Terakhir diperbarui Pada 13 Maret 2024 at 11:23 am
Daftar Isi
Artikel telah ditinjau oleh: Stock Market Analyst RK Team
Salah satu saham yang pernah hot dalam beberapa waktu terakhir adalah DCII. Bukan kaleng-kaleng, sepanjang tahun 2021 ini, harga saham DCII telah meningkat hampir 81x lipat – dan pada akhirnya menyebabkan saham ini disuspend oleh regulator. Dengan peningkatan laba sebesar 24% YoY, mari kita bahas apakah saham DCII menarik untuk dikoleksi atau tidak…
Seberapa Besar Industry Data Centre?
Salah satu yang memang menarik perhatian investor terhadap DCII adalah bisnis model yang cukup unik, yakni bisnis data centre. Bisnis ini mungkin tidak asing lagi bagi investor di negara-negara berkembang, tetapi di Indonesia, masih sedikit pemain yang berada di sektor ini. Itulah sebabnya DCII yang menjadi satu dari sedikit proxy di Indonesia cukup dilirik oleh investor.
Menurut analisa dari Bain, Temasek dan Google, internet economy di Asia Tenggara akan mencapai USD 309 miliar pada tahun 2025, atau meningkat hampir 3x lipat dibandingkan dengan tahun 2020.
Sebagai informasi, angka tersebut setara dengan sepertiga dari ekonomi Indonesia. Jadi, size yang atraktif untuk pertumbuhan sebuah bisnis.
Yang menarik adalah, dari angka tersebut, Indonesia sendiri berkontribusi sepertiga dari total internet economy di Asia Tenggara. Hal ini memberikan gambaran betapa atraktifnya pasar Indonesia terhadap perkembangan internet economy. Dalam 5 tahun tersebut juga, internet economy di Indonesia diproyeksikan dapat bertumbuh 3x lipat dibandingkan tahun 2020.
Anda yang ingin atau sedang menyusun investing plan Anda, tapi memiliki waktu yang terbatas untuk mengolah banyaknya informasi yang beredar, Anda bisa menggunakan Monthly Investing Plan edisi Desember 2021 yang telah terbit di sini…
DCII Sebagai Salah Satu Proxy
Yang membuat bisnis data centre menjadi atraktif adalah perkembangan teknologi di zaman sekarang yang membuat data sebagai salah satu currency yang berharga. Hampir semua sektor dan industri akan memerlukan data, di mana tentu kebutuhan penyimpanan dan pengolahan data menjadi salah satu PR yang harus dipertimbangkan. Masalah inilah yang dibantu dipecahkan oleh DCII, di mana bisnis DCII sendiri telah menjangkau berbagai macam sektor seperti yang terlihat di bawah ini:
Dan sejauh ini, tidak hanya dari segi sectoral, tetapi banyak juga reputable companies yang sudah menjadi partner dari DCII, termasuk perusahaan-perusahaan nasional di Indonesia seperti PGN (PGAS), Indosat (ISAT), sampai ke Linknet.
.
Sudah banyak perusahaan-perusahaan nasional dan multinasional yang bergantung terhadap industry data centre ini. Di dalam negeri kita punya perusahaan-perusahaan uni/deca-corn seperti Gojek, Bukalapak, Traveloka dsb, sampai ke perusahaan global seperti Tiktok, Netflix, dan Spotify. Pemain-pemain global yang bergerak di industri ini pun juga merupakan perusahaan-perusahaan top di dunia seperti Google, Microsoft, Tencent, Amazon (AWS), sampai ke Alibaba.
Itulah mengapa DCII yang merupakan salah satu proxy di Indonesia berpotensi memiliki prospek pertumbuhan yang diekspektasikan menyerupai perusahaan-perusahaan skala global tadi.
Pertumbuhan DCII dalam beberapa tahun terakhir juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Pendapatan DCII sendiri bertumbuh dengan CAGR 81%. Dan secara YoY bertumbuh 55% pada tahun 2020 ke level Rp 759 miliar. Perlu Anda ketahui bahwa pendapatan DCII per 9M21 saja sudah mencapai Rp 607 miliar, bertumbuh hampir 2x lipat dari pencapaian 9M20 sebesar Rp 375 miliar. Dengan asumsi annualized saja, pertumbuhan pendapatan DCII di tahun 2021 akan bertumbuh signifikan dibandingkan tahun 2020.
Selain itu, trend serupa juga dapat dilihat dari pertumbuhan laba bersih DCII, dengan CAGR mencapai 57%. Bahkan, laba bersih di 9M21 sudah yang sebesar Rp 172 miliar. Atau sudah hampir setara dengan laba bersih FY20 lalu yang Rp 183 miliar.
Growth yang atraktif ini, menurut kami, adalah salah satu hal yang menarik perhatian investor untuk berinvestasi di DCII.
Selain itu, jangan lupa juga bahwa seiring dengan exponential growth yang didapatkan dari pemanfaatan ekosistem data yang dimiliki. Dengan opex dan fixed income yang relatif besar, dapat menumbuhkan margin profitabilitas milik DCII – seperti yang terlihat pada grafik di atas. Memang tidak banyak perusahaan yang memiliki EBITDA margin >50% dan net margin >20%. Dan tentu hal ini dapat meningkatkan nilai valuasi dari suatu perusahaan.
Sekarang DCII ditransaksikan di harga Rp 42.250 per lembar saham, dengan P/E ratio sebesar 438x dan PBV 96x (!). Tentu, track record yang ditampilkan menunjukkan pertumbuhan yang sangat atraktif, tetapi apakah DCII pantas dihargai dengan valuasi seperti ini? You decide..
###
DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!
Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.
good