Daftar Isi
Artikel telah ditinjau oleh: Stock Market Analyst RK Team
Saham KAEF baru rilis LK FY2023 di Juni 2024, terbilang lamban dibandingkan emiten-emiten lain. Namun, bersamaan dengan rilisnya LK, KAEF rencanakan efisiensi pabrik di tahun ini. Lantas kenapa hal tersebut perlu dilakukan? Dan apa dampak yang mungkin timbul?
Rencanakan Efisiensi Pabrik
Belum lama ini, KAEF mengungkapkan rencananya untuk melakukan efisiensi pabrik. Rencana tersebut akan dijalankan dengan mekanisme perampingan. Adapun berdasarkan data terakhir FY2023, KAEF sampai dengan saat ini memiliki dan mengoperasikan 10 unit pabrik obat. Pabrik-pabrik tersebut tersebar di sejumlah Lokasi seperi Jakarta, Bandung, Semarang, Watudakon – Jombang, dan juga Denpasar.
Jumlah pabrik farmasi yang dimiliki KAEF. Source: Laporan Tahunan KAEF 2023
Namun dengan KAEF rencanakan efisiensi pabrik ini, ke 10 pabrik tersebut akan dirampingkan menjadi hanya 5 pabrik yang masih akan beroperasi. Keputusan ini diklaim KAEF sebagai pilihan yang perlu dilakukan, di tengah lemahnya kinerja keuangan perusahaan.
Terlebih KAEF sendiri tidak menampik, bahwa rencananya ini dipicu oleh kapasitas 10 unit pabrik yang ada tidak dapat sejalan dengan target pemenuhan kebutuhan bisnis perusahaan. Oleh sebab itu, KAEF optimis untuk meningkatkan efisiensi pabrik. Sehingga perusahaan lebih meningkatkan optimalisasi pada fasilitas produksi dengan cara melakukan penataan kembali pada 5 pabrik yang beroperasi.
Terlepas dari KAEF rencanakan efisiensi pabrik, perusahaan farmasi ini juga ingin melaksanakan restrukturisasi keuangan. Tentu dengan harapan dapat memberi keringanan pada beban keuangan.
Pertanyaannya bagaimana dengan kinerja laporan keuangan KAEF di FY2023 yang baru-baru ini dirilis?
Review Kinerja Fundamental KAEF
Kinerja Profitabilitas KAEF FY2023
Berdasarkan laporan keuangan FY2023, KAEF mencatatkan kenaikan penjualan sekitar 7.90% YoY menjadi Rp9.96 triliun, sedikit lebih tinggi dari FY2022 yang sebesar Rp9.23 triliun. Dengan rincian:
- Penjualan lokal naik sekitar 8.36% YoY menjadi Rp9.85 triliun per FY2023, dibandingkan Rp9.09 triliun di FY2022.
- Penjualan ke luar negeri turun -18.81% YoY menjadi Rp108.22 miliar per FY2023, dibandingkan Rp9.09 triliun di FY2022.
Hal tersebut menunjukkan bahwa penjualan lokal masih memiliki performa yang baik, meski dengan pertumbuhan tipis secara YoY.
Akan tetapi, kenaikan penjualan KAEF justru diikuti dengan pembengkakan Beban pokok penjualan yang cukup besar sekitar 25.87% YoY menjadi Rp6.86 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp5.45 triliun. Hal ini akhirnya menekan Laba bruto yang diterima KAEF sekitar -25.87% YoY menjadi Rp3.10 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp3.77 triliun.
Pos laba rugi KAEF FY2023. Source: Laporan Tahunan KAEF 2023
Sebagai akibatnya KAEF mencatatkan kerugian yang signifikan sebesar -Rp1.48 triliun di FY2023. Setelah sebelumnya di FY2022 juga mengalami kerugian sekitar -Rp190.47 miliar.
Pos laba rugi KAEF FY2023. Source: Laporan Tahunan KAEF 2023
Breakdown Kerugian KAEF FY2023
Jika di breakdown pada pos Laba rugi, terlihat bahwa KAEF mengalami sejumlah kerugian yang antara lain:
Kenaikan Beban pokok penjualan
Tercatat KAEF mengalami kenaikan biaya Bahan baku yang digunakan mencapai Rp1.08 triliun di FY2023. Sedangkan diperiode sebelumnya hanya membutuhkan biaya Rp921.91 miliar per FY2022. Namun dengan Beban pabrikasi yang lebih rendah di Rp205.47 miliar, dibandingkan periode sebelumnya mencapai Rp582.35 miliar per FY2022. Sehingga jumlah biaya produksi sedikit lebih rendah di Rp1.52 triliun, dibandingkan FY2022 yang sebesar Rp1.68 triliun.
Beban pokok penjualan KAEF FY2023. Source: Laporan Tahunan KAEF 2023
Kenaikan Beban usaha
KAEF juga mengalami Kenaikan beban usaha sekitar 35.46% menjadi -Rp4.66 triliun FY2023, dari sebelumnya -Rp3.44 triliun di FY2022. Jika dilihat pada rincian di bawah, terlihat rata-rata operasional KAEF di 2023 mengalami kenaikan biaya. Dengan pos terbesar ialah Gaji dan kesejahteraan karyawan sebesar Rp1.26 triliun, disusul biaya Promosi sebesar Rp567.23 miliar. Hal yang sama juga terjadi pada pencatatan Beban Umum dan Administrasi yang rata-rata juga mengalami kenaikan biaya.
Beban usaha KAEF FY2023. Source: Laporan Tahunan KAEF 2023
Dilihat dari sisi penyebab, maka kenaikan beban usaha KAEF tersebut terjadi karena pengaruh entitas anak usaha – PT Kimia Farma Apotek (KFA).
Untuk kita ketahui, bahwa PT Kimia Farma Apotek (KFA) ini merupakan salah satu entitas anak usaha dengan kepemilikan langsung, dengan kegiatan usaha sebagai Apotek Ritel. Sampai per FY2023, KFA mempekerjakan sebanyak 7.065 orang, lebih banyak dibandingkan entitas anak usaha lainnya. Dengan Gambaran seperti berikut:
Posisi jumlah karyawan antara tahun 2023 vs 2022. Source: Laporan Tahunan KAEF 2023
Dan jika dilihat pada pos Segmen operasi, maka akan terlihat bahwa segmen Manufaktur menjadi penyumbang kerugian terbesar senilai -Rp1.05 triliun. Disusul oleh segmen Retail yang mencatatkan kerugian senilai -Rp695.58 miliar. Dan segmen lain-lain yang juga merugi senilai -Rp119.13 miliar. Dari kerugian yang dicatatkan KAEF, jelas ini bukan hal yang baik bagi kinerja fundamental perusahaan. Di mana dari sisi manufakturnya saja, KAEF sudah mengalami rugi yang signifikan besar (rugi manufaktur FY2023 -Rp1.06 triliun vs rugi manufaktur FY2022 -Rp333.40 miliar).
Sedangkan KFA sebagai entitas anak usaha terbesar, faktanya banyak menghadapi tantangan bisnis. Salah satunya jumlah kunjungan ke apotek secara langsung belum pulih seperti pra-pandemi Covid19. Ditambah dengan menjamurnya berbagai mini apotek lain yang menawarkan harga lebih kompetitif.
Segmen operasi KAEF FY2023. Source: Laporan Tahunan KAEF 2023
Dengan kondisi yang ada saat ini, KFA mencoba berbagai cara menjaring pelanggan. Ya, KFA banyak memberi pelayanan kesehatan terintegrasi, mulai dari layanan apotek, klinik kesehatan, laboratorium untuk apotek dan juga optik. Termasuk dengan meningkatkan pelayanan berbasis online. Hal-hal demikian yang akhirnya berimbas pada kenaikan beban usaha, lantaran perusahaan banyak melakukan promosi, sewa bangunan, hingga penelitian dan pengembangan.
Minusnya Pendapatan Lain-lain
Tidak seperti periode FY2022, KAEF berhasil mencatatkan adanya Pendapatan Lain-lain sebesar Rp160.87 miliar. Sedangkan pada FY2023, KAEF justru mengalami kerugian sekitar Rp6.31 miliar. Kerugian pendapatan lain-lain ini terjadi karena hampir seluruh pos mengalami kenaikan, terutama pada property investasi senilai Rp21.12 miliar. Ditambah dengan adanya kerugian akibat KAEF melakukan Retur obat Covid senilai -Rp100.89 miliar dan juga Penurunan nilai goodwill senilai -Rp26.88 miliar.
Pendapatan lain-lain KAEF FY2023. Source: Laporan Tahunan KAEF 2023
Rugi selisih kurs mata uang asing
KAEF juga mencatatkan kerugian Selisih kurs yang naik 80.53% YoY menjadi Rp2.04 miliar di FY2023, dari sebelumnya Rp1.13 miliar di FY2022. Alhasil KAEF mengalami kerugian usaha mencapai -Rp1.57 triliun per FY2023, angka tersebut sangat signifikan dibandingkan Laba usaha yang positif Rp497.04 miliar di FY2022.
Kenaikan beban keuangan
Berikutnya KAEF juga mencatatkan kenaikan beban keuangan menjadi -Rp622.81 miliar per FY2023, dari sebelumnya -Rp525.60 miliar. Dengan rincian terbesar berasal dari Beban bunga dan Provisi bank senilai Rp611.45 miliar. Lalu Beban bunga pinjaman Pemegang saham Rp10.71 miliar dan Beban bunga – Hak sewa guna Rp648.61 juta. Hal ini terjadi karena perusahaan membutuhkan banyak modal kerja, ditambah dengan terjadinya tren kenaikan suku bunga. Bedanya dengan FY2022 KAEF masih mencatatkan adanya Beban bunga – Pembiayaan konsumen, sedangkan di FY2023 tercatat nihil.
Penghasilan dan beban keuangan KAEF FY2023. Source: Laporan Tahunan KAEF 2023
Dari kinerja laporan keuangan FY2023, terlihat bahwa KAEF masih menanggung sejumlah kerugian yang bahkan semakin membesar dibandingkan periode FY2022. Hal inilah yang kemudian menggerus pertumbuhan Laba bersih KAEF, sehingga masih mengalami kerugian, bahkan membesar di sepanjang 2023.
KAEF sendiri nampaknya menyadari bahkan kinerja fundamentalnya sedang tidak baik. Sehingga KAEF rencanakan efisiensi pabrik, untuk dapat mempercepat pemulihan fundamental perusahaan. Terutama dalam hal efisiensi operasional yang pada gilirannya menimbulkan pembengkakan kinerja Beban usaha dan juga keuangan.
Dampak dari KAEF Rencanakan Efisiensi Pabrik?
Bukan tidak mungkin suatu keputusan akan melahirkan suatu dampak, baik itu positif maupun negatif. Lantas bagaimana dengan dampak yang mungkin timbul, akibat KAEF rencanakan efisiensi pabrik ini?
Mekanisme perampingan terhadap 10 unit pabrik milik KAEF ini, tentu akan berdampak pada banyak karyawan pabrik yang mungkin akan terhenti masa kerjanya. Sebab itu langkah ini memerlukan keputusan dan strategi yang tepat.
Meski secara terbuka, KAEF mengungkapkan pihak perusahaan telah mempertimbangkan matang-matang rencana efisiensi pabrik tersebut. Salah satunya perusahaan telah berani memastikan kondisi karyawan yang terdampak akan mendapat hak-haknya, sesuai dengan regulasi yang diberlakukan.
Dampak lain yang timbul adalah tertundanya niat KAEF untuk memajukan IPO entitas anak usahanya – PT Kimia Farma Apotek (KFA). Terlebih lagi isu IPO anak usaha KAEF ini sudah bergulir sejak tahun 2021, namun dengan situasi seperti sekarang diperkirakan IPO baru dapat dilakukan pada tahun 2025 mendatang. Seperti yang disebutkan di atas, KFA ini menjadi salah satu entitas anak yang terbesar di antara yang lain. Namun di waktu yang sama KFA juga memberi pengaruh buruk pada kenaikan sejumlah Beban usaha KAEF. Oleh karena itu, besar kemungkinan rencana mengIPOkan KFA akan ditunda, sampai KAEF benar-benar mampu memperbaiki kinerja fundamentalnya.
[Baca lagi: Rencana KAEF Akuisisi 56% Saham PEHA. Bagaimana Progress Ekspansinya Sejauh ini?]
Kesimpulan
Dari sisi pendapatan, KAEF memang mengalami pertumbuhan sekitar 7.90% YoY menjadi Rp9.96 triliun, sedikit lebih tinggi dari FY2022 yang sebesar Rp9.23 triliun. Namun sangat disayangkan, pertumbuhan tersebut belum tercermin pada perolehan laba bersih KAEF di sepanjang FY2023. Di mana perusahaan farmasi ini justru menanggung kerugian yang cukup besar sebagai akibatnya KAEF mencatatkan kerugian yang signifikan sebesar -Rp1.48 triliun di FY2023, lebih besar dari kerugian di FY2022 yang sekitar -Rp190.47 miliar.
Apabila dilihat dari pertumbuhan Gross Profit Margin, maka di FY2023 mengalami penurunan di level 31% yang menunjukkan margin bisnisnya mulai melemah. Ditambah lagi dengan Net Profit Margin yang tercatat minus sebesar -15%.
Historical GPM dan NPM KAEF FY2023. Source: Cheat Sheet Kuartal IV-2023 by RK Team
Dengan kondisi fundamental KAEF yang tercatat berdasarkan kinerja laporan keuangan FY2023, dapat disimpulkan bahwa memang keuangan perusahaan farmasi ini sedang berdarah-darah.
Namun setidaknya, KAEF masih memiliki optimisme bahwa kinerja keuangannya dapat diperbaiki dan kembali pulih. Hal yang nantinya akan menjadi tolok ukur keberhasilan KAEF dalam rencana efisiensi pabriknya nanti dapat terlihat pada turunnya Beban pokok penjualan, Beban usaha dan juga Beban keuangan. Khususnya beban yang turun adalah biaya pemberian gaji karyawan. Serta kemungkinan nantinya akan ada one time loss dari pesangon yang diberikan efek dari efisiensi pabrik tersebut.***
###
DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!
Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.