Setelah sebelumnya sempat naik ke angka >USD 110 per barrel, harga minyak sekarang sudah mulai turun ke angka USD80 per barrel. Meskipun menurun, harga USD 80 per barrel masihlah tetap tinggi jika kita melihat data historis minyak mentah secara jangka panjang. Lalu, bagaimana prospek dari harga minyak? Apakah worth it beli saham di sektor energi (minyak)? Simak artikel ini hingga akhir ya…
Daftar Isi
Hubungan Rusia vs UE Semakin Memanas
Meskipun situasi perang sudah sedikit mereda, dampak perang Rusia – Ukraina nampaknya masih akan berlanjut, setidaknya dari sisi ekonomi. Uni Eropa (UE), negara G7 (Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang dana Amerika Serikat) dan Australia sepakat untuk membatasi harga beli minyak Rusia sebesar USD 60 per barrel. Price cap ini bertujuan untuk membatasi pendapatan Rusia dari penjualan minyak, yang mana akan digunakan juga oleh Russia untuk mendanai perang.
Selain itu, UE juga melarang perusahaan transportasi mereka untuk mengangkut minyak Rusia mulai 5 Desember 2022 lalu. Hal ini juga mencakup larangan dalam hal servis seperti pendanaan, jasa perantara atau bantuan teknis ke pihak Rusia. Namun dengan catatan, larangan ini berlaku jika harga minyak yang dijual diatas price cap yang ditentukan UE.
Sanksi ini, tentunya juga akan berpengaruh ke perusahaan oil & gas Russia. Dimana mereka juga akan dihadapai dilemma, apakah harus menerima Price Cap atau mencari pembeli minyak yang baru. Tetapi, nampaknya Rusia akan segera mendapatkan pembeli yang siap membeli minyak mereka dalam jumlah yang banyak.
Anda kesulitan mengatur waktu untuk analisa laporan keuangan? Anda bisa menggunakan E-Book Quarter Outlook Q3 2022, di mana Anda akan mendapatkan hasil analisa saham-saham potensial dari RK Team. Segera dapatkan di sini.
Game Changer: China Re-Opening
China saat ini merupakan negara dengan ekonomi terbesar kedua didunia. Sehingga, membaiknya perekonomian China akan menyebabkan efek domino yang positif untuk negara lain. Diawal bulan Desember 2022 lalu, China memberlakukan pelonggaran kebijakan zero Covid Policy dimana mereka melongarkan kebijakan test Covid dan cek kesehatan untuk perjalanan dalam negeri. Mereka juga sudah melonggarkan kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat.
Hal ini merupakan kebijakan yang positif, mengingat Zero Covid yang telah diberlakukan oleh pemerintah China cukup menghambat pertumbuhan ekonomi China. Sebelumnya, kebijakan Zero Covid pun juga menyulut gelombang protes dari warga dalam negeri yang nampaknya sudah jenuh selalu dikurung di dalam rumah. Dengan mulai longgarnya kebijakan Zero Covid ini, maka hal ini bisa kembali meningkatkan demand komoditas – komoditas dunia, seperti Coal, Oil, Nickel, Pulp, dll. Sehingga, harga komoditas berpotensi kembali meningkat.
Selama beberapa tahun kebelakang, China cukup dekat hubungannya dengan Presiden Vladimir Putin. China sangat membutuhkan Rusia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan domestik China. Rusia, juga membutuhkan China untuk mengurangi ketergantungan mereka terhadap UE. Sehingga, dengan re-opening China, nampaknya akan membuat demand terhadap oil akan meningkat. Dan ini bisa menguntungkan bagi Rusia dengan mengalihkan jatah penjualan minyak Eropa ke China.
Karena demand berpotensi meningkat, dari sisi supply produksi minyak nampaknya akan menurun yang mana OPEC+ sendiri juga mengamini hal tersebut. Dan hal ini akan membuat harga minyak masih akan tetap bertahan di level harga yang tinggi seperti sekarang ini.
Investasi Di Hulu Migas Indonesia Mencapai ATH
Kondisi harga minyak dunia tentunya juga berpengaruh ke Indonesia. Harga minyak jadi semakin mahal dan berujung kepada pengalihan subsidi BBM menjadi BLT ke masyarakat yang membutuhkan. Disisi lain, harga minyak yang tinggi akan menguntungkan emiten – emiten yang bergerak di sektor ini. Selain oil producer, emiten yang menyediakan servis untuk sektor oil juga bakal kecipratan cuan. Contohnya seperti oil exploration services, distribution & logistic.
Bahkan kegiatan investasi di hulu migas Indonesia juga cukup menggemberikan. Dimana sepanjang 9 bulan tahun 2022, nilai investasi hulu migas sebesar USD 13.1 miliar. Angka ini bahkan lebih tinggi 21.1% dibandingkan angka FY tahun 2021 yang sebesar USD 11.1 miliar serta merupakan angka tertinggi sepanjang 7 tahun terakhir.
Pemerintah sendiri nampaknya masih akan terus mendorong produksi minyak kita bisa mencapai 1 juta barrel untuk mengurangi impor minyak. Sehingga, ditahun ini nampaknya investasi di hulu migas masih akan meningkat. Jadi, ini bisa menjadi katalis positif untuk sektor minyak mencatatkan kinerja keuangan yang lebih baik. Jika harga oil bisa tetap bertahan di harga USD 80 per barrel, maka ini bisa jadi insentid bagi investor untuk mau berinvestasi kembali ke sektor minyak Indonesia.
Sumber: SKK Migas, Katadata
DISCLAIMER : Tulisan ini bukan bersifat rekomendasi beli atau jual. Tulisan ini bersifat untuk edukasi berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Do Your Own Research sebelum memutuskan untuk membeli atau menjual saham.
###
Info: