Terakhir diperbarui Pada 15 Februari 2024 at 4:33 pm
Daftar Isi
Artikel telah ditinjau oleh: Stock Market Analyst RK Team
Setelah fase penerapan B20 dan B30 yang telah berhasil. Rupanya pemerintah berkomitmen untuk melanjutkan mandatori biodiesel dari B30 menjadi B35 yang segera dijalankan di akhir bulan Juli ini. Dengan penerapan yang akan dilakukan secara bertahap. Tentu ini merupakan angin segar lagi untuk emiten CPO. Benarkah demikian ?
Program B35 Segera Dijalankan
Peningkatan biodiesel dari B30 menjadi B35 ini diusulkan oleh Luhut Panjaitan – Menko Kemaritiman dan Investasi RI. Sebagai salah satu langkah yang dapat meningkatkan harga CPO di semester II. Rencananya program B35 segera dijalankan dan diterapkan secara fleksibel, disesuaikan dengan jumlah pasokan maupun dengan harga CPO yang berlaku.
Bukan itu saja, program B35 segera dijalankan ini diklaim dapat mengimbangi jumlah penawaran dan permintaan CPO nasional yang sempat terganggu dalam dua bulan terakhir. Tercatat dalam dua bulan terakhir harga CPO sedang mengalami penurunan…
Source : tradingeconomics.com
Oleh karenanya dengan adanya program B35 ini, pemerintah yakin permintaan CPO akan terangkat dan harganya juga pasti naik. Di lain sisi program B35 segera dijalankan ini juga bertujuan supaya bisa menolong harga TBS yang menurun.
Seperti yang kita tahu, di Juli 2022 ini pemerintah sedang melaksanakan uji coba program B40.
[Baca lagi : Uji Coba Program B40 Resmi Dilaksanakan, Angin Segar Sektor CPO?]
Melalui sejumlah penerapan biodiesel ini, sebenarnya pemerintah tengah berupaya penuh menaikkan kembali harga tandan buah segar (TBS). Masalah lain yang juga harus dihadapi adalah realisasi ekspor CPO yang masih perlu waktu. Padahal jika ekspor CPO berjalan lancar, maka harga TBS berpotensi naik. Bukan cuma itu saja, tangki-tangki pabrik CPO juga bisa kembali menyerap TBS. Dengan demikian harga TBS bisa kembali naik.
Ekspor CPO yang belum berjalan lancar ini merupakan imbas dari larangan ekspor CPO beberapa waktu lalu. Dampak negatifnya berupa peningkatan stok CPO hingga 6.2 juta ton, sekaligus membebani harga CPO di masa panen.
Dan sebagai solusi untuk mengatasi itu, pemerintah telah memberi alokasi ekspor hingga sebesar 3.41 juta ton yang dilakukan melalui program transisi dan percepatan. Alokasi ekspor tersebut diadakan sebagai bentuk kepastian agar perusahaan CPO bisa segera melakukan ekspor. Bahkan untuk program transisi ini bisa dimanfaatkan oleh perusahaan CPO dalam beberapa bulan ke depan.
RK Team dalam waktu dekat ini akan mengadakan Stockademy yang membahas secara komprehensif kondisi market, beserta dengan sektor yang memiliki prospek dan valuasi terdiskon. Segera ikuti Stockademy di sini.
Angin Segar Lagi untuk Emiten CPO
Uji coba program B35 dan B40 yang dilaksanakan secara paralel di bulan Juli ini, telah menjadi angin segar untuk kesekian kalinya bagi emiten CPO di tengah kelesuan harga CPO. Pemerintah sendiri telah menambah total volume biodiesel sebesar 6.4% dari 10.8 juta kiloliter (KL) menjadi sebesar 10.15 juta KL di tahun ini.
Penambahan volume biodiesel tersebut bukan tanpa alasan, potensi permintaan biodiesel di Indonesia tahun 2022 ditaksir akan mencapai 8.9 juta ton, dengan rata-rata pertumbuhan CAGR mencapai 45% terhitung dari tahun 2017 sampai 2022 ini. Jelas pertumbuhan permintaan biodiesel jauh lebih tinggi, dari permintaan oleopangan.
Melihat potensi penambahan volume biodiesel tersebut, tentu emiten CPO optimis kinerjanya dapat terdongkrak di tahun ini. Mengingat program pengembangan biodiesel secara berkala dari B20, B30, B35, hingga B40 dapat mendongkrak permintaan CPO hingga kisaran 5% – 10%.
Menimbang adanya prospek permintaan CPO yang meningkat, jelas ini akan sangat menguntungkan emiten yang sudah siap memproduksi biodiesel secara mandiri, tidak lain emiten tersebut adalah TBLA dan SMAR.
Emiten lain yang juga berpotensi diuntungkan program B35 dan B40, adalah PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) yang baru melantai di BEI pada Maret 2022. Pasalnya emiten baru ini juga mengembangkan hilirisasi untuk memberi add value produk, sekaligus untuk diversifikasi pelanggan. Hilirisasi yang sudah dilakukan STAA antara lain hilirisasi ke industri pabrik pengolahan inti sawit, pabrik ekstraksi ampas inti sawit, dan berencana membangun pabrik minyak goreng. Dengan demikian, bukan tidak mungkin STAA juga dapat menangkap peluang yang diciptakan dari adanya program B35 dan B40.
###
DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!
Info:
Isi Pesan
Isi Pesan