Indikator Ekonomi

Terakhir diperbarui Pada 1 Maret 2019 at 2:47 pm

Sebagai seorang Value Investor, kita tidak hanya perlu untuk mengetahui kondisi perusahaan yang bersangkutan, namun kita perlu memahami kondisi makroekonomi Indonesia. Dengan mengetahui kondisi makroekonomi Indonesia akan memberikan pandangan secara “helicopter view” dan memberikan kita “signal” dalam berinvestasi. Ada banyak sekali faktor yang mempengaruhi perekonomian negara kita ini. Namun, saya mencoba untuk memilihkan beberapa indikator yang paling berpengaruh terhadap perekonomian negara, dan tentunya dari kacamata bursa saham IHSG. Berikut ini adalah beberapa indikator ekonomi yang perlu Anda cermati :

 

Neraca Perdagangan

Neraca perdagangan merupakan indicator yang penting untuk perekonomian sebuah negara. Apabila impor > ekspor atau biasa disebut neraca defisit, maka negara tersebut lebih didominasi barang-barang impor. Sebaliknya apabila ekspor > impor atau biasa disebut neraca surplus, maka negara tersebut lebih didominasi barang domestik. Dampaknya adalah kondisi perekonomian di dalam negeri, akan menjadi lebih stabil, karena tingkat ketergantungan terhadap barang impor dari luar relatif lebih kecil.

Apabila terjadi neraca perdagangan defisit, dampak negatif nya adalah  produsen dalam negeri tidak dapat bersaing dengan barang impor, yang kemudian dapat mengakibatkan banyak usaha dalam negeri gulung tikar, sehingga pengangguran pun menjadi meningkat karena banyak tenaga kerja yang akan mendapatkan PHK. Selain itu, pendapatan negara menjadi lebih sedikit sementara utang negara bertambah. Sampai dengan Maret 2017, Indonesia mencatatkan neraca surplus sebesar USD 3.93 Miliar. Dibandingkan tahun sebelumnya, tingkat ekspor meningkat 20.7% menjadi USD 40.54 Miliar, sementara Impor meningkat 14.7% menjadi USD 36.61 Miliar. Indonesia sendiri selama beberapa tahun terakhir selalu mencatatkan surplus perdagangan, yang berdampak positif bagi perekonomian Indonesia.

 

Neraca Perdagangan Indonesia s/d Feb 2017

 

Tingkat Inflasi

Inflasi adalah meningkatnya harga-harga karena banyaknya jumlah uang yang beredar. Tingkat inflasi yang terjaga membuat roda perekonomian lebih stabil, dibandingkan tingkat inflasi yang terlalu tinggi. Tingkat inflasi di Indonesia sendiri cukup stabil di range 3% – 4%. Update terakhir, inflasi meningkat 3.83% year-on-year di bulan Februari 2017, dibandingkan dengan 3.49% di bulan Januari 2017. Angka ini memang merupakan inflasi tertinggi sejak Maret 2016 (4.45%), namun demikian masih dapat dikatakan stabil.

Kenaikan beberapa harga yang menyebabkan angka inflasi sedikit meningkat adalah housing & utilities (3.71 % from 2.47 %), transportation (3.07 % from 2.76 %, raw food (4.39 % from 4.11 %, education (2.72 % from 2.70 %). Sementara beberapa harga yang tingkat inflasi nya menurun adalah pakaian (2.99 % dari 3.12 %), kesehatan (4.06 % dari 4.07 %), dan makanan siap saji (5.08 % dari 5.33 %). Sebagai gambaran, sewaktu terjadi krisis moneter tahun 1998, inflasi mencapai titik tertinggi yaitu 82.40 % di September 1998. Sebaliknya, Indonesia juga pernah mencapai deflasi (di mana harga-harga cenderung turun) yaitu bulan Maret 2000.

Tingkat Inflasi Indonesia 2016 – 2017

 

Tingkat Suku Bunga

Tingkat suku bunga berbanding terbalik dengan investasi. Semakin tinggi tingkat suku bunga, masyarakat akan cenderung untuk saving / menabung. Sebaliknya, semakin rendah tingkat suku bunga, masyarakat akan cenderung untuk berinvestasi. Katakanlah Anda sedang menunggu untuk membeli rumah. Namun ternyata bunga KPR sedang tinggi, apa yang anda lakukan? Kemungkinan besar kalau belum butuh banget, Anda akan menyimpan uang anda terlebih dahulu. Namun jika ternyata suku bunga KPR rendah, maka Anda kemungkinan besar akan mengambil KPR tersebut. Benar kan?

Nah, tingkat suku bunga BI per Maret 2017 adalah 4.75%. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan di awal Januari 2016, di mana suku Bunga BI mencapai 7.25%. Bahkan, suku bunga BI pernah mencapai 12.75% di akhir tahun 2005. Suku bunga 4.75% ini merupakan yang terendah selama setidaknya 10 tahun terakhir. Dengan rendah nya suku bunga BI di tahun 2017 ini, masyarakat diharapkan menggunakan uangnya untuk berinvestasi, sehingga perekonomian Indonesia akan bertumbuh.

 

Tingkat Suku Bunga 2016

 

 

Tingkat pengangguran

Tingkat pengangguran di Indonesia per Kuartal III 2016 adalah 5.61%, meningkat sedikit dari 5.50% di Kuartal II 2016. Namun secara jumlah pengangguran berkurang dari 7.03 juta pengangguran menjadi 7.02 juta pengangguran. Jika dibandingkan dengan akhir tahun 2015, di mana tingkat pengangguran adalah 6.18%, maka tentu saja angka 5.61% tadi adalah angka yang positif. Bahkan jika kita tarik lebih jauh lagi ke belakang, di akhir tahun 2011, tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 6.8%. Artinya, selama 6 tahun terakhir ini, tingkat pengangguran di Indonesia sudah berkurang jauh. Hal ini tentu saja berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

 

Tingkat Pengangguran Indonesia 2012 – 2016

 

Upah Minimum Tenaga Kerja

Upah minimum tenaga kerja di Indonesia meningkat menjadi Rp 3.35 juta / bulan di tahun 2017, meningkat dari Rp 3.10 juta per bulan di tahun 2016 (meningkat Rp 250 ribu per bulan). Apabila kita tarik data lebih jauh ke belakang, dapat kita lihat di tahun 2012, upah minimum masih di angka Rp 1.68 juta / bulan. Dengan kata lain, selama 5 tahun terakhir, upah minimum sudah meningkat 2x lipat. Tentu saja peningkatan upah minimum tenaga kerja ini merupakan indikator yang baik. Hal ini dikarenakan, semakin tinggi upah minimum tenaga kerja, maka daya beli masyarakat secara umum juga meningkat.

 

Upah Minimum Bulanan Indonesia 2012 – 2017

 

Tingkat Konsumsi Konsumen

Peningkatan upah minimum yang kita jelaskan dalam poin sebelumnya, berdampak juga kepada kenaikan jumlah pengeluaran atau konsumsi di Indonesia, di mana tingkat konsumsi di Indonesia mencapai Rp 1,307,300 Miliar di Kuartal IV 2016, bahkan sempat mencapai Rp 1,307,604 Miliar di Kuartal III 2016. Angka ini jauh di atas tingkat konsumsi pada tahun 2014 sebesar Rp 1,102,605 Miliar atau bahkan di Kuartal I 2010 yaitu sebesar Rp 926,097 Miliar. Semakin tinggi tingkat konsumsi konsumen yang berarti juga bahwa daya beli masyarakat meningkat, dan berputar nya roda ekonomi yang berujung pada pertumbuhan ekonomi.

Tingkat Konsumsi Konsumen Indonesia 2014 – 2017

 

Kesimpulannya, jika Anda data makroekonomi kita di atas, maka sejauh ini kita dapat mengatakan bahwa makroekonomi kita sedang baik dan tidak ada masalah. Oleh karena itu, sebagai investor, kita bisa cukup tenang dalam berinvestasi. Anda sebagai seorang investor saham, perlu untuk mengikuti perkembangan makroekonomi tersebut, setidaknya sebulan sekali untuk mengikuti perkembangan nya.

 

 

Info : 

Hadirilah Seminar Investment Grade Investing Strategy tanggal 22 Juli 2017 di Bursa Efek Indonesia pukul 09.00 – 12.00. Info selengkapnya dapat dibaca di sini

 

Tags :

Indikator Ekonomi Indikator Ekonomi, Indikator Ekonomi Indikator Ekonomi. Indikator Ekonomi Indikator Ekonomi,Indikator Ekonomi

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

reCaptcha v3
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *