kesanggupan kita sebagai investor dalam menanggung potensi kerugian.
Lakukan Analisa Fundamental Saham
Analisa yang mendasar mengenai kondisi fundamental perusahaan merupakan pondasi penting dalam memilih saham-saham potensial. Analisa fundamental ini akan menilai kinerja perusahaan dari sisi keuangan secara keseluruhan, mulai dari profitabilitas, neraca keuangan, hingga arus kas perusahaan.
Tidak hanya itu, analisa fundamental juga akan meriset bagaimana kondisi GCG perusahaan, apakah terdiri dari manajemen yang mumpuni dan bersih, atau sebaliknya. Bahkan dalam analisa fundamental ini, kita juga akan meriset prospek bisnis dan juga potensi risiko perusahaan di masa mendatang.
Diversifikasi Portfolio
Investor yang bijak akan melakukan manajemen risiko dengan baik, salah satunya melalui diversifikasi portfolio yang teratur. Diversifikasi ini akan mengarahkan investor untuk menempatkan modal yang dimiliki pada beberapa investasi.
Misalnya pada diversifikasi saham: Investor akan melakukan investasi pada beberapa sektor saham berbeda, sehingga akan meminimalisir risiko boncos dalam saham. Jadi ketika investasi saham di sektor perbankan sedang turun, investor masih akan diuntungkan karena investasi saham di sektor ritel masih bertumbuh.
Atau bisa juga melakukan diversifikasi pada instrument investasi yang berbeda: Dalam hal ini investor mengalokasikan sekitar 50% nya di saham, 30% di reksa dana, dan sisanya 20% di logam mulia.
Diversifikasi portfolio yang manajemen dengan baik, akan meminimalisir potensi risiko yang mungkin dialami oleh investor.
Fokus Investasi Jangka Panjang
Jika investasi yang dilakukan lebih dari sekedar mencari keuntungan, sehingga dapat menjamin masa depan. Maka sebaiknya fokus berinvestasi dalam jangka panjang. Dalam investasi saham sendiri, investasi jangka panjang jauh lebih menguntungkan investor karena bisa mendapatkan dividen dan juga capital gain dari saham yang dimiliki. Termasuk keuntungan dari tren pertumbuhan jangka panjang perusahaan.
Hindari FOMO
FOMO merupakan hal yang perlu dihindari dalam berinvestasi saham. FOMO ini merupakan kondisi, di mana kita tergiur dengan keuntungan yang dihasilkan influencer atau juga kawan kita ketika berinvestasi pada saham tertentu. Kemudian kita ikut-ikutan membeli saham tersebut, tanpa tahu saham apa yang kita beli. Hal tersebut dapat membuat kita terjebak boncos dalam saham.
Oleh sebab itu pentingnya do your own research (DYOR) sebelum membeli saham, supaya kita terhindar dari tindakan FOMO.
[Baca lagi: Mengapa Investor Saham Pemula Sering FOMO? Bagaimana Cara untuk Mengatasinya?]
Pahami Kondisi Ekonomi Global
Pasar saham suatu negara saling berkaitan dengan pasar saham di negara lain, terutama negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. Oleh sebab itu penting bagi kita untuk memahami kondisi ekonomi pada negara-negara yang memberikan impact tersebut. Kita perlu tahu bagaimana kebijakan ekonomi Amerika Serikat dan kebijakan kebijakan ekonominya.
Mengapa hal tersebut penting, padahal kita berinvestasi di Indonesia? Hal tersebut penting karena mayoritas investor saham di Indonesia adalah investor asing. Di mana ketika terjadi ketidakstabilan ekonomi global, maka mereka yang investor asing ini akan memilih untuk menjual saham-sahamnya yang ada di negara-negara lain, termasuk di Indonesia. Untuk itu, ketika kita memutuskan menjadi seorang investor, ada baiknya kita juga bersiap diri untuk memahami kondisi ekonomi global.
Monitoring dan Evaluasi
Dalam me-manajemen investasi, pastikan teman-teman investor untuk disiplin melakukan monitoring terhadap pertumbuhan portfolio investasi yang dimiliki. Monitoring ini akan membantu teman-teman investor dalam memelihara kesehatan portfolio dan melakukan evaluasi ulang, jika ada pertumbuhan yang belum sesuai target. Serta melakukan penyesuaian strategi investasi, bila diperlukan.
Perkaya Investasi Leher ke Atas
Meski mungkin pertumbuhan portfolio sudah sesuai target dan sehat, tidak ada salahnya untuk teman-teman investor terus memperkaya diri agar memiliki wawasan yang baik mengenai investasi. Hal ini dapat diwujudkan melalui belajar dan membaca buku mengenai dunia investasi, hingga melibatkan diri secara aktif pada kelas maupun program edukasi pasar modal. Sehingga teman-teman investor tidak mengulangi kesalahan yang sama, yang pada gilirannya dapat terhindar dari boncos dalam saham.
Kesimpulan
Jadi gimana teman-teman investor, sudah lebih paham mengenai istilah ‘boncos dalam saham’? Boncos dalam dunia saham, mengindikasikan kondisi investor yang mengalami kerugian besar dan tidak berhasil mencetak keuntungan.
Sedangkan kebalikan dari boncos ini adalah cuan (keuntungan/profit) yang diperoleh investor atas kegiatan investasinya.
Bicara mengenai boncos, maka teman-teman investor sebaiknya paham bahwa investasi adalah aktivitas yang dilakukan dalam jangka panjang yang didalamnya membutuhkan wawasan investasi yang mumpuni dan membutuhkan kesabaran, serta kedisiplinan.
Dan dalam investasi manapun, termasuk saham tidak pernah ada jaminan setiap pelakunya akan selalu mendapatkan keuntungan. Akan tetapi dengan riset dan manajemen yang baik, teman-teman investor dapat menurunkan potensi risiko, sehingga terhindar dari boncos dalam saham.***
###
DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!
Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.