Daftar Isi
Artikel telah ditinjau oleh: Stock Market Analyst RK Team
Rumor DRMA garap produksi battery casing Hyundai, nampaknya direspon positif oleh pelaku pasar ditandai dengan naiknya harga saham ke kisaran 1.000an. Langkah emiten manufaktur komponen otomotif ini dinilai tepat dalam upaya menjaga pertumbuhan bisnis dan menangkap peluang yang ada pada segmen kendaraan listrik. Lantas benarkah keputusan DRMA ini menjadi katalis positif bagi prospek bisnis dan juga mampu mendorong kinerja harga sahamnya?
DRMA Garap Produksi Battery Casing Hyundai
Memasuki semester II-2024, DRMA fokus meningkatkan upaya untuk menggarap segmen bisnis komponen sepeda motor berbasis listrik (Electric Vehicle). Keputusan DRMA telah mempertimbangkan potensi pertumbuhan sepeda motor listrik dalam beberapa tahun ke depan, sejalan dengan banyaknya konsumen yang sudah beralih ke kendaraan listrik. Oleh sebab itu, DRMA akan menggarap produksi baterai casing untuk kendaraan listrik Hyundai Kona (EV) dan akan di ekspor.
Dalam garapan ini, DRMA akan melakukan produksi battery casing, dengan perkiraan order awal mampu mencapai 1.2 ribu unit per bulan. Produk baru DRMA ini ditujukan untuk memenuhi permintaan Hyundai di pasar domestik. Namun di waktu yang sama, DRMA juga tengah menargetkan produk battery casing ini dapat di ekspor.
Berkenaan dengan ekspor, DRMA sebenarnya sudah pernah melakukan ekspor komponen otomotif kendaraan untuk pertama kalinya ke pasar Amerika Serikat pada Mei 2024 lalu. Produk tersebut berupa wiring harness mencapai dua container yang nilainya sebesar US$450.000. Adapun nilai dari ekspor wiring harness DRMA ini ditaksir mencapai US$15.8 juta di tahun 2024 dan meningkat menjadi US$26.8 juta pada tahun 2025. Menariknya wiring harness milik DRMA ini akan digunakan oleh kendaraan Hyundai dan KIA di AS.
Ekspor wiring harness milik DRMA ke Amerika Serikat mencapai 2 kontainer. Source: industri.kontan.co.id
Review Kinerja Profitabilitas DRMA
Berdasarkan Laporan Keuangan kuartal I-2024, DRMA mencatatkan penjualan sebesar Rp1.3 triliun, turun -7.63% YoY dari periode kuartal I-2023 yang sebesar Rp1.44 triliun. Penjualan tersebut sepenuhnya berasal dari kontribusi pasar domestik, dengan kontribusi penjualan terbesar berasal dari penjualan segmen kendaraan roda dua (2W) dengan kontribusi sebesar 60% dari total pendapatan atau Rp801.23 miliar. Sedangkan untuk segmen kendaraan roda empat (4W) berkontribusi sebesar 26% dari total penjualan atau Rp352.70 miliar. Dan terakhir kontribusi dari segmen lain-lain sebesar Rp181.28 miliar. Berikut rinciannya:
Pendapatan DRMA per segmentasi bisnis. Source: Laporan Keuangan DRMA Kuartal I-2024
Di tengah penjualan yang menurun, DRMA justru tertekan oleh sejumlah beban. Seperti Beban penjualan dan pemasaran yang bengkak 7.87% YoY, dan Beban umum dan administrasi yang bengkak 15.66% YoY. Ditambah dengan turunnya Pendapatan operasi lain-lain 76.31% YoY. Hal ini membuat Laba Usaha DRMA turun -33.44% YoY menjadi Rp180.05 miliar. Berikut rinciannya…
Pos profitabilitas DRMA. Source: Laporan Keuangan DRMA Kuartal I-2024
Alhasil Laba neto yang dapat diatribusikan kepada Pemilik entitas induk tercatat merosot -38.25% YoY menjadi Rp133.40 miliar di kuartal I-2024, dari sebelumnya Rp216.05 miliar pada kuartal I-2023.
Sebab Turunnya Penjualan DRMA Kuartal I-2024
Jika melihat pada capaian kinerja DRMA sepanjang kuartal I-2024, dapat dikatakan bahwa turunnya penjualan sejalan dengan melambatnya pertumbuhan di sektor otomotif, terutamanya mobil. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor utama:
Pertama, masuknya mobil listrik ke pasar otomotif Indonesia yang semakin diminati masyarakat. Mengacu pada Gaikindo, penjualan mobil listrik di Indonesia berdasarkan data terakhir bulan Mei 2024 mencapai 1.983 unit. Penjualan tersebut naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 1.828 unit. Pertumbuhan penjualan kendaraan listrik ini tidak lepas dari biaya operasional yang lebih hemat. Didukung dengan adanya insentif PPN DTP 10%, yang membuat pembayaran pajak lebih ringan dari mulanya sebesar 11%, turun menjadi 1% saja.
Grafik pertumbuhan penjualan mobil listrik Mei 2024. Source: databoks.katadata.co.id
Kedua, semakin banyaknya varian mobil yang rilis dalam beberapa bulan terakhir juga berpengaruh pada turunnya penjualan mobil. Yang berimbas pada sikap pengguna untuk lebih menahan diri membeli mobil, setidaknya menunggu mobil-mobil varian baru hadir.
Ketiga, sebab lain yang juga menyebabkan penjualan DRMA di kuartal I-2024 turun, ialah pengaruh Pilpres dan Pemilu 2024. Di mana masyarakat akan wait and see menunggu keputusan akhir dari momentum tersebut.
Ada lebih dari 900 emiten yang terdaftar di BEI, untuk mempermudah memantau kinerja laporan keuangan dan rasio-rasionya, maka bisa memanfaatkan Cheat Sheet yang telah terbit!
Bagi teman-teman investor yang ingin berlangganan Cheat Sheet, bisa menggunakan voucher di bawah ini.
Posisi NPM dan GPM DRMA
Meski secara kinerja profitabilitas terbilang ‘kurang bergairah’, namun jika dilihat dari sisi NPM yang dimiliki DRMA secara historical. Maka dapat dikatakan bahwa perusahaan komponen otomotif ini selalu berhasil meraup keuntungan atas penjualannya, bahkan dalam tiga tahun terakhir DRMA mampu mempertahankan pertumbuhan margin laba bersihnya. Tercatat untuk level NPM DRMA pada kuartal I-2024 ada di 10%.
Historical NPM DRMA. Source: Cheat Sheet Kuartal I-2024 by RK Team
Begitu juga dengan pertumbuhan GPM perusahaan, meski penjualannya menurun di kuartal I-2024, DRMA masih mampu mempertahankan pertumbuhan margin laba kotornya di level 18%. Hal ini menunjukkan bahwa margin bisnisnya masih mampu menghasilkan, meski mungkin tidak sesuai ekspektasi perusahaan. Lantaran dipengaruhi oleh situasi industri otomotif yang dalam beberapa waktu belakangan cukup melemah.
Historical GPM DRMA. Source: Cheat Sheet Kuartal I-2024 by RK Team
Prospek yang Dimiliki ketika DRMA Garap Produksi Battery Casing Hyundai
Langkah DRMA yang menggarap produksi battery casing untuk kendaraan listrik dinilai tepat, dengan beberapa situasi berikut:
- Rencana DRMA ini sejalan dengan resminya pabrik sel baterai mobil listrik pada 3 Juli 2024 kemarin. Pabrik tersebut dimiliki oleh Konsorsium LG Energy Solution (LG) dan juga Hyundai Motor Group yang terletak di Karawang – Jawa Barat, dengan nama PT Hyundai LG Industry (HLI) Green Power.
Suasana peresmian pabrik baterai kendaraan listrik PT HLI Green Power. Source: katadata.co.id
Keberadaan pabrik baterai tersebut, diklaim sebagai bentuk investasi terhadap ekosistem baterai mobil terbesar yang sekarang ada di Indonesia. Total nilai investasi pabrik baterai ini, mulai dari komponen baterai sampai ke fisik mobil listrik mencapai angka US$11 miliar – US$12 miliar atau setara Rp160 triliun. Indonesia sendiri menargetkan dapat menembus rantai pasok global untuk industri kendaraan listrik.
Dalam prosesi peresmian pabrik baterai, didatangi langsung oleh PakDe Joko Widodo, beserta menterinya dan juga oleh Inkyo Cheong – Menteri Perdagangan Korea Selatan.
Dengan berdirinya pabrik baterai kendaraan listrik PT HLI Green Power, dan rencana DRMA garap produksi battery casing Hyundai, tentu menjadi potensi besar kedepannya untuk terlibat pada pengembangan kendaraan listrik dalam jangka panjang. Di mana ini sejalan dengan peningkatan sektor kendaraan listrik, yang tengah diupayakan DRMA untuk dapat mendongkrak kinerja penjualan.
- DRMA yang juga sudah mengembangkan sejumlah komponen kendaraan listrik, antara lain seperti:
- HV cable
- HV connector
- Wiring harness
- BLDC
- Smartkey
- USB charger
- HSS frame atau high strength steel
- Battery pack 2W EV
- Hingga berbagai infrastruktur lain.
Dengan begitu, ekspansi DRMA akan lebih mudah, terutama dalam mengembangkan berbagai ragam produk komponen kendaraan listrik yang berkualitas. Bahkan DRMA memiliki peluang untuk melakukan diversifikasi portfolio produk pada bisnis yang berbasis teknologi hybrid dan juga kendaraan listrik. Dengan memanfaatkan sejumlah infrastruktur yang sudah ada, DRMA pun sudah memulai pembangunan ekosistem untuk EV melalui penyediaan charging station untuk motor maupun mobiL. Hal tersebut kian menegaskan posisi DRMA yang sudah siap terjun dan menangkap peluang dalam industri otomotif kendaraan listrik (EV).
Rencana bisnis DRMA. Source: Public Expose DRMA 2023
- DRMA siap mengoperasikan dua pabrik, PT Dharma Controlcable Indonesia (DCI) dan PT Dharma Precision Parts (DCP) yang berada di Jababeka – Cikarang, Jawa Barat yang sama-sama memiliki luas area sekitar 1 hektare. Untuk pabrik DCI sendiri telah rampung pada kuartal I-2024, sedangkan pabrik DCP seharusnya sudah rampung pada kuartal II-2024 kemarin. Kedua pabrik ini akan menunjang DRMA dari sisi produksi segmen kendaraan listrik (EV), seperti battery pack, charging station, dan berbagai komponen lain sesuai dengan TKDN yang diterapkan Pemerintah. Berikut ini gambaran dua pabrik DRMA…
Progress pembangunan dua pabrik DRMA. Source: Public Expose DRMA 2023
- Terbukanya pintu ekspor wiring harness ke Amerika Serikat, setelah ekspor perdananya. Untuk diketahui PT Dharma Kyungshin Indonesia (DKI) ini merupakan perusahaan joint venture antara Dharma Group dengan Kyungshin Corporation – yang bergerak pada bisnis manufacturing untuk memproduksi kabel otomotif. Kabar baiknya Kyungshin ini telah memasok komponen otomotif untuk kendaraan listrik, yang berarti ada kemungkinan besar bagi DRMA untuk dapat memproduksi komponen yang bisa digunakan oleh kendaraan listrik. Dengan perkembangan DRMA yang berhasil menembus pasar ekspor, maka peluang DRMA untuk memperbaiki kinerja keuangan di kuartal-kuartal berikutnya semakin terbuka lebar.
Situasi perakitan komponen kabel – pabrik Dharma Kyungshin di Cirebon. Source: emitennews.com
- Sebagai perpanjangan langkah ekspansi DRMA melalui Dharma Kyungshin, juga telah merealisasikan pembangunan pabrik baru seluas 22.000 m² di daerah Cirebon mulai di tahun ini dan ditargetkan beroperasi mulai tahun 2025 mendatang. Pabrik baru bernilai investasi sebesar Rp200 miliar, dengan rincian kebutuhan bangunan menghabiskan dana Rp40 miliar dan juga kebutuhan equipment sebesar Rp161 miliar. Nantinya akan diarahkan untuk meningkatkan ekspor produk komponen otomotif kendaraan menjadi US$26.8 juta di tahun depan, dari yang saat ini ada di kisaran 15.8 juta ke sejumlah negara tujuan.
Dengan beroperasinya pabrik baru di Cirebon ini, maka kontribusinya nanti akan masuk pada perhitungan Pendapatan Operasi Lain-lain, khususnya pada bagian Laba dari investasi asosiasi yang akan mengalami peningkatan.
Pos 28.a Pendapatan Operasi Lain-lain DRMA. Source: Laporan Keuangan DRMA Kuartal I-2024
Kesimpulan
Dari seluruh pembahasan mengenai kinerja DRMA di atas, memang tidak dapat dipungkiri bahwa merosotnya kinerja pendapatan dan laba bersih emiten otomotif ini dipengaruhi oleh situasi industri otomotif saat ini. Terutamanya untuk penjualan mobil yang sedang menurun, ditengah gencarnya kendaraan listrik yang masuk ke Indonesia.
Situasi tersebut, nampaknya kian menguatkan optimisme DRMA untuk merambah segmen kendaraan listrik, yang bahkan sebenarnya sudah dilakukan DRMA sejak lama melalui produksi berbagai komponen untuk kendaraan listrik.
Singkat kata, berbagai upaya yang dilakukan DRMA saat ini merupakan strategi untuk perusahaan beradaptasi dengan perkembangan industri otomotif yang sedang berkembang, yakni dengan masuknya kendaraan listrik (EV). Yang pada gilirannya, DRMA dapat menangkap peluang untuk memenuhi pasokan komponen otomotif kendaraan listrik.
Langkah DRMA ini sendiri, nampaknya cukup berhasil mendapat perhatian pelaku pasar. Terlihat dari pergerakan harga saham yang bergerak naik ke kisaran 1.000 an, setelah sempat menyentuh level 820an pada akhir Mei 2024 kemarin..
Source: finance.yahoo.com
Kendati DRMA memiliki prospek yang menarik dari segmen kendaraan listrik, akan tetapi hal itu tidak serta merta melepaskan DRMA dari tantangan nyata yang terjadi belakangan, yakni tingginya level suku bunga. Seperti kita ketahui pada April 2024 lalu, Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan level suku bunga BI-Rate ke level 6.25% dan masih dipertahankan hingga bulan Juli 2024 ini.
Suku Bunga BI Juli 2024 di level 6.25%. Source: tradingeconomics.com
Naiknya suku bunga ini, jelas menjadi tantangan tersendiri bagi pertumbuhan banyak industri, tidak terkecuali dengan sektor otomotif, yang berpotensi membuat konsumen cenderung menahan diri untuk membeli kendaraan. Hal ini wajar terjadi karena fasilitas pembiayaan seperti perbankan dan multifinance akan menaikkan tingkat bunga mereka.
Sementara tantangan lainnya, sejalan dengan masuknya DRMA ke segmen kendaraan listrik. Dalam hal ini untuk memenuhi permintaan Hyundai, maka DRMA harus memperhitungkan kembali potensi permintaan komponen otomotif yang datang dari Hyundai. Termasuk untuk Hyundai yang ada di Amerika Serikat.
Nah, menurut teman-teman investor apakah prospek DRMA garap produksi battery casing Hyundai di segmen kendaraan listrik mampu mendongkrak kinerjanya dalam jangka panjang?***
###
DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!
Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.