
Dalam berinvestasi saham di pasar modal, ada banyak istilah-istilah teknis yang seringkali digunakan oleh para investor maupun trader. Dengan memahami istilah-istilah teknis ini, maka pengambilan keputusan maupun strategi investasi akan lebih mudah. Dan salah satu istilah yang sangat umum di market adalah TP. Lalu apa sebenarnya TP itu? Kapan waktu yang tepat untuk TP dan bagaimana caranya?
[adinserter block=”4″]
Daftar Isi
Apa itu TP dalam Saham?
TP ialah kepanjangan dari istilah Take Profit, yang merupakan salah satu strategi untuk merealisasikan pengambilan keuntungan atas kenaikan harga saham di angka tertentu. Cara kerja TP adalah dengan menyelesaikan kepemilikan saham, lewat aksi ‘sell’ ketika harga yang ditargetkan sudah tercapai. Dengan maksud keuntungan yang diperoleh bisa segera diamankan dan terhindar dari potensi kerugian jika sewaktu-waktu harga saham berbalik arah.
TP dapat dilakukan secara manual, dengan catatan trader dan/atau investor mampu menyediakan waktu luang untuk memantau pergerakan market. Namun kini sudah banyak platform investasi dari Sekuritas yang menyediakan fitur TP, sehingga eksekusi saham akan otomatis terjual ketika target harga telah tercapai. Sebagai contoh TP menggunakan fitur: Ketika membeli saham ABCD di harga Rp2.500 per lembar saham, dan pasang TP di angka Rp2.900. Maka sewaktu harga saham sudah mencapai angka Rp2.900, saham akan secara otomatis terjual.
Umumnya TP ini adalah alat penting bagi para trader yang menggunakan analisis teknikal dalam jangka pendek. Kendati demikian, TP juga banyak diterapkan oleh para investor dalam jangka panjang, untuk bisa TP ketika harga saham sudah mencapai nilai intrinsik – berdasarkan analisis fundamental. Jadi TP ini adalah langkah yang merealisasikan keuntungan dari market sesegera mungkin.
Waktu yang Tepat untuk TP
Kendati TP sudah dipahami sebagai aksi untuk mengambil keuntungan. Akan tetapi, masih ada investor yang kebingungan dalam menentukan waktu ideal agar bisa TP. Berikut adalah beberapa pertimbangan logis, agar bisa TP di waktu yang tepat, antara lain:
Target Keuntungan Sudah Tercapai
Di awal pembelian saham, sebaiknya tentukan juga target harga untuk menjual saham tersebut. Lantaran saat harga saham mulai bergerak naik dan berhasil mencapai harga target, tentu TP bisa direalisasikan.
Harga Saham Mencapai Puncaknya
Jika saham ABCD yang sudah beli dan harganya mengalami kenaikan. Namun di waktu yang sama dari hasil analisa yang dilakukan menunjukkan adanya potensi berbalik arah untuk koreksi atau penurunan harga. Maka kenaikan harga tersebut adalah puncaknya, dan di momen ini Anda bisa melakukan TP terlebih dulu untuk mengamankan keuntungan yang sudah diperoleh. Dan Anda tetap bisa memiliki saham ABCD kembali, ketika harganya terkoreksi supaya bisa membeli di harga termurahnya.
Istilah lain dari harga puncak biasa dikenal sebagai Resistance atau Pola Evening Star Candlestick.
Saat IHSG Melonjak Tinggi
Ketika IHSG bergerak naik, maka di waktu yang sama menjual saham-saham yang harganya sudah naik sebelumnya bisa dipertimbangkan. Lantaran saham-saham yang harganya sudah naik ketika IHSG melonja, berpotensi untuk mengalami koreksi yang dipicu oleh berbagai sentimen negatif.
[Baca lagi: Auto Order, Ini Keuntungannya]
Cara Menentukan TP yang Ideal
Untuk cara menentukan TP yang ideal, ada beberapa metode yang perlu diperhatikan antara lain:
Tentukan Target Keuntungan
Hitung persentase keuntungan: Adapun cara yang mudah untuk menghitung berapa persentase keuntungan ini dengan mengacu pada berapa besar modal yang digunakan. Misalnya target TP ketika saham sudah naik sekitar 10% dari harga beli, barulah saham akan dijual. Jadi ketika membeli saham di harga Rp1.000 per lembar dan sudah naik 10%, maka di harga Rp1.100 sebaiknya segera jual. Target 10% ini sebenarnya sudah tergolong ideal untuk jangka pendek, beda hal jika Anda adalah investor jangka panjang target TP bisa lebih besar.
Terapkan Analisis Teknikal
Beberapa indikator analisis teknikal seperti:
- Resistance dan Level Support, lakukan identifikasi resistance dan level support pada grafik harga. Target TP ini bisa dipasang pada level resistance (beli) dan untuk level support (menjual).
- Fibonacci Retracement, sebagai indikator teknikal bisa dimanfaatkan untuk melihat level-level yang memiliki potensi TP.
- Indikator Teknikal, gunakan indikator-indikator teknikal seperti Moving Average/MA, di mana TP dapat ditentukan ketika harga sudah menyentuh garis MA tertentu. Atau jua Relative Strength Index (RSI) untuk melakukan identifikasi overbought (jenuh beli) maupun oversold (jenuh jual) dalam menentukan target TP.
Dalam analisis teknikal ini memang terbilang rumit dan membutuhkan pemahaman yang mendalam. Namun analisis teknikal ini memiliki akurasi paling baik dalam jangka pendek dan paling banyak digunakan para trader saham.
Berdasarkan Nilai Wajar atau Fair Value
Anda yang memilih investasi saham dalam jangka panjang, maka TP dapat ditentukan ketika harga saham sudah mulai mendekati dan/atau melebihi nilai wajarnya, yang berdasarkan laporan keuangan dan juga prospek bisnis ke depan.
Kombinasikan TP dengan SL (Stop Loss)
TP bisa menjadi lebih efektif, apabila dikombinasikan dengan Stop Loss – yang merupakan perintah jual untuk membatasi kerugian pada suatu posisi, sehingga investasi tetap terlindungi. SL akan otomatis menjual saham, ketika harganya merosot lebih dari harga stop. Dengan begitu, maka aset yang dijual ada di harga berikutnya yakni di bawah level SL. Misalnya: Beli saham ABCD dengan harga Rp2.000 dan pasang SL di 1.900 dan juga TP di Rp2.200, porsi ini cukup ideal.
Tentukan perbandingan rasio risiko:reward, rasio ini merupakan pendekatan paling umum untuk setiap unit risiko yang sanggup ditanggung dan Anda menetapkan target keuntungan sebanyak dua kali lipat di atasnya, yakni 1:2. Dengan begitu, akan terbentuk porsi risiko dan reward yang seimbang.
Segera Revisi Target TP, jika Fundamental Berubah
Apabila ada katalis positif yang besar, seperti update kinerja keuangan yang tumbuh. Maka di sini target TP dapat direvisi lebih tinggi lagi.
Belajar Memahami Volatilitas Saham
Saham yang memiliki volatilitas tinggi umumnya lebih cocok untuk diberikan ruang TP lebih lebar. Sedangkan untuk kelompok saham defensif bisa menetapkan target TP yang lebih konservatif lagi. Demikian pula dengan kondisi market, ketika market sedang bergerak naik (bullish), maka target TP bisa lebih lebar. Sebaliknya ketika market bergerak turun (bearish), maka target TP dapat dibuat secara konservatif.
Manfaat dari TP
TP bukan hanya sekedar mengamankan keuntungan yang sudah diperoleh dari market. Melainkan juga memberi manfaat, yang antara lain:
- Dengan TP, investor tidak direpotkan dengan memantau perubahan market secara terus-menerus. Karena settingan TP yang sudah otomatis akan terlaksana lewat take profit order.
- Mengunci keuntungan, dengan merealisasikan TP terlebih dulu karena target sudah tercapai.
- Meminimalisir potensi risiko harga saham yang berbalik arah, karena adanya sentimen negatif atau volatilitas pasar.
- TP juga membantu investor lebih mudah keluar dari market, setelah keuntungan diperoleh.
- Menghindarkan diri dari keserakahan di market, ada banyak investor yang justru tidak menjual sahamnya ketika harganya sudah bergerak naik. Lantaran berharap harga saham akan bergerak naik lebih tinggi lagi. Padahal ketika harga sudah berbalik arah, tentu di sini akan kehilangan potensi keuntungan.
- Meningkatkan kedisiplinan, TP yang dilakukan dapat membantu investor/trader untuk lebih disiplin dalam mengikuti rencana dan strategi yang dibuat, tanpa mengandalkan emosi.
[adinserter block=”5″]
Kesimpulan
TP alias Take Profit, investor dapat mengamankan keuntungan terlebih dulu, sebelum terjadi pembalikan arah harga saham, akibat volatilitas atau sentimen negatif. TP ini bisa dilakukan dengan cara manual, tetapi bagi investor dengan keterbatasan waktu bisa melakukannya secara otomatis memanfaatkan fitur yang ada di platform Sekuritas.
Waktu paling tepat untuk TP, terutamanya ketika target TP sudah tercapai, harga saham sudah menyentuh puncak (resistance), dan ketika IHSG melonjak. Penentuan level TP secara ideal bisa berdasarkan pada target persentase keuntungan dari modal yang digunakan. Atau bisa juga memanfaatkan analisis teknikal seperti resistance, MA, RSI, dan Fibonacci. Serta nilai wajar (fair value) saham berdasarkan analisis fundamental.
Dengan pemahaman TP yang baik tepat, tentu keuntungan yang optimal dapat diperoleh dan minim risiko dari berbagai sentimen negatif market.***
###
DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!
Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.