Setelah beberapa nama telah diangkat oleh Erick Thohir untuk menjadi pimpinan di BUMN, Erick Thohir akhirnya mengangkat satu nama lagi; Arcandra Tahar, sebagai Komisaris Utama di PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS). Penunjukkan ini menjawab teka-teki yang selama ini muncul di public tentang siapa yang akan diangkat menjadi Komut di PGAS. Dengan pengangkatan Arcandra Tahar menjadi Komut, kira-kira bagaimana prospek PGAS ke depannya?
Daftar Isi
Company Profile PGAS
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) merupakan perusahaan yang bergerak dalam pengembangan dan penggunaan gas alam untuk kepentingan masyarakat, serta penyediaan volume dan kualitas gas yang cukup untuk konsumsi masyarakat. PGAS merupakan salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) – yang artinya mayoritas kepemilikan PGAS dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia. Sekarang PGAS adalah perusahaan nasional Indonesia terbesar di bidang transportasi dan distribusi gas.
PGAS bergerak dalam bisnis minyak dan gas di mana PGAS memiliki dan mengoperasikan pipa gas sepanjang lebih dari 10.000 km dan mencakup 96% total jaringan pipa gas di seluruh Indonesia. Portfolio bisnis upstream PGAS terdri dari 11 blok minyak dan gas di seluruh Indonesia, 1 gas serpih di Houston, Amerika Serikat. PGAS sekarang memiliki 2 FSRU (floating storage regasification unit – tempat untuk mentransfer dan mentransit liquefied natural gas (LNG)) yang terletak di Lampung dan Jawa Barat. Bisnis downstream PGAS melayani lebhih dari 2.000 konsumen di perindustrian maupun rumah tangga.
Pada awalnya, PGAS didirikan pada tahun 1859 oleh perusahaan Belanda, Firma L.J.N Eindhoven & CO Gravenhage pada zaman kolonial. PGAS baru ditetapkan menjadi perusahaan negara Indonesia pada tanggal 13 Mei 1965. PGAS melakukan pencatatan perdana sahamnya di Bursa Efek Surabaya dan Bursa Efek Jakarta saat itu pada tahun 2003. PGAS telah memiliki perluasan bisnis sejak dibentuknya anak usaha PT Transportasi Gas Indonesia, PT PGAS Telekomunikasi Nusantara, PT PGAS Solution, sampai PT PGN LNG Indonesia dan masih banyak lagi anak usaha yang telah didirikan oleh PGAS. PGAS kemudian menjadi anak usaha PT Pertamina (Persero) sejak 11 Maret 2018 mendukung proses integrase bisnis gas milik Pertamina.
Biografi Singkat Arcandra Tahar
Ir. Arcandra Tahar, M.Sc., Ph.D. merupakan mantan wakil dan mantan menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia (ESDM). Arcandra Tahar pernah dilantik menjadi Menteri ESDM pada era Kabinet Kerja Jokowi yang kala itu ia menjabat sejak 27 Juli 2016 sampai 15 Agustus 2016. Ia diberhentikan sebagai Menteri ESDM dikarenakan adanya polemik dwikewarganegaraan yang ditujukan kepada dirinya kala ia sebagai menteri. Merujuk polemik tadi, Presiden Joko Widodo akhirnya menunjuk Ignasius Jonan sebagai pengganti Arcandra Tahar sebagai menteri, dan kemudian mengangkat Arcandra Tahar sebagai Wakil Menteri ESDM mendampingi Ignasius Jonan selama periode Kabinet Kerja.
Arcandra menyelesaikan pendidikan S1-nya di Teknik Mesin ITB dan kemudian menyelesaikan pendidikan S2 dan S3-nya di Amerika Serikat. Setelah lulus, ia menjadi konsultan di berbagai perusahaan internasional. Arcandra Tahar juga berperan dalam negosiasi dan keberhasilan Presiden Joko Widodo dalam menarik kembali Blok Masela agar dikuasai oleh Indonesia, dengan memutuskan eksplorasi harus dilakukan secara onshore dan bukan offshore. Arcandra Tahar sendiri memiliki hak paten desain offshore di Amerika Serikat.
Dengan bergabungnya Arcandra Tahar sebagai Komisaris Utama di PGAS, bagaimana kira-kira prospek PGAS ke depannya?
Dampak Masuknya Arcandra Tahar sebagai Komisaris Utama di PGAS
Erick Thohir selaku Menteri BUMN telah menunjuk Arcandra Tahar sebagai Komisaris Utama PGAS, meskipun baru akan dilantik nanti pada saat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PGAS pada 21 Januari 2020 nanti – sekalian dengan agenda pergantian direksi dan komisaris. Pernyataan Erick Thohir ini sekaligus menjawab teka-teki yang sebelumnya meyelimuti media. Sempat muncul nama-nama besar seperti Ignasius Jonan, Susi Pudjiastuti yang akan mengambil posisi ini, tetapi akhrinya Erick Thohir memilih Arcandra Tahar sebagai Komisaris Utama PGAS.
Aksi Erick Thohir ini sekali lagi cukup menjadi sorotan media (lagi) setelah beberapa gebrakan yang telah dilakukan sebelumnya. Penulis sempat menulis sebuah artikel tentang gebrakan Erick Thohir, Anda dapat membacanya di sini :
[Gebrakan Erick Thohir dan Dampaknya terhadap Perusahaan BUMN ke Depan]
Sebagai salah satu tokoh dengan background dari sumber daya mineral – yang tentu saja di dalamnya termasuk minyak dan gas, komoditas yang menjadi bahan utama operasional PGAS, Penulis melihat penunjukkan Arcandra Tahar sebagai Komisaris Utama di PGAS dapat memberikan dampak yang positif bagi kinerja perusahaan.
Ketika menjabat sebagai Wakil Menteri ESDM mendampingi Ignasius Jonan sebagai Menteri ESDM, kita tahu bahwa Arcandra Tahar cukup berperan dalam perolehan Blok Masela ke Indonesia, dan juga Arcandra Tahar memiliki paten offshore di Amerika Serikat.
Bergabungnya Arcandra Tahar sebagai Komisaris Utama di PGAS dapat menjamin operasional PGAS menjadi lebih efektif dan efisien melalui background dan pengalaman Arcandra Tahar yang cukup di bidang yang sesuai dengan cukup mumpuni.
Pengangkatan ini semakin berdampak positif karena bersamaan dengan rencana PGAS untuk membangun pipa gas sepanjang 486 kilometer sampai dengan 2021, dan kemungkinan besar PGAS yang semakin dekat untuk membeli gas di Blok Masela – karena sampai sekarang belum adanya kandidat kuat pembeli gas Blok Masela.
Apabila PGAS adalah pembeli tunggal, maka besar kemungkinan proyek Blok Masela akan jatuh ke tangan PGAS di mana produksi gas di Blok Masela selama 2027 – 2055 diproduksi dapat mencapai 16,38 TSCF (gross) dan 12,95 TSCF (sales). Hal ini juga dapat meningkatkan kapasitas produksi PGAS di mana Blok Masela dapat menmproduksi sebesar 9,5 mtpa LNG dan 150 juta standar kaki kubik (MMSCFD) gas pipa.
Langkah Apa yang Dapat Dilakukan Arcandra Tahar di PGAS?
Penunjukkan Arcandra Tahar sebagai Komut di PGAS bukan tanpa alasan. Sepak terjang Arcandra di bidang energy sudah tidak diragukan lagi. Buktinya, ketika Arcandra Tahar pertama kali ditunjuk menjadi menteri ESDM, lalu dicabut karena permasalahan kewarganegaraan, Pemerintah RI kemudian tetap memanggilnya kembali – tetapi sebagai Wakil Menteri di ESDM – karena kepiawaiannya dalam bidang energy.
Arcandra telah malang melintang bekerja di perusahaan migas di Amerika Serikat, dan Arcandra telah memiliki pengalaman lebih dari 14 tahun di bidang energy – lebih spesifik di bidang hidrodinamika dan offshore. Arcandra juga pernah bekerja di Principal Horton Wison Deepwater Inc. – sebuah perusahaan yang mengembangkan teknologi dan rekayasa yang berfokus di bidang energy.
Profil Arcandra Tahar yang memang ahli di bidang energy ini diharapkan dapat membawa perubahan yang baik ke PGAS. Erick Thohir selaku Menteri BUMN menilai dengan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh Arcandra Tahar dianggap dapat mengawasi PGAS dan memberikan ide-ide terobosan baru untuk perusahaan.
Arcandra Tahar dipercaya dapat meningkatkan kinerja PGAS menjadi lebih efisien, karena ia pernah menjabat sebagai Presiden di Petroneering Houston di Texas – yang juga merupakan perusahaan yang bergerak di bidang minyak dan juga energy.
Arcandra Tahar juga diketahui memiliki pengetahuan yang tinggi di bidang energy terbarukan. Hal ini dibuktikan karena Arcandra Tahar juga terlibat aktif di dalam pengebangan teknologi Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC). Dengan pemahaman yang dimiliki Arcandra Tahar, diharapkan dapat membuat PGAS – dan juga perusahaan-perusahaan di Indonesia – juga mengantisipasi dan lebih mempersiapkan diri dengan kedatangan energy terbarukan sebagai komoditas ke depannya.
Kesimpulan
Pengangkatan Arcandra Tahar sebagai Komisaris Utama PGAS menjawab teka-teki di media setelah mencuatnya nama-nama kuat yang kemungkinan akan mengisi posisi tersebut seperti Ignasius Jonan dan Susi Pudjiastuti. Arcandra Tahar yang pernah menjabat sebagai Menteri dan Wakil Menteri ESDM di Kabinet Kerja Jokowi di periode sebelumnya pun diharapkan dapat membawa dampak yang positif terhadap operasional dan kinerja PGAS ke depannya.
Hal ini bersamaan dengan banyaknya proyek yang akan dikerjakan PGAS di tahun 2020, seperti pembagungan pipa gas sepanjanga 486 kilometer sampai dengan 2021, di mana di dalamnya termasuk juag Pipa Gas Duri-Dumai tahap II sepanjang 67 kilometer yang nantinya akan dapat menyalurkan gas untuk memenuhi kebutuhan Refinery Unit II ((RU II) Dumai. PGAS juga dikabarkan semakin dekat untuk membeli gas Blok Masela, yang dapat meningkatkan kapasitas produksi PGAS di mana Blok Masela dapat memproduksi 9,5 mtpa LNG dan 150 juta standar kaki kubik (MMSCFD) gas pipa.
###
Info: