Sepanjang tahun 2021 ini, harga CPO terus bergerak naik. Sampai dengan awal Agustus 2021, harga CPO menembus level RM 4300 – 4400 / Ton. Harga CPO ini jauh lebih tinggi ketimbang tahun 2020 lalu, yang rata-rata berkisar di sekitar RM 2700 – 3000 / Ton.
Namun di sisi lain, harga saham sejumlah emiten CPO relatif belum bergerak naik. Katakanlah AALI yang harga sahamnya di awal tahun sempat berada di 13.000 an, saat ini berada di < 8.000 an, atau terkoreksi sekitar -35% YTD.
Demikian pula, LSIP yang di awal tahun harga sahamnya sempat berada di 1.500 an, saat ini harga sahamnya malah berada di 1100 – 1200 an, atau terkoreksi sekitar -18% YTD.
Induk usaha LSIP, yaitu SIMP sendiri memang mencatatkan return sekitar +6% YTD hingga saat artikel ini ditulis. Namun jika dibandingkan dengan harga pada bulan Mei 2021 yang sempat mencapai 580 an di bulan Mei, saat ini harga sahamnya kembali terkoreksi ke 430 an.
TBLA pun sama. Di awal 2021, harga sahamnya sempat berada di 1100 an, namun harga sahamnya kemudian terus terkoreksi hingga mencapai 800 an saat artikel ini ditulis, atau terkoreksi sekitar -14% YTD.
Anda yang ingin atau sedang menyusun investing plan Anda, tapi memiliki waktu yang terbatas untuk mengolah banyaknya informasi yang beredar, Anda bisa menggunakan Monthly Investing Plan edisi Agustus 2021 yang telah terbit di sini…
Daftar Isi
Fenomena Kenaikan Harga CPO dan Hubungan nya dengan PPKM
Untuk menjawab pertanyaan fenomena kenaikan harga CPO, coba kita pelajari data dari GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia).
Source : GAPKI
Ada beberapa data menarik dari GAPKI di atas, antara lain :
Pertama, Stock CPO turun cukup signifikan. Di akhir 2020, stock CPO masih berada di 4.8 juta ton. Namun per akhir Mei 2021, stock CPO turun menjadi 2.9 juta ton. Dengan kata lain, stock CPO turun sekitar 40,7% YTD.
Kedua, Konsumsi lokal bertumbuh meski belum signifikan. Sampai dengan YTD Mei 2020, konsumsi lokal baik untuk pangan, oleokimia, dan biodiesel mencapai 7.33 juta ton. Sementara YTD Mei 2021, konsumsi lokal mencapai 7.86 juta ton. Dengan kata lain, konsumsi lokal naik 7.2% YoY.
Ketiga, Konsumsi Ekspor juga bertumbuh. Sejalan dengan konsumsi lokal, Ekspor baik CPO, PKO, beserta dengan olahan nya pun juga bertumbuh. Sampai dengan YTD Mei 2020, Ekspor mencapai 12.74 juta ton. Sementara sampai dengan YTD Mei 2021, Ekspor mencapai 13.75 juta ton. Dengan kata lain, konsumsi lokal naik 7.9% YoY.
Dari ketiga insight di atas, kita bisa membentuk hipotesa bahwa kenaikan harga CPO lebih disebabkan karena supply yang menurun, ketimbang demand yang meningkat. Hukum ekonomi dasar mengatakan bahwa supply turun, maka harga naik. Nah ini yang terjadi pada emiten CPO saat ini. Meskipun demand naik sekitar 7% – 8%, namun supply turun 40%.
Salah satu hal yang menjelaskan mengapa supply CPO turun cukup signifikan adalah karena adanya PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) di negara kita Indonesia dan juga Malaysia yang disebut PKPP (Perintah Kawalan Pergerakan Pemulihan). PPKM di Indonesia dan PKPP di Malaysia ini membuat mobilitas di Perkebunan Kelapa Sawit menjadi tertahan, sehingga mengganggu proses panen, yang berujung pada supply yang menurun.
Time To Buy ?
Jika kita lihat pencapaian kinerja laporan keuangan Q1 2021 sejumlah emiten, rata-rata mencatatkan kinerja yang positif di 2021 ini. Misalkan EPS AALI per Q2 2021 yang disetahunkan mencapai Rp 675 / share, lebih baik ketimbang tahun 2019 dan 2020. EPS LSIP per Q1 2021 yang disetahunkan mencapai Rp 174 / share, bahkan lebih tinggi ketimbang tahun 2018 – 2020. Hal yang sama terjadi pada SIMP dan TBLA yang mencetak EPS Q1 2021 disetahunkan masing-masing Rp 27 / share dan Rp 146 / share, lebih baik ketimbang tahun 2018 – 2020 lalu.
Kinerja yang positif ini menggambarkan bahwa emiten CPO di Q1 2021 kemarin sudah mulai menikmati kenaikan ASP (Average Selling Price) imbas dari kenaikan harga CPO itu sendiri. Padahal jika kita perhatikan pergerakan harga CPO di atas, harga CPO di Q1 2021 baru berada di sekitar RM 3250 – 3750 / ton. Sementara harga CPO di Q2 2021 lebih tinggi lagi, yaitu mencapai RM 4300 – RM 4400 / ton. Maka kita bisa berekspektasi bahwa pencapaian EPS di Q2 2021 (dan Q3 2021) nanti akan lebih baik lagi.
So, bukankah ini peluang di saat kinerja fundamental sudah membaik, namun pasar belum mengapresiasi harga sahamnya ?
Prospek CPO
Belum lagi bisa dikatakan prospek CPO masih terbilang cerah. Meskipun ada sejumlah black campaign seperti yang diluncurkan oleh Uni Eropa, yang mengatakan bahwa emisi kelapa sawit di Indonesia mencapai 90 ton CO2. Namun ada sejumlah prospek positif lainnya, seperti :
- Teknologi Biofuel Generasi Kedua Dari Sawit. Jika dalam beberapa tahun belakangan ini, Anda sudah mulai familiar dengan teknologi biodiesel, ternyata pemanfaatan kelapa sawit tidak hanya berhenti sampai di situ saja. Kelapa sawit tidak hanya dapat dikembangkan menjadi biodiesel saja, tapi juga menjadi bioethanol yang bisa dicampur dengan bensin dan green diesel. Pengembangan teknologi biofuel ini berupa Cellulosic Ethanol.
- Fight Back terhadap Uni Eropa. Belakangan ini sudah banyak studi yang membuat antithesis dari tuduhan yang disampaikan terkait emisi yang dihasilkan kelapa sawit. Dalam studi yang dilakukan oleh sejumlah peneliti, Emisi kelapa sawit di Indonesia mencapai hanya mencapai 20 – 25 ton CO2. Selain itu adanya anggapan bahwa Tanaman kelapa sawit mengancam keberlangsungan sumber daya air, juga dicounter dengan data bahwa kebutuhan air pada kebun kelapa sawit hanya 1104 m3 per tahun, lebih rendah ketimbang sejumlah tanaman hutan lainnya seperti bamboo misalkan yang membutuhkan 3000 m3. Sawit juga hanya membutuhkan 75 m3 air untuk menghasilkan biodiesel, lebih rendah ketimbang ubi kayu misalkan yang membutuhkan 118 m3.
- Potensi Ekspor ke New Market. Seperti tidak ingin terlalu bergantung pada Uni Eropa dan India, pengusaha kelapa sawit di Indonesia pun mulai membuka pasar baru. Tujuannya adalah negara seperti Pakistan dan Mesir. Berdasarkan data dari GAPKI, kenaikan ekspor ke Pakistan menjadi salah satu yang tertinggi, yaitu naik 138 ribu ton menjadi 265.5 ribu ton.
So, bagaimana dengan Anda ? Apakah menurut Anda ini adalah waktu yang tepat untuk mengkoleksi emiten CPO, yang sudah tidur panjang cukup lama ?
DISCLAIMER : Tulisan ini bukan bersifat rekomendasi beli atau jual. Tulisan ini bersifat untuk edukasi berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Do Your Own Research sebelum memutuskan untuk membeli atau menjual saham.
###
Info:
Tags : Harga CPO Mencapai Level Tertinggi | Harga CPO Mencapai Level Tertinggi | Harga CPO Mencapai Level Tertinggi | Harga CPO Mencapai Level Tertinggi | Harga CPO Mencapai Level Tertinggi | Harga CPO Mencapai Level Tertinggi | Harga CPO Mencapai Level Tertinggi