Artikel telah ditinjau oleh: Stock Market Analyst RK Team
Sektor multifinance merupakan sektor yang produknya banyak kita temui di Masyarakat. Namun ironisnya, saham-saham di sektor multifinance ini masih belum populer dikalangan ritel. Bahkan bisa dikatakan sangat jarang sekali dilirik investor. Padahal sektor ini memiliki keuntungan besar dan valuasi sahamn yang bisa dikatakan relatif murah, jika dibandingkan dengan perbankan. Jadi kapan sektor ini akan bangkit?
Daftar Isi
Ekosistem Bisnis Multifinance di Indonesia
Multifinance atau pembiayaan adalah salah satu perusahaan yang role model bisnisnya, hamper saham seperti bank. Ya, perusahaan multifinance ini akan memberi pinjaman sejumlah uang kepada individu dan bisnis, maupun korporasi. Untuk kemudian mendapatkan keuntungan berupa bunga, yang diperoleh dari dana yang sudah disalurkan, seperti layaknya bank.
Meskipun hampir sama, namun perusahaan multifinance tetap memiliki perbedaan dengan bank. Yaitu, perusahaan multifinance tidak dapat melakukan kegiatan simpanan, melainkan hanya memberi layanan pinjaman.
Lantas bagaimana perusahaan multifinance bisa memperoleh pendanaan? Dalam praktik bisnisnya, perusahaan multifinance berperan sebagai perantara antara peminjam dan lembaga keuangan. Hal ini membuat perusahaan multifinance memperoleh keuntungan dari selisih bunga yang diambil dari bank atau dari penerbitan obligasi, sebagai cost dan penyaluran pinjaman kepada nasabah yang nantinya diklaim menjadi revenue.
Adapun jenis pembiayaan yang disalurkan perusahaan multifinance, antara lain:
- Sewa guna usaha atau leasing
Penyaluran pembiayaan untuk menyediakan barang modal lewat sewa pembiayaan maupun sewa operasional. Yang dapat dimanfaatkan oleh para penyewa guna usaha.
- Anjak piutang atau Factoring
Penyaluran pembiayaan ini berupa pembelian dalam bentuk piutang dagang dalam jangka pendek. Anjak piutang ini memberikan solusi administrasi atas penagihan atau bahkan penjualan yang efektif bagi nasabah yang mempunyai piutang.
- Unit usaha kartu kredit atau Credit Card
Pembiayaan dalam hal kartu kredit ini, diberikan perusahaan multifinance kepada nasabah nya untuk melakukan pembelian barang maupun jasa dengan kartu kredit. Sedangkan untuk penagihan tetap akan dikenakan kepada nasabah yang menggunakan.
- Pembiayaan Konsumen atau consumer finance
Pembiayaan ini dilakukan untuk dapat menyasar pemenuhan kebutuhan para konsumen, untuk mendapatkan barang dengan skema pembayaran di angsur atau dicicil. Pembiayaan konsumen ini memberikan kemudahan pembiayaan pada kredit untuk kendaraan bermotor, kredit untuk peralatan rumah tangga maupun pada barang-barang elektronik. Termasuk juga untuk pembiayaan sepeda motor Listrik.
Dengan role model bisnis tersebut, sepak terjang perusahaan multifinance di Indonesia terbukti mampu mendorong penyaluran pembiayaan. Sehingga kehadirannya saat ini juga semakin banyak.
Dilihat berdasarkan histori pertumbuhan sektor multifinance di Indonesia, memang terus mengalami pertumbuhan. Seperti berikut:
Source: dataindonesia.id
Dari data di atas adalah perhitungan dari September 2022 – September 2023, terlihat bahwa perusahaan di sektor multifinance terus bertumbuh.
OJK mengungkapkan bahwa jumlah piutang dari perusahaan multifinance di Indonesia pada September 2023 mencapai Rp458.7 triliun, angka tersebut meningkat 1.2%MoM dari bulan sebelumnya yang sebesar Rp453.16 triliun.
Tidak hanya itu, total piutang pembiayaan yang disalurkan perusahaan multifinance juga meningkat 15.4%YoY dari periode yang sama di tahun sebelumnya. Tercatat pada September 2022, piutang pembiayaan perusahaan multifinance ada di kisaran Rp397.43 triliun.
Dengan pertumbuhan seperti di atas, bisa dikatakan bahwa sektor multifinance masih akan menemukan momentum penyaluran pembiayaan di tahun 2024 ini. Seiring dengan meningkatnya konsumsi Masyarakat. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2023 yang tumbuh kuat di level 4.94% YoY, berkat naiknya permintaan domestik, baik itu untuk konsumsi pihak swasta maupun Pemerintah, serta untuk kebutuhan investasi.
Source: tradingeconomics
Momentum Sektor Multifinance di Pemilu 2024
Momen pemilu 2024 nampaknya bukan kendala bagi sektor multifinance. Lantaran masih dapat memanfaatkan momen pemilu, apalagi dari pemilu-pemilu sebelumnya menunjukkan kecenderungan yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini tentu positif bagi perusahaan sektor multifinance, karena akan semakin banyak uang yang beredar di Masyarakat, sehingga likuiditas menjadi naik. Imbasnya tentu akan mendorong kenaikan permintaan, termasuk pada berbagai macam produk di perusahaan multifinance.
Sebut saja dengan cairnya bansos BNPT dan PKH pada Januari 2024, sebagai program bantuan sosial dari Pemerintah yang dilanjutkan di tahun ini. Setelah disepakati oleh Pemerintah dan DPR pada Sidang Tahunan 16 Agustus 2023 yang lalu.
Source: kabar24.bisnis.com
Perlu kita tahu, bahwa BPNT 2024 ini dijadwalkan cair tiap dua bulan sekali sepanjang satu tahun, dengan nilai sebesar Rp200 ribu/bulan. Artinya akan ada enam kali tahap penyaluran BPNT di sepanjang tahun ini. Sedangkan untuk bansos PKH dikhususkan untuk keluarga miskin yang dilakukan dalam empat tahap dalam setahun, yakni Januari – Maret, April – Juni, Juli – September, Oktober – Desember. Adanya bansos tersebut, tentu akan membantu meningkatkan konsumsi Masyarakat.
Dapatkan seluruh layanan dari RK Team secara lengkap dan harga spesial hanya untuk member RK. Yuk gabung sekarang juga menjadi Platinum Member !
Untuk berlangganan Platinum Member RK, teman-teman investor bisa menggunakan voucher…
Tidak hanya itu, menurut Ristiawan Suherman – Ketua Bidang Hubungan Pemerintah II APPI mengungkapkan bahwa pihak pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan penyaluran pembiayaan melalui segmen UMKM, modal kerja, kredit investasi hingga kredit produktif. (Source: cnbcindonesia.com/mymoney)
Terlepas dari optimisme pemerintah, juga perlu kita tahu bahwa perusahaan di sektor multifinance saat ini sudah terbantu dengan adanya penyaluran pembiayaan kendaraan Listrik (Electric Vehicle/EV). Terhitung sejak awal tahun 2023 lalu, sudah banyak perusahaan di sektor multifinance menyalurkan pembiayaan kendaraan Listrik ini. Sejalan dengan semakin banyaknya brand-brand baru kendaraan Listrik, yang dinilai mampu mendongkrak penyaluran pembiayaan.
Source: investor.id/finance
Sebut saja contohnya adalah BYD, mobil Listrik asal China yang sebentar lagi akan masuk ke pasar Indonesia. BYD ini resmi merilis produk EV di Indonesia pada hari ini, 18 Januari 2024. Dengan masuknya BYD, maka para buyer memiliki lebih banyak pilihan kendaraan Listrik untuk dibeli.
Source: cnbcindonesia.com
Tidak hanya itu, optimisme sektor multifinance juga kian diperkuat oleh OJK yang memproyeksikan bahwa perusahaan di sektor ini akan melanjutkan tren positif di sepanjang tahun 2024.
Source: finansial.bisnis.com
OJK juga mengungkapkan untuk data November 2023, bahwa penyaluran pembiayaan mengalami peningkatan hampir di seluruh sektor ekonomi. Dengan pertumbuhan terbesar berasal dari sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil, juga sepeda motor. Disusul sektor pertambangan dan penggalian.
Jika di atas tadi kita menyinggung data piutang pembiayaan sektor multifinance dari September 2022 – September 2023. Maka data piutang pembiayaan sektor multifinance di Oktober 2023, juga tumbuh 15.02% YoY menjadi sebesar Rp463.12 triliun.
Dan berdasarkan data yang terbaru pada November 2023, OJK mencatatkan piutang pembiayaan sektor multifinance mengalami kenaikan hingga 14.14% YoY yakni sebesar Rp467.39 triliun.
Tantangan Sektor Multifinance
Kendati sektor multifinance memiliki peluang pertumbuhan yang baik. Namun bukan berarti, terlepas dari berbagai tantangan di depan.
- Salah satu tantangan terbesar sektor multifinance adalah rentan terhadap serangan siber. Seperti kita ketahui, belakangan ini serangan siber menjadi ancaman besar yang menyorot perhatian berbagai elemen industri. Di mana banyak perusahaan yang sudah terkena aksi hack. Dampaknya pun terbilang besar, karena menimbulkan kerugian finansial dan bocornya data. Tidak hanya bagi perusahaan sebagai pelaksana pembiayaan. Namun juga bagi nasabah sebagai peminjam.
- Tantangan kedua, sektor multifinance perlu meningkatkan pendayagunaan Teknologi Informasi (TI) security secara terintegrasi. Sayangnya peningkatan TI ini membutuhkan biaya yang terbilang besar, karena memang biaya operasionalnya tidak murah. Di mulai dari persiapan perangkat yang terintegrasi, penerapan prosedur untuk meningkatkan keamanan TI, penerapan dan uji coba security system, hingga melakukan edukasi secara menyeluruh. Bukan tidak mungkin ini akan meningkatkan beban biaya perusahaan multifinance.
- Terbatasnya sumber modal bagi perusahaan sektor multifinance. Untuk dapat menjalankan bisnisnya, perusahaan di sektor ini membutuhkan dukungan modal yang besar. Sayangnya sampai dengan saat ini, faktor modal ini masih menjadi masalah utama yang menghambat pergerakan perusahaan multifinance. Lantaran sumber modal perusahaan sektor multifinance masih sangat bergantung pada pinjaman perbankan. Keterbatasan sumber modal ini, berakibat pada dicabutnya hak usaha perusahaan multifinance.
Jika mengacu pada POJK No.35 Tahun 2018 mengenai Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan, maka modal minimum bagi perusahaan multifinance sebesar Rp100 miliar. Sayangnya, masih ada yang belum mampu memenuhi ketentuan modal minimum tersebut.
- Lonjakan inflasi dan turunnya daya beli. Kenaikan inflasi yang tidak terkendali, dapat melemahkan daya beli Masyarakat. Hal ini dapat menahan perilaku konsumtif Masyarakat, yang pada akhirnya juga mempengaruhi penyaluran pembiayaan yang semakin tertahan. Akibatnya piutang perusahaan akan merosot.
- Meningkatnya transaksi secara tunai. Hal ini akan berdampak buruk pada turunnya pembiayaan multifinance, karena skema pembayaran secara kredit semakin berkurang.
- Penjualan mobil yang di bawah ekspektasi Gaikindo di tahun 2023. Belum lama ini, Gaikindo mengungkapkan bahwa penjualan mobil di tahun 2023 merosot 4%, dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan penjualan ini dipicu oleh kebijakan ekonomi Amerika Serikat yang telah menaikkan interest rates, sehingga dolar keluar. Akibatnya banyak perbankan yang mengetatkan pinjaman. Sementara yang terjadi di Indonesia sekitar 80% nya penjualan kendaraan bermotor masih bergantung pada pembiayaan dari perusahaan di sektor multifinance.
Adapun di tahun 2024, Gaikindo memasang target yang lebih tinggi di kisaran 1.1 juta unit. Dengan dominasi segmen kendaraan di kelompok multipurpose vehicle )MPV), khususnya low MPV (LMPV) dan low cost green car (LCGC).
Source: gaikindo.or.id
Kendati demikian, hal ini perlu kita perhatikan kembali, mengingat di tahun 2023 kemarin, realisasi penjualan justru merosot.
Emiten Multifinance di Bursa Efek Indonesia
Di BEI, terdapat sejumlah emiten saham yang bergerak di sektor multifinance, sebut saja beberapa diantaranya adalah:
- PT Adira Dinamika Multifinance Tbk (ADMF),
- PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN),
- Mizuho Multifinance / Verena Multi Finance Tbk. (VRNA),
- PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN),
- PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOMF),
- PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN).
- Dan beberapa emiten lainnya lagi…
Menariknya emiten di sektor ini, telah melakukan corporate action di tahun 2023 kemarin. Seperti halnya, akuisisi Mizuho Group terhadap VRNA. Ada juga akuisisi MUFG Group, kepada MFIN dan melibatkan anak usaha MUFG, yakni ADMF.
Dari dua perusahaan asing yang melakukan corporate action tersebut, menjadi pertanda bahwa pasar multifinance masih akan menarik.
Berikut ini perbandingan antara empat saham multifinance dengan pangsa pasar tertinggi di Indonesia, yakni ADMF, CFIN, WOMF dan BFIN dari segi fundamental…
ADMF | CFIN | WOMF | BFIN | |
Market Cap | 11.28 T | 1.96 T | 1.26 T | 18.44 T |
Pendapatan | 5.78 T | 983 M | 1.30 T | 4 T |
Laba Bersih | 1.34 T | 717 M | 141 M | 1.18 T |
Total Aset | 29.65 T | 9.43 T | 6.59 T | 24.17 T |
Total Liabilitas | 19.07 T | 4 T | 5 T | 14.75 T |
Total Ekuitas | 10.58 T | 5.43 T | 1.60 T | 9.41 T |
Net Profit Margin | 23.22% | 39.4% | 10.89% | 29.40% |
Return on Equity (ROE) | 16.93 % | 17.61% | 11.77% | 16.67% |
Return on Asset (ROA) | 6.04 % | 10.15% | 2.85% | 6.59% |
Dividend Yield | 7.12 % | 20.33% | 4.70% | 2.41% |
Price to Book Value (PBV) | 1.07x | 0.36x | 0.79x | 1.97x |
Price to Earning (PER) | 6.30x | 2.05x | 6.70x | 11.81x |
Price Earning Growth (PEG) | 6x | 0.2x | 0.2x | 1x |
*menggunakan data fundamental Kuartal III-2023. Source: Cheatsheet Kuartal III-2023 by RK Team & RTI
Dari table di atas, terlihat perbandingan dari empat emiten saham. Di mana CFIN, sebagai emiten dengan valuasi termurah dari beberapa rasio seperti PER, PBV, dan PEG.
Namun, jika dilihat dari size perusahaan dan kemampuan menghasilkan dividen secara rutin, maka ADMF lebih unggul. Meskipun CFIN membayarkan dividen cukup besar, di tahun lalu. Namun CFIN termasuk emiten yang tidak rutin dalam membagikan dividen.
Sedangkan dari sisi rasio profitabilitas seperti NPM, ROA dan ROE emiten CFIN masih unggul. Jika dibandingkan dengan yang lain. Adapun untuk ADMF ada di urutan kedua.
E-Book Quarter Outlook Q3 2023 telah terbit, Anda bisa mengetahui saham apa saja yang memiliki fundamental bagus dan harganya masih terdiskon (undervalued). Yuk, dapatkan segera!!!
Bagi teman-teman investor yang ingin berlangganan E-Book Quarter Outlook, bisa menggunakan voucher…
Kesimpulan
Jadi, dari pembahasan kita di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa multifinance adalah salah satu sektor potensial, yang juga mendapat dukungan penuh dari pihak pemerintah.
Dengan role model bisnis yang hampir sama dengan sektor perbankan. Perusahaan di sektor multifinance ini terbukti mampu mendorong penyaluran pembiayaan yang terus meningkat. Terhitung dari September 2022 sampai September 2023, jumlah piutang perusahaan multifinance mencapai Rp458.7 triliun. Dan masih bertumbuh hingga data terbaru November 2023 sebesar 14.14% YoY yakni sebesar Rp467.39 triliun.
Tidak hanya itu, momentum pemilu 2024 juga tidak serta merta menenggelamkan prospek sektor multifinance. Karena tahun politik cenderung akan menunjang pertumbuhan ekonomi, yang dipicu oleh meningkatnya konsumsi Masyarakat. Sehingga prospek sektor multifinance lebih prospektif Ditambah dengan adanya penyaluran pembiayaan untuk kendaraan Listrik yang saat ini membuat prospek sektor multifinance kian menarik.
Sementara dari sisi kinerja dan fundamental emiten saham di sektor multifinance, secara overall masih cukup murah. Lantaran dari sisi PBV secara industri tidak lebih dari 2x, didukung juga dengan nature bisnis yang hampir sama dengan perbankan. Maka bukan tidak mungkin, di tahun ini sektor multifinance mampu mendapatkan momentum pertumbuhannya. dengan ini penulis meyakini bahwa sektor ini masih memiliki ruang untuk tumbuh.***
###
DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!