Daftar Isi
Artikel telah ditinjau oleh: Stock Market Analyst RK Team
Harga saham perusahaan Cat Avian yang merupakan milik dari Hermanto Tanoko – salah satu crazy rich Surabaya ini, masih ada dalam tren bearish. Padahal ketika IPO perdana, saham AVIA ini dihargai pada level 930an. Namun setelahnya saham AVIA bergerak dalam tren bearish hingga menyentuh kisaran 480an. Lantas bagaimana prospek saham AVIA ke depan? Apakah ini ada pengaruhnya dari kejadian pabrik yang terbakar pada akhir Juli 2024 kemarin?
Pergerakan Harga Saham AVIA
Historical pergerakan harga saham AVIA. Source: finance.yahoo.com
Pada saat listing di BEI pada Desember 2021, AVIA dibanderol dengan harga 930an. Namun sudah hampir tiga tahun berjalan harga saham AVIA terus menurun yang membuatnya ada dalam tren bearish ke kisaran 450an – 480an.
Saham AVIA secara mayoritas dikuasai oleh Hermanto Tanoko melalui PT Tancorp Surya Sentosa dengan kepemilikan saham sebesar 36.50%. Belum lama ini, ia juga sempat mengungkapkan bahwa harga saham AVIA masih bergerak anomali. Meski sebenarnya AVIA memiliki kinerja keuangan yang positif di sepanjang semester I-2024. Benarkah demikian?
[Baca lagi: AVIA Emiten Anyar di BEI, Bagaimana Prospeknya?]
Review Kinerja Saham AVIA
Hingga per Agustus 2024 ini, AVIA setidaknya telah menguasai sebanyak 23% pangsa pasar di industri cat dan pelapis dekoratif. Dengan itu, AVIA mampu mencatatkan kenaikan pendapatan sekitar 3.42% YoY menjadi Rp3.62 triliun di kuartal II-2024, dibandingkan Rp3.50 triliun pada kuartal II-2023. Kenaikan pendapatan itu terjadi baik dari sisi pelanggan maupun jaringan distribusi, terlihat pada rincian berikut:
Rincian penjualan AVIA Kuartal II-2024. Source: Laporan Keuangan AVIA Kuartal II-2024
Untuk Beban Pokok Penjualan AVIA tercatat naik 3.64% YoY menjadi Rp1.99 triliun, dari Rp1.92 triliun. Meski tidak membengkak terlalu besar, namun naiknya Beban Pokok Penjualan ini terjadi karena perputara persediaan sedikit mengalami perlambatan. Meskipun dari sisi Beban Pokok Produksi tercatat turun sekitar -10.92% YoY menjadi Rp1.06 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp1.19 triliun.
Rincian beban pokok penjualan AVIA Kuartal II-2024. Source: Laporan Keuangan AVIA Kuartal II-2024
Namun jika di breakdown pada rasio Inventory Turnover berdasarkan perhitungan 12 Trailing Month (TTM), maka rasio TTM produsen cat ini ada di 2.63x. Sementara dengan asumsi standar rasio ada di kisaran 4x – 8x. Artinya AVIA memiliki perputaran persediaan yang relatif cepat.
Sejalan dengan itu, AVIA masih dapat mencatatkan pertumbuhan laba kotor sekitar 2.53% menjadi Rp1.62 triliun di kuartal II-2024, dari sebelumnya Rp1.58 triliun di kuartal II-2023.
Sayangnya, dalam hal ini AVIA belum sepenuhnya mampu melakukan efisiensi dalam operasionalnya. Sehingga hampir seluruh pos Beban penjualan mengalami kenaikan menjadi -Rp620.75 miliar, dari sebelumnya -Rp548.34 miliar. Berikut rinciannya:
Rincian beban operasi AVIA Kuartal II-2024. Source: Laporan Keuangan AVIA Kuartal II-2024
Beban penjualan terbesar berasal dari gaji karyawan, biaya angkut penjualan, serta promosi dan iklan. Sementara pendapatan yang diraih hanya tumbuh tipis sekitar 3.42% YoY menjadi Rp3.62 triliun di kuartal II-2024, dari Rp3.50 triliun pada kuartal II-2023.
Selain itu, AVIA juga mencatatkan kenaikan Penghasilan Keuangan sebesar 2.58% YoY menjadi Rp141.796 miliar di kuartal II-2024, dari sebelumnya Rp138.228 miliar di kuartal II-2023. Dari tiga sumber Penghasilan Keuangan, dua diantaranya mencatatkan kenaikan: Bunga dari investasi surat utang negara naik 3.24% YoY menjadi Rp75.647 miliar, dari Rp73.267 miliar. Dan Bunga dari deposito 5.77% YoY menjadi Rp61.360 miliar, dari Rp58.010 miliar. Sedangkan Penghasilan Keuangan dari Bunga rekening giro mengalami penurunan menjadi Rp4.789 miliar, dari sebelumnya Rp6.951 miliar.
Rincian penghasilan keuangan AVIA Kuartal II-2024. Source: Laporan Keuangan AVIA Kuartal II-2024
Alhasil, AVIA masih dapat mencatatkan kenaikan Laba Periode Berjalan yang dapat diatribusikan kepada Pemilik entitas induk sebesar 0.20% YoY menjadi Rp808.245 miliar di kuartal-II 2024, dibandingkan Rp806.615 miliar pada kuartal II-2023.
Kinerja AVIA yang masih dapat bertumbuh di kuartal II-2024 tersebut, secara tidak langsung sudah memposisikan Net Profit Margin perusahaan di level 22%. Hal ini mengindikasikan bahwa AVIA masih bisa merasakan keuntungan dari penjualannya, bahkan terbilang relatif besar.
Historical Net Profit Margin AVIA. Source: Cheat Sheet Kuartal II-2024 by RK Team
Demikian yang juga terjadi pada posisi Gross Profit Margin perusahaan, meski pendapatannya tumbuh tipis sekitar 3.42% YoY menjadi Rp3.62 triliun di kuartal II-2024, dibandingkan Rp3.50 triliun pada kuartal II-2023. Namun AVIA sanggup mempertahankan pertumbuhan margin laba kotor di level yang tinggi sekitar 45%, yang berarti margin bisnis AVIA masih sanggup menghasilkan laba kotor.
Historical Gross Profit Margin AVIA. Source: Cheat Sheet Kuartal II-2024 by RK Team
Neraca Keuangan AVIA
Dari Laporan Keuangan AVIA kuartal II-2024, total liabilitas yang dimiliki produsen cat terbesar ini adalah sebesar Rp1.20 triliun. Dengan total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp9.65 triliun. Perbandingan liabilitas dan ekuitas tersebut menghasilkan rasio DER di level 0.12x, yang menunjukkan kemampuan AVIA dalam mengatasi seluruh liabilitasnya menggunakan ekuitas yang dimiliki perusahaan.
Bahkan untuk jumlah utang berbunga di kuartal II-2024 hanya tercatat dari satu pinjaman bank dengan nilai Rp8.11 miliar dan dalam jangka pendek, yang berarti sebenarnya AVIA mampu membayarnya. Adapun jika dilihat secara historical, rasio DER yang dimiliki AVIA ini terus menurun dari tahun 2020 yang memiliki DER 0.25x.
Historical DER AVIA. Source: Cheat Sheet Kuartal II-2024 by RK Team
Sementara dari sisi Aset Lancar yang dimiliki AVIA di kuartal II-2024 adalah sebesar Rp8.50 triliun jauh lebih besar, dibandingkan Liabilitas Jangka Pendek yang sebesar Rp1.12 triliun. Hal ini membuat Liquidity Ratio yang dimiliki AVIA berada di level yang baik yakni 7.58x, yang berarti AVIA sangat mampu membayar Liabilitas Jangka Pendek menggunakan Aset Lancarnya.
Historical Liquidity Ratio AVIA. Source: Cheat Sheet Kuartal II-2024 by RK Team
Arus Kas AVIA
Kas operasi AVIA di kuartal II-2024 tercatat positif Rp754.62 miliar, menandakan kas masuk AVIA masih lebih besar dari kas yang keluar. Hanya saja untuk kuartal II-2024 ini, AVIA tercatat mengeluarkan biaya untuk Pembayaran pajak penghasilan badan sebesar -Rp202.33 miliar, sedikit lebih tinggi dari kebutuhan pajak di kuartal II-2023 yang sebesar Rp192.75 miliar.
Sedangkan kas investasi, justru tercatat positif Rp217.15 miliar, angka ini bahkan sudah turun dari Rp1.04 triliun di kuartal II-2023. Kas investasi yang positif ini terjadi karena adanya Penerimaan dari pelepasan asset tetap sebesar Rp5.1 miliar dan Penerimaan dari penjualan investasi jangka pendek sebesar Rp365.00 miliar. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa uang yang diperoleh perusahaan berasal dari hasil menjual asset produktif. Adapun untuk aktivitas investasi yang dilakukan AVIA adalah membeli asset tetap dengan nilai sebesar -Rp152.95 miliar.
Berikutnya untuk kas pendanaan tercatat negatif sebesar -Rp1.04 triliun, lebih tinggi dari -Rp736.28 miliar di kuartal II-2023. Kas pendanaan yang negatif ini menjadi indikator yang baik bagi AVIA, karena menunjukkan perusahaan sedang berusaha membayar pinjamannya. Dan hal ini terlihat dari adanya Pembayaran pinjaman bank -Rp21.32 miliar, Pembayaran liabilitas sewa -Rp15.88 milir, Pembayaran beban bunga -Rp1.07 miliar.
Di samping itu, AVIA juga melakukan Pembayaran dividen tunai -Rp676.16 miliar dan membayar Akuisisi saham treasuri -Rp351.52 miliar. Kedua hal ini merupakan salah satu langkah yang baik dari perusahaan kepada para pemegang saham, yang akan membentuk value added dan mendukung prospek saham AVIA ke depan.
Dengan itu maka dapat disimpulkan seperti berikut:
Kas Operasi | Kas Investasi | Kas Pendanaan | Indikator |
Positif Rp754.62 miliar | Positif Rp217.15 miliar | Negatif -Rp1.04 triliun | Cukup Baik |
Ingin menyusun investing plan, tapi memiliki waktu yang terbatas untuk mengolah informasi. Segera manfaatkan Monthly Investing Plan yang telah terbit!
Bagi teman-teman investor yang ingin berlangganan Monthly Investing Plan, bisa menggunakan voucher…
Pabrik Terbakar Picu Lemahnya Performa Saham?
Kebakaran yang terjadi pada salah satu pabrik, yang juga sekaligus menjadi gudang bahan baku solvent milik AVIA di Buduran – Sidoarjo pada 26 Juli 2024 kemarin, sempat mengejutkan para pemegang sahamnya. Kebakaran yang disertai dengan ledakan-ledakan itu, beruntungnya dapat cepat ditangani menggunakan alat bantu hydran dan bantuan Damkar, sehingga api dengan mudah ditaklukan.
Meski tidak menghentikan kegiatan operasional dan tidak ada korban jiwa, namun kebakaran yang sempat terjadi itu memicu perhatian pasar terhadap kinerja AVIA.
Pasalnya, manajemen perusahaan memperhitungkan potensi kerugian yang ditanggung akibat kebakaran dapat mencapai Rp12 miliar. Kerugian tersebut khususnya pada stok persediaan yang mayoritas adalah bahan baku dan sejumlah barang jadi dengan nilai sebesar Rp6 miliar. Ditambah dengan perkiraan kerugian Gedung sekitar Rp6 miliar.
Namun untuk kerugian dari bahan peralatan dan mesin masih diperhitungkan. Berkenaan dengan kerugian yang ada, Manajemen mengklaim bahwa rugi yang dialami perusahaan masih teratasi. Lantaran seluruh material di cover oleh asuransi.
Sayangnya banyak pelaku pasar yang berekspektasi bahwa lemahnya performa harga saham AVIA dipicu oleh kebakaran pabriknya.
Hera Septi Astuti – selaku Corporate Secretary AVIA memberikan klaimnya, bahwa seluruh aktivitas operasional tetap berjalan normal, bahkan pengiriman juga tetap seperti biasa.
Laporan Informasi atau Fakta AVIA. Source: Keterbukaan Informasi AVIA
Dengan ini dapat disimpulkan bahwa menurunnya performa harga saham AVIA tidak ada kaitannya dengan kebakaran yang menimpa Pabrik di Sidoarjo. Adapun jika ingin dilihat perkembangan kinerjanya, maka dampak kerugian dari kebakaran ini hanya dapat terlihat dari kinerja kuartal berikutnya, yakni kuartal III atau kuartal IV-2024 nanti.
Sebenarnya, kejadian kebakaran yang menimpa pabrik di Sidoarjo ini tidak memiliki dampak signfikan terhadap kinerja perusahaan. Lantaran, jika dibandingkan dengan laba perusahaan maka kerugian akibat kebakaran ini memang tidak besar, terlebih lagi material yang rusak akan di cover oleh asuransi.
Prospek Saham AVIA
Meski sahamnya masih ada dalam tren bearish, namun hal ini tidak serta merta menghilangkan prospek saham AVIA ke depan. Justru sebaliknya saham cat ini masih memiliki prospek yang menarik dari sisi pengembangan bisnis, beberapa di antaranya:
- AVIA masih menjadi satu-satunya produsen cat yang terintegrasi secara baik dari hulu ke hilir. Hal ini membuatnya masih mampu mendukung kinerja profitabilitasnya, meski mungkin hasilnya tidak sesuai ekspektasi.
- Sampai dengan semester I-2024, AVIA memiliki 123 unit pusat distribusi milik sendiri dan 15 pusat distribusi mini, serta 39 pusat distribusi dari pihak ketiga. Posisi ini sangat mendukung pertumbuhan bisnis AVIA ke depan, bahkan per semester I-2024 produsen cat ini mampu melayani lebih dari 57 ribu toko bahan bangunan dan melakukan pengiriman secara ekspress.
- Berpotensi mengakuisisi pabrik-pabrik cat yang memiliki kedekatan kriteria produk dengan perusahaan. Kriteria tersebut untuk kategori produk sealant dan adhesive yang saat ini masih tahap awal. Dalam rencananya ini, AVIA memastikan bahwa rencana akuisisi ini masih ada pada kategori cat arsitektural dekoratif.
- Dalam proses pembangunan pabrik baru di Cirebon yang ditargetkan rampung di akhir tahun 2025 atau di awal tahun 2026. Anggaran pembangunan pabrik ini sekitar Rp450 miliar.
Kesimpulan
Secara keseluruhan kinerja fundamental yang dimiliki AVIA pada kuartal II-2024 masih tergolong baik. Dengan pendapatan yang tumbuh tipis sekitar 3.42% YoY menjadi Rp3.62 triliun di kuartal II-2024, dibandingkan Rp3.50 triliun pada kuartal II-2023. Dan pertumbuhan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada Pemilik entitas induk juga tumbuh tipis 0.20% YoY menjadi Rp808.245 miliar di kuartal-II 2023.
Meski sebenarnya, jika AVIA mampu mengendalikan Beban penjualan dengan baik, bukan tidak mungkin laba bersih yang diterima akan sedikit lebih besar. Ini berarti yang perlu diperbaiki oleh AVIA adalah efisiensi operasional kerja. Terlebih dari sisi pertumbuhan NPM di 22% dan GPM 45% perusahaan yang sudah cukup tebal.
Dari sisi neraca keuangan, juga dapat dikatakan cukup baik dengan rasio DER 0.12x yang terbilang rendah, menandakan bahwa AVIA mampu membayar seluruh liabilitasnya dengan ekuitas yang ada. Begitu juga dengan Liquidity ratio di level 7.53x, meski menurun dari rasio tahun sebelumnya. Namun tidak menurunkan kemampuan AVIA membayar liabilitas jangka pendek menggunakan asset lancarnya.
Terakhir untuk arus kas AVIA juga masih dapat dikatakan cukup baik, karena perusahaan masih memiliki kas masuk yang lebih besar daripada kas keluar. Selain itu, AVIA juga masih melakukan aktivitas investasi meski tidak banyak dan bahkan juga melakukan sejumlah kewajiban pembayaran.
Lantas, kenapa harga sahamnya masih turun?
Penurunan harga saham AVIA yang terjadi saat ini, bukan dipicu oleh kebakaran pabrik di Sidoarjo. Namun jika dilihat dari sisi kinerja AVIA yang saat ini sudah cukup baik, namun dengan ‘pekerjaan rumah’ harus ada efisiensi dalam operasionalnya. Bukan tidak mungkin jika hal tersebut dapat diperbaiki oleh manajemen, maka harga saham dapat kembali diapresiasi oleh pasar ke level pada saat IPO di kisaran 930an.
Apabila kita mengacu pada harga saham AVIA ketika IPO perdana saat itu, maka dapat dikatakan bahwa valuasi AVIA ini tergolong premium di 930an. Untuk itu memang perlu dimaklumi ketika harganya terkoreksi seperti sekarang. Mengingat bagaimana juga performa harga saham akan menyesuaikan dengan kinerja yang dihasilkan perusahaan dan juga ekspektasi pasar.
Kalau begitu, apakah ini momentum yang tepat untuk mengoleksi saham AVIA? Dan apakah menurut teman-teman investor, saham produsen cat layak untuk investasi jangka panjang?***
###
DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!
Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.