Sritex-Pailit
Artikel telah ditinjau oleh: Stock Market Analyst RK Team

Sritex pailit! Usai berada dalam masa suspens yang panjang, kini produsen tekstil terbesar PT Sri Rejeki Isman (sticker code SRIL) resmi dinyatakan pailit. Pernyataan tersebut dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang pada 24 Oktober 2024 lalu. Alasan pengenaan pailit ini karena posisi SRIL yang menghadapi permasalahan utang yang belum teratasi sampai dengan sekarang. Lantas kalau sudah dinyatakan Sritex pailit, apakah benar potensi delisting juga semakin besar?

 

Sritex Pailit: Kronologi Singkat

SRIL, salah satu emiten produsen tekstil terbesar di Indonesia yang juga tercatat sebagai Perusahaan Terbuka di BEI. Perjalanan panjang bisnis produsen tekstil ini, dimulai dari sebuah toko tekstil kecil di Kota Solo, untuk melayani penjualan kain lokal sejak tahun 1966. Perjalanan bisnis SRIL terus mengalami perkembangan terhitung dari tahun 1980 – 2019, sebelum akhirnya terhantam dampak pandemi Covid19.

Situasi tersebut membuat SRIL terjebak dalam masalah utang yang berkelanjutan dan menempuh upaya restrukturisasi. Namun pada 24 Oktober 2024 kemarin, Pengadilan Negeri Niaga Semarang mengeluarkan keputusan yang menyatakan bahwa Sritex pailit. Usai permohonan yang diajukan PT Indo Bharat Rayon dibatalkan oleh Pengadilan Negeri Niaga Semarang.

Padahal sebelumnya, sudah ada putusan perjanjian damai antara SRIL dan kreditur (homologasi), dalam hal penundaan kewajiban pembayaran utang. Homologasi tersebut tertuang dalam keputusan nomor 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Semarang, bahwa SRIL beserta ketiga entitas anak usaha: PT Sinar Pantja Djaja, PT Primayudha Mandirijaya, dan PT Bitratex Industries gagal memenuhi kewajiban pembayaran utang kepada PT Indo Bharat Rayon – selaku kreditur dan pemohon. Sebagai informasi saja, homologasi yang pernah ada tersebut, dibuat berdasarkan pada Keputusan tanggal 25 Januari 2022.

 

 

Permasalahan Utang dan Rugi yang Membebani, hingga Sritex Pailit

Jauh sebelum dinyatakan bahwa Sritex pailit seperti sekarang, produsen tekstil ini sudah seringkali diisukan bangkrut. Hal itu dipicu oleh permasalahan utang yang tinggi, sedangkan di waktu yang sama deficit modal terus membengkak.

  • Liabilitas tinggi

Historical Liabilitas SRIL. Source: Cheat Sheet Kuartal II-2024 by RK Team

Porsi utang yang tinggi tersebut, belum sempat mengalami penurunan sepanjang operasionalnya SRIL. Kondisi semakin memburuk, setelah SRIL terdampak pandemi Covid19, tercatat pada tahun 2021 total liabilitas naik signifikan mencapai Rp23.6 triliun. Bahkan setelah pandemi berlalu, liabilitas SRIL masih terus membebani kemampuan perusahaan, hingga kuartal II-2024 kemarin tercatat naik menjadi Rp25.3 triliun. Di bawah ini adalah gambaran lebih jelas mengenai porsi utang yang dimiliki SRIL secara historical…

Berdasarkan rinciannya, beban utang SRIL yang besar berasal dari liabilitas jangka pendek senilai USD131.41 juta dan juga liabilitas jangka panjang senilai USD1.46 miliar. Pada liabilitas jangka pendek, SRIL mencatatkan kenaikan pada Utang bank jangka pendek USD11.36 juta, Utang usaha jangka pendek pada pihak ketiga USD55.77 juta, dan Beban akrual USD16.76 juta.

Liabilitas Jangka Pendek SRIL. Source: Laporan Keuangan SRIL Kuartal II-2024

Sedangkan pada liabilitas jangka panjangnya, porsi utang terbesar berasal dari Utang bank USD809.99 juta dan Utang Obligasi USD375.00 juta. Ditambah lagi dengan adanya catatan Utang pemegang saham USD7.13 juta – padahal di periode kuartal II-2023 tidak ada. Kenaikan nilai utang lainnya, juga berasal dari Liabilitas tidak lancar lainnya USD96.28 juta. Terakhir ada Liabilitas pajak tangguhan USD34.83 juta.

Liabilitas Jangka Panjang dan Total Liabilitas. Source: Laporan Keuangan SRIL Kuartal II-2024

Jika di breakdown pada pos Utang bank yang sebesar USD809.99 juta, maka kita akan menemukan bahwa SRIL memiliki utang pada banyak perbankan dan nilainya terbilang fantastis. Porsi utang SRIL terbesar berasal dari PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) senilai USD71.30 juta.

Utang Bank Jangka Panjang. Source: Laporan Keuangan SRIL Kuartal II-2024

Sedangkan untuk Utang Obligasi tercatat meningkat di kuartal II-2024 menjadi USD375.00 juta, padahal di periode kuartal II-2023 hanya sebesar USD371.86 juta. Dengan rincian, Obligasi yang diterbitkan Golden Legacy Pte. Ltd senilai USD150.00 juta dan Obligasi yang diterbitkan SRIL senilai USD225.00 juta.

Obligasi yang diterbitkan SRIL. Source: Laporan Keuangan SRIL Kuartal II-2024

Dengan utang sebesar di atas dan jatuh tempo yang sudah dekat, tentu SRIL tidak memiliki banyak waktu untuk bisa membayarnya. Misalnya saja pada pos Utang bank dari BBCA jatuh temponya ialah pada 29 Agustus 2027. Sedangkan untuk Utang Obligasi yang diterbitkan SRIL pada 9 Oktober 2019, akan segera jatuh tempo pada 16 Januari 2025.

  • Defisit modal

Historical Ekuitas SRIL. Source: Cheat Sheet Kuartal II-2024 by RK Team

Nahasnya, SRIL juga mengalami defisit modal mencapai -Rp5.7 triliun di tahun 2021 yang semakin membebani perusahaan. Bahkan defisit modal berlanjut hingga ke kuartal II-2024 berjalan mencapai -Rp15.5 triliun.

Defisit modal perusahaan terjadi karena beberapa alasan yang saat itu terjadi, seperti:

    • Porsi utang yang besar di tahun 2021 mencapai Rp23.6 triliun. Dampak dari pinjaman berupa obligasi dan utang bank, yang digunakan untuk ekspansi besar-besaran di beberapa tahun sebelumnya.
    • Pendapatan SRIL saat itu juga menurun, karena banyaknya pembatalan pesanan dan produk tidak terjual akibat pandemi. Buruknya, hal itu berlanjut pada turunnya permintaan berkelanjutan, ditambah serbuan impor dan persaingan industri tekstil yang ketat. Oleh karena itu, sejak tahun 2021 SRIL sudah tidak lagi membukukan laba bersih seperti di tahun sebelumnya.
  • Rugi berturut-turut

Bahkan di kuartal II-2024 ini SRIL kembali mengalami kerugian yang lebih besar lagi mencapai -Rp817 miliar. Sangat merugikan bagi SRIL, daripada tahun 2021 -Rp15 miliar, tahun 2022 -Rp6 miliar, dan tahun 2023 -Rp616 miliar.

Historical Net Profit SRIL. Source: Cheat Sheet Kuartal II-2024 by RK Team

Dari kerugian yang dialami SRIL secara berturut-turut, tidak heran jika kemudian Pengadilan Negeri Niaga Semarang menyatakan bahwa Sritex pailit. Dengan tidak adanya keuntungan yang didapat, sudah tentu perusahaan tidak sanggup melakukan pembayaran utang-utang yang tercatat. Apalagi dengan sisa waktu yang tidak panjang, di tengah situasi bisnis yang juga tertekan akibat tingginya kompetisi industri tekstil.

  • Aset rendah

Historical Aset SRIL. Source: Cheat Sheet Kuartal II-2024 by RK Team

Tidak hanya itu, porsi Aset yang dimiliki SRIL juga tercatat semakin rendah di kuartal II-2024 menjadi Rp9.7 triliun. Padahal di tahun sebelumnya, seperti pada tahun 2023 Aset SRIL masih sebesar Rp10.0 triliun. Bahkan di tahun 2022 sempat mencapai angka tertinggi di Rp36.6 triliun.

 

Dampak dari Defisit Modal Sritex

Dampak panjang dari defisitnya ekuitas di tahun 2021, SRIL mendapatkan beberapa notasi khusus dari BEI, yakni B, E, dan X. Dengan rincian sebagai berikut…

Notasi khusus SRIL. Source: idx.co.id

Bahkan jika mengambil data RTI Business mengenai kondisi saham SRIL saat ini, maka kita akan menemukan adanya tambahan notasi berupa angka 5 dan 7. Notasi angka 5, menegaskan bahwa SRIL memiliki ekuitas negatif pada laporan keuangan terakhir. Sedangkan notasi angka 7, menjelaskan kondisi SRIL yang memiliki likuiditas rendah. Di mana nilai transaksi rata-rata harian saham SRIL berada di bawah Rp5 juta dan volume transaksi harian juga rendah kurang dari 10ribu saham, dalam enam bulan terakhir.

Pergerakan harga saham SRIL. Source: RTI Business

 

Potensi Delisting SRIL dari BEI Makin Besar?

Dari pembahasan di atas mengenai kinerja SRIL, bukan tidak mungkin bagi produsen tekstil yang pernah dibanggakan PakDe Jokowi ini berpotensi delisting dari BEI.

Untuk diketahui, per tanggal 28 Oktober 2024 kemarin, BEI kembali menegaskan bahwa saham produsen tekstil tersebut masih disuspens di seluruh jenis pasar. Berkaitan dengan keputusan Sritex pailit, yang mengakibatkan adanya ketidakpastian kelangsungan bisnis SRIL ke depan.

Padahal saham SRIL ini sudah disuspens BEI selama hampir 41 bulan yang terhitung dari 18 Mei 2021. Akibat gagal bayar nilai pokok dan bunga MTN (Medium Term Notes) SRIL, Tahap III Tahun 2018 yang juga masih berlanjut sampai sekarang.

Ini berarti, potensi delisting saham SRIL dari BEI jelas semakin besar. Lantaran kondisi saham SRIL saat ini telah sesuai kriteria untuk emiten delisting dari BEI. Adapun jika mengacu pada ketentuan delisting, maka:

  • Perusahaan Tercatat mengalami kondisi yang signifikan berpengaruh pada kelangsungan bisnisnya. Dalam hal ini SRIL sudah berada pada tekanan kinerja yang menggerus laba perusahaan, bahkan perusahaan harus mengalami defisit modal berturut-turut.
  • Perusahaan Tercatat tidak menunjukkan adanya indikasi pemulihan. Dengan dikenakannya status Sritex pailit, maka ini menunjukkan bahwa SRIL belum berhasil memperbaiki kinerja keuangannya. Justru sebaliknya, perusahaan semakin dibebani oleh tingginya liabilitas.
  • Perusahaan Tercatat sudah disuspensi perdagangannya di seluruh pasar, baik itu pasar tunai maupun reguler dengan minimal waktu 24 bulan. Sedangkan suspensi yang dijalankan SRIL sudah melebihi batas minimal yang ditetapkan BEI, yakni sekitar hampir 41 bulan lamanya.

 

 

Kesimpulan

Sritex pailit yang resmi diputuskan oleh Pengadilan Negeri Niaga Semarang, sudah tidak dapat dihindari lagi. Setelah lama disuspensi dari perdagangan pasar, produsen tekstil ini rupanya masih belum mampu mencetak laba pada kinerja keuangannya. Kondisi perusahaan yang merugi, justru semakin diperberat dengan ketidakmampuan tiga entitas anak usaha: PT Sinar Pantja Djaja, PT Primayudha Mandirijaya, dan PT Bitratex Industries untuk memenuhi kewajiban pembayaran utang kepada PT Indo Bharat Rayon – selaku kreditur dan pemohon.

Jauh sebelum dikenakan status Sritex pailit seperti sekarang ini, baik SRIL dan PT Indo Bharat Rayon sebenarnya sudah mencapai kesepakatan homologasi yang dibuat berdasarkan pada Keputusan tanggal 25 Januari 2022.

Namun dengan waktu yang tersedia, SRIL belum mampu bangkit. Bahkan berdasarkan laporan keuangan kuartal II-2024, kinerja SRIL anjlok karena dibebani dengan utang dan kerugian berturut-turut. Tercatat total liabilitas yang ditanggung SRIL pada kuartal II-2024 menjadi Rp25.3 triliun. Sedangkan perusahaan mengalami defisit modal yang cukup dalam di kuartal II-2024 mencapai -Rp15.5 triliun.

Bahkan SRIL juga mengalami kerugian yang lebih besar lagi mencapai -Rp817 miliar di kuartal II-2024. Posisi Aset yang dimiliki SRIL juga tercatat semakin rendah di kuartal II-2024 menjadi Rp9.7 triliun.

Tentunya, laporan keuangan SRIL di kuartal II-2024 tidak memberikan indikasi adanya perbaikan maupun perubahan kinerja ke arah positif. Yang semakin memperbesar potensi delisting SRIL dari BEI, lantaran sudah sesuai dengan kriteria dihapusnya Perusahaan Tercatat.

Bagaimana dengan pandangan teman-teman investor memandang posisi saham Sritex pailit saat ini? Apakah masih ada peluang untuk tetap bertahan di BEI?***

 

###

 

DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!

 

Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

reCaptcha v3
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *