Analisa Saham BUMI

Terakhir diperbarui Pada 1 Maret 2019 at 3:11 pm

Analisa Saham BUMI

Hari kemarin, Selasa 21 Februari 2017, harga saham sejuta umat, Bumi Resources (BUMI) turun ARB (Auto Reject Bawah) ke harga 294, setelah sebelumnya sempat menyentuh titik tertinggi di 505 pada tanggal 27 Januari yang lalu. Banyak group Whatsapp dan group-group lainnya membicarakan penurunan ini. Banyak sekali yang mengeluh cut loss dan menderita kerugian. Bayangkan, jika Anda membeli BUMI di harga 505 maka nilai investasi Anda sudah berkurang sekitar 40% hanya dalam waktu kurang dari 1 bulan. Mengerikan bukan? Mungkin banyak dari Anda yang merasa bingung ataupun bimbang, apa tindakan yang harus dilakukan? Cut Loss atau Hold? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, sekarang mari kita telaah secara Analisa keuangan.

 

Pergerakan saham BUMI sejak Oktober 2016 – Februari 2017

 

Laporan Keuangan terakhir BUMI adalah Q3 tahun 2016, di mana secara umum belum ada peningkatan sebenarnya. Pendapatannya turun dari US$ 33.5 Miliar menjadi US$ 18.1 Miliar ( -46% ). Ekuitas perusahaan juga masih minus atau defisiensi modal sebesar US$ 2.8 Miliar, serta hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu 1 tahun sebesar $ 3.6 Miliar, di mana jika dalam waktu 1 tahun tersebut, BUMI tidak dapat melunasi hutangnya, mengajukan penundaan pembayaran, atau mengkonversi menjadi saham (convertible bonds), maka BUMI akan dinyatakan pailit alias bangkrut. Jika kita melihat fakta-fakta tersebut, maka BUMI dapat dikatakan memiliki kinerja yang sangat parah.

 

Namun, di sisi lain ada opportunity yang dapat membuat BUMI dapat kembali meningkat performance nya di tahun 2017 ini. Pertama, kenaikan harga batubara global turut mengerek harga batubara milik BUMI. Average Selling Price (ASP) BUMI sepanjang Januari 2017 adalah US$ 57 per ton, lebih tinggi dibandingkan ASP BUMI selama periode 2016 sebesar US$ 42 per ton (naik 36%). Pencapaian serupa juga ditorehkan dua anak usaha BUMI, yakni PT Arutmin Indonesia dan PT Kaltim Prima Coal (KPC).

ASP batubara Arutmin Indonesia tercatat mencapai US$ 38 per ton, naik 58% dibanding ASP 2016, US$ 24 per ton. Adapun ASP batubara KPC sebesar US$ 66 per ton, tumbuh 30%. Kedua, BUMI berhasil menyelesaikan proses penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU). Pada November 2016, para kreditur BUMI telah menyepakati proposal perdamaian berupa konversi utang menjadi saham. Melalui tukar guling itu, utang komersial BUMI senilai US$ 4,2 miliar akan berkurang menjadi US$ 1,6 miliar. Beban bunga utang BUMI juga akan berkurang lebih dari US$ 250 juta setiap tahun. Yang menarik, konversi utang menjadi saham BUMI akan dilakukan di harga Rp 926,16 per saham. Inilah yang membuat selama 3 bulan terakhir harga saham BUMI meningkat dari Rp 70 – 80 menjadi Rp 505 di Januari kemarin.

 

Pada tanggal 7 Februari 2017, perusahaan sudah melakukan Rapat Umum Pemegang Luar Biasa (RUPSLB) untuk meminta persetujuan melakukan Penawaran Umum Terbatas V kepada Para Pemegang Saham dalam rangka penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, dan hasilnya adalah disetujui. Anda mungkin bertanya, kalau right issue akan dilakukan di harga Rp 926,16 per saham, mengapa kemarin BUMI kena ARB (Auto Reject Bawah) ke 294? Salah satu alasannya adalah Maybank Kim Eng (ZP) menjadi salah satu penjual terbesar saham BUMI di level Rp294. ZP melakukan penjualan sebanyak 753.000 lot, aksi tersebut berlangsung pada pukul 15:34-16:00 WIB. Saya juga yakin banyak dari Anda yang juga kena panic selling sehingga ikut mendorong jatuhnya harga saham BUMI.

 

Harga Wajar BUMI

Oke, terlepas dari fluktuatif nya saham BUMI belakangan ini, pertanyaan berikutnya ke mana sebenarnya arah saham BUMI? Oke, sekarang kita lihat. BUMI saat ini memiliki cadangan batubara sebanyak 3 Miliar Ton. Jika kita menghitung secara konservatif dengan asumsi Average Selling Price (ASP) BUMI sepanjang tahun 2016 di kisaran US$ 40 per metrik ton, maka nilai cadangan batubara BUMI masih sebesar US$ 120 miliar. Dari Average Selling Price US$40 tadi, kita ambil konservatif bahwa keuntungan yang diperoleh setelah dikurangi ongkos produksi dan royalti ke pemerintah adalah hanya 5%, maka diperoleh angka US$2. Sementara hutang BUMI setelah konversi utang menjadi saham adalah US$ 1.6 Miliar. Nilai wajar BUMI dapat dihitung dengan cara : (Cadangan batubara BUMI X Profit dari Average Selling Price) – Hutang BUMI à (3 Miliar Ton X $ 2 per Ton) – $ 1.6 Miliar = $ 4.4 Miliar

Sementara itu, jumlah saham beredar BUMI sebelum right issue adalah 36.6 Miliar lembar saham. Oleh karena itu, nilai wajar BUMI per lembar saham adalah $ 4.4 Miliar / 36.6 Miliar lembar saham = $0.12 per lembar saham, atau jika menggunakan nilai tukar US$ 1 = Rp 13,300, maka harga wajar BUMI per lembar saham adalah $0.12 X Rp 13,300 = Rp 1,598 (dibulatkan menjadi Rp 1,600)

 

Apakah itu berarti harga saham BUMI PASTI akan ke Rp 1,600? Tidak ada yang bisa menjawab, mengingat BUMI adalah saham sejuta umat, di mana banyak faktor yang akan berperan di dalamnya. Investasi di saham BUMI ini lebih ke arah spekulasi ketimbang investasi sebenarnya.

 

Kesimpulan

So, kesimpulannya adalah : jika Anda ingin berinvestasi di saham yang dapat membuat Anda tidur nyenyak, saya menyarankan agar Anda invest di saham lain yang lebih sesuai dengan kaidah value investing. Namun, jika Anda memang ingin mencoba untuk berspekulasi, Anda bisa “mencicipi” saham ini. Namun, seperti biasa, Anda bertanggung jawab terhadap investasi Anda sendiri. Bagi Anda yang sahamnya masih nyangkut, semoga artikel ini dapat sedikit menenangkan hati Anda.

 

Tags :

Analisa Saham BUMI Analisa Saham BUMI, Analisa Saham BUMI. Analisa Saham BUMI Analisa Saham BUMI, Analisa Saham BUMI

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

reCaptcha v3
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

1 comment on “Berapa Nilai Wajar BUMI dan ke mana Arahnya?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *