Tags : Ban Baru GJTL | Ban Baru GJTL | Ban Baru GJTL | Ban Baru GJTL | Ban Baru GJTL | Ban Baru GJTL | Ban Baru GJTL | Ban Baru GJTL | Ban Baru GJTL | Ban Baru GJTL | Ban Baru GJTL | Ban Baru GJTL | Ban Baru GJTL | Ban Baru GJTL | Ban Baru GJTL |
Terakhir diperbarui Pada 22 Juli 2023 at 9:16 am
Sebagai produsen ban, GJTL telah melakukan banyak inovasi dalam peluncuran ban-ban baru. Terbaru, GJTL meluncurkan ban baru yang dirancang khusus untuk digunakan oleh motor balap. Bersama IRC, GJTL meluncurkan ban khusus balap motor – IRC RM C830. Melihat terjadinya fluktuasi dalam kinerja GJTL, dengan dilakukan inovasi-inovasi seperti ini bagaimana prospek GJTL ke depannya?
Daftar Isi
Company Profile
PT Gajah Tunggal Tbk. didirikan pada tahun 1951 di mana pada saat itu GJTL didirikan untuk memproduksi dan mendistribusikan ban luar dan ban dalam untuk sepeda saja. Barulah pada tahun 1971, perusahaan menandatangani persetujuan bantuan teknik dengan Inoue Rubber Company (IRC) – sebuah perusahaan otomotif dari Jepang – untuk juga memproduksi ban sepeda motor. Sepuluh tahun berselang, di tahun 1981, barulah perusahaan memproduksi ban bias untuk kendaraan penumpang dan niaga dengan bantuan teknik dari Yokohama Rubber Company – sebuah perusahaan otomotif dari Jepang.
Perusahaan baru tercatat di papan (saat itu) Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tahun 1990. Sejak mulai tercatat di papan BEI (sekarang), GJTL telah berekspansi lini bisnis. Contohnya, setahun kemudian setelah melakukan IPO, GJTL mengakuisisi GT Petrochem Industries – sebuah perusahaan yang bergerak sebagai produsen kain benang dan benang nilon. Di tahun 1993, perusahaan mulai memproduksi secara komersial ban radial untuk penumpang dan juga untuk truk ringan.
GJTL akhirnya bergerak tumbuh dari perusahaan yang awalnya hanya memproduksi ban luar dan ban dalam sepeda, menjadi sebuah perusahaan yang juga menjual berbagai macam produk ban, dari ban radal, ban radial truk & bus, ban radial mobil penumpang, ban bias, ban sepeda motor, karet sintesis, kain ban, dan masih banyak lagi portfolio produk dari GJTL.
Kinerja GJTL di Q3 2019
Per kuartal 3-2019 kemarin, GJTL berhasil mengantongi laba bersih sepanjang tahun berjalan sebesar Rp 139,53 miliar. Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis perusahaan per kuartal 3-2019 kemarin, perusahaan berhasil mencatatkan pemasukan sebesar Rp 11,93 triliun – di mana angka ini meningkat sebesar 6,23% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu – Q3 2018 – yang tercatat hanya sebesar Rp 11,23 triliun.
Dari total pendapatan tersebut, 17,10% dari total pemasukan perusahaan bersumber dari pihak berelasi – di mana penjualan ke perusahaan ban asal Singapura – GITI Tire Global Trading Pte. Ltd – menjadi kontribusi terbesar perusahaan sebesar 16,85% dari total pemasukan perusahaan. Sisa pemasukan GJTL sebesar 82,9% lagi dijual kepada pihak ketiga langsung.
Yang menarik dari GJTL adalah, perseroan tidak semerta-merta menjual produknya ke domestic saja, tetapi dari total penjualan ke pihak ketiga, 24,87% penjualan tadi bersumber dari penjualan ke eksport, dan 75,13% lah yang bersumber dari penjualan ke domestic.
Secara umum, GJTL melaporkan pemasukan perusahaan berdasarkan 5 divisi operasi :
- Manufaktur Ban
- Manufaktur Kain Ban
- Manufaktur Karet Sintetik
- Manufaktur Benang Nilon
- Lainnya
Dari 5 segmen tadi, tercatat yang memberikan kontribusi terbesar dari perusahaan adalah manufaktur ban yang berkontribusi sebesar 96,4% dari total pendapatan GJTL. Di mana jumlah 4 segmen lain bila dijumlahkan “hanya” berkontribusi sebesar 3,6% dari total pemasukan GJTL.
Selanjutnya, mari kita lihat ke mana saja penetrasi pasar yang dilakukan GJTL – baik domestic maupun di pasar internasional.
Dari semua target market yang disasar oleh GJTL, penjualan yang terbesar adalah ke Pulau Jawa dengan persentase 38,9% dari total pendapatan, dan diikuti oleh ke pasar Amerika yang mewakili 23,73% dari total pendapatan, dan penjualan dengan target di luar Pulau Jawa yang juga mewakili sekitar 23,6% dari total pendapatan GJTL.
Secara historical, memang tercatat bahwa pendapatan GJTL terus meningkat. Dari 2011 sampai 2019 sekarang, dapat Anda perhatikan bahwa pencapaian pendapatan GJTL terus meningkat dengan CAGR sebesar 3,8%. Tetapi, jika Anda melihat dari sisi laba bersihnya, yang terjadi ternyata tidak berbanding lurus. Laba bersih GJTL sangat fluktuatif.
Ada beberapa point yang perlu diperhatikan dalam operasional GJTL; harga karet dunia dan kurs USD/IDR.
- Harga Karet Dunia
Harga karet dunia perlu menjadi perhatian bagi GJTL. Karena GJTL sebagai perusahaan yang mayoritas pendapatan berasal dari manufaktur ban, bukan sebuah rahasia lagi bahwa karet adalah bahan baku utama dalam pembuatan karet. Dilansir dari laporan keuangan GJTL Q3 2019, bahan baku yang digunakan berkontribusi 62,75% dari total beban pokok penjualan – di mana harga bahan baku dari GJTL adalah harga karet. Oleh karena itu, apabila harga karet dunia naik, maka biaya manufaktur atau cost milik GJTL akan meningkat pula.. Sebaliknya, apabila harga karet dunia turun, artinya harga bahan baku untuk manufaktur ban GJTL menurun – dan menyebabkan menurunnya cost dari GJTL juga. Kesimpulannya, harga karet dunia sangat mempengaruhi profitabilitas dari perusahaan manufaktur ban – tentu saja tak terkecuali GJTL.
Source: tradingeconomics.com
Dapat Anda lihat, Ketika harga karet dunia sempat melonjak pada akhir tahun 2017 sampai kurang lebih pertengahan 2017, cukup memperberat profitabilitas dari GJTL. Berbeda dengan ketika harga karet dunia yang turun dari 2015 ke 2016 yang dapat mendongkrak laba bersih GJTL.
Memang, yang berperan dalam menekan atau menopang pencapaian laba bersih perusahaan tidak hanya dari harga karet dunia, tetapi setidaknya Anda sekarang sudah tahu bahwa harga karet dunia berpengaruh terhadap profitabilitas GJTL.
- Kurs USD/IDR
GJTL memiliki banyak utang dalam kurs asing – USD. Tercatat, dalam laporan keuangan Q3 2019 tercatat GJTL memiliki jumlah utang obligasi sebesar USD 250 juta yang jatuh tempo pada tahun 2022. Bila rupiah melemah dan USD menguat, maka exposure utang ini ke rupiah akan menjadi lebih besar. Dengan kurs yang sekarang, GJTL memiliki utang obliges senilai Rp 3,48 triliun. Bahkan dengan kurs yang sekarang, GJTL juga memiliki beban kuangan untuk membayar bunga mencapai Rp 667 miliar.
Jadi, kurs USD/IDR akan sangat mempengaruhi profitabilitas dari GJTL, sama juga dengan harga karet dunia tadi – dapat menopang maupun menekan profitabilitas GJTL.
Peluncuran Portfolio Produk Baru – Ban Merk IRC dan Dampaknya ke Kinerja Perusahaan
IRC meluncurkan beberapa produk ban baru di tahun 2019 ini. Di antara ban-ban tersebut, akan terdiri dari beberapa segmen kendaraan seperti segmen ban radial untuk motor sport, ada juga ban untuk penggunaan harian, dan satu lagi adalah ban yang dipakai untuk balapan.
Adalah IRC RMC830 yang menjadi amunisi IRC Tire dalam menggempur segmen ban radial untuk motor sport 250cc ke bawah. Berikutnya ada ban IRC RMC810 dan ban Ecotrax yang ditujukan untuk penggunaan harian, dan juga ban IRC RMC830 yang setingkat di atas ban RMC810 yang digunakan untuk balapan.
Memang, RMC830 sementara ini masih diproduksi di Jepang. Tetapi, GJTL berpeluang untuk memproduksinya di dalam negeri dalam waktu dekat – di mana jika ban ini diproduksi di dalam negeri dapat ditawarkan ke pasar dengan harga yang lebih terjangkau lagi.
Di antara ban-ban tadi yang disebutkan, ban Ecotrax merupakan ban yang ramah lingkungan generasi terbaru yang diperuntukkan bagi kendaraan motor scootic dan underbone.
Dalam peluncuran produk ban baru ini, dapat memberikan dampak yang positif terhadap kinerja perusahaan.
Hal ini dikarenakan manufaktur ban merupakan kontributor terbesar bagi pendapatan perusahaan. Selain itu, GJTL merupakan manufaktur ban terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Hal ini tentunya menjadi sebuah competitive advantage bagi GJTL ketika ingin merilis produk baru.
Penerbitan produk ini juga akan meningkatkan brand awareness dari masyarakat tentang produk-produk lainnya dari GJTL – seperti produk ban jenis-jenis lainnya yang juga termasuk dari portfolio produk GJTL.
Kesimpulan
GJTL sebagai perusahaan yang hanya dimulai untuk memproduksi ban luar dan ban dalam sepeda, telah bertransformasi menjadi perusahaan manufaktur ban terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Sekarang, GJTL telah memproduksi ban-ban dari sepeda motor, mobil, bahkan sampai kendaraan balap – dan telah menjadi market leader di industri ini.
Kinerja GJTL sendiri – dari sisi pemasukan – dapat dibilang cukup konsisten mencatatkan pertumbuhan. Tetapi, memang, dari sisi laba bersih perusahaan sangat berfluktuatif karena terdapat faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan yang dapat mempengaruhi profitabilitas GJTL di antaranya; harga karet dunia dan nilai kurs USD/IDR..
Pencapaian pertumbuhan pendapatan GJTL tidak lepas dari inovasi yang dilakukan perusahaan dalam meluncurkan produk atau ide-ide lainnya. Salah satunya adalah yang baru saja dilakukan GJTL dan IRC dalam meluncurkan beberapa produk IRC yang menyasar target pasar dari penggunaan harian sampai ke motor sport.
Pelucuran produk baru ini dipercaya dapat memberikan dampak positif terhadap kinerja GJTL ke depannya – tetapi, ingat faktor-faktor tadi yang perlu diperhatikan yang dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan.
###
Info: