10-Saham-Diuntungkan-Proyek-EBT

Terakhir diperbarui Pada 24 Juni 2025 at 2:53 pm

Artikel telah ditinjau oleh: Stock Market Analyst RK Team    

Belum lama ini, Kementerian ESDM menyatakan pelelangan sejumlah Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) resmi dibuka. Pelelangan ini menjadi salah satu langkah agresif Pemerintah dalam mendorong Swasembada Energi yang berperan penting untuk mewujudkan ketahanan energi nasional di Indonesia. Menariknya di balik geliat tersebut, sejumlah emiten di BEI yang bergerak di sektor pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) mulai banyak disorot. Lantaran akan terlibat langsung dalam proyek pengembangan EBT. Bahkan proyek-proyek EBT ini juga menunjukkan sinyal sinergi dengan Danantara, SuperHolding BUMN yang mengoptimalkan aset perusahaan BUMN lewat proyek investasi strategis. Lantas emiten EBT mana saja yang berpotensi diuntungkan?

 

Kementerian ESDM Mengkaji Proyek EBT yang Dapat Didukung Danantara

Sejalan dengan lelang proyek EBT, Kementerian ESDM juga tengah mengkaji proyek-proyek EBT mana saja yang dapat didukung oleh BPI Danantara. Hal ini berkesinambungan dengan komitmen Danantara yang akan fokus membangun proyek-proyek yang erat kaitannya dengan Energi Baru Terbarukan (EBT).

“Investasi yang kita lakukan adalah investasi yang berkesinambungan dan berkelanjutan, lantaran potensi yang kita miliki ini sangat besar. Jadi investasi di clean energy, renewable energy itu juga salah satu prioritas yang ingin kita lakukan,” ujar Rosan Roeslani – CEO Danantara.

Visualisasi Energi Bersih. Source: pinterest

Sebut saja sumber renewable energy yang dimiliki Indonesia saat ini, mencakup: Solar, Hydro, Bio Energy, Wind, Geothermal. Dan berdasarkan data Kementerian ESDM, potensi EBT di Indonesia jumlahnya mencapai 3.6 terawatt (TW). Sayangnya dari sisi pemanfaatan masih minim di kisaran 1% dan untuk bauran EBT terhadap energi nasional juga masih 14% sepanjang 2024.

Oleh sebab itu, Pemerintah kembali membenahi strategi peningkatan pemanfaatan dan bauran EBT, yang salah satunya melalui pelelangan proyek-proyek EBT. Pelelangan ini tentu akan melibatkan sejumlah emiten EBT di Bursa yang memang aktif dalam pengembangan energi bersih.

Berikut 10 saham diuntungkan proyek EBT:

  1. PGEO (PT Pertamina Geothermal Energy Tbk)

PGEO adalah pemimpin industri panas bumi dan anak usaha Pertamina, dengan 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dan 1 penugasan, total kapasitas terpasang 1.877 MW. Terbaru, PGEO bekerja sama dengan GDC (Kenya) untuk ekspansi panas bumi di Afrika, serta bermitra dengan Chevron melalui CAE, yang telah mengantongi Izin Panas Bumi (IPB) sejak September 2024 guna percepatan pengembangan proyek.

Pada 2025, PGEO menargetkan operasional komersial Lumut Balai Unit 2 (Mei–Juni); ekspansi proyek Hululais bersama PLN membangun power plant; eksplorasi WKP baru di Sumatera. PGEO juga mengkaji ekspansi internasional ke Turki untuk mencari peluang baru.

Selain itu, PGEO tengah membangun proyek CoGeneration (COD) yang masuk RUPTL dan ditargetkan beroperasi 2026–2027, mendukung ambisi penambahan kapasitas 1 GW dalam 2–3 tahun dan 1.5–1.8 GW hingga 2033. Proyek ini memperkuat peluang PGEO dalam lelang proyek EBT.

 

  1. BREN (PT Barito Renewables Energy Tbk)

BREN, pemain panas bumi terbesar kedua dan terafiliasi dengan konglomerat Prajogo Pangestu, memiliki portofolio di eksplorasi dan operasional panas bumi, serta energi angin. Hingga Februari 2025, BREN melalui anak usahanya Star Energy Geothermal (SEG) telah menyelesaikan proyek Salak Binary berkapasitas 15.5 MW, sehingga total kapasitas terpasang mencapai 901,5 MW.

BREN menargetkan kapasitas 2.300 MW pada 2032 melalui ekspansi di wilayah eksisting dan pengembangan proyek baru (Greenfield), baik panas bumi maupun angin. Pada 2024, BREN juga merampungkan akuisisi PLT Bayu, memperluas portofolio EBT-nya. Hal ini semakin memperkuat posisi BREN sebagai pemain utama dan andal di sektor EBT.

Seluruh aset EBT BREN kini didukung teknologi digital. Mulai akhir 2024, SEG mulai mengintegrasikan teknologi GenAI seluruh kegiatan operasional melalui kemitraan dengan Kyndryl – penyedia layanan infrastruktur TI terbesar di dunia. Guna meningkatkan efisiensi dan keandalan operasional secara cloud-native.

 

BREN-vs-PGEO

[Baca lagi: BREN vs PGEO]

 

  1. MEDC (PT Medco Energi Internasional Tbk)

MEDC menjalankan bisnis panas bumi melalui anak usaha PT Medco Power Indonesia, dengan fokus utama pada proyek geothermal Ijen dan PLTS Bali Timur yang siap beroperasi komersial tahun ini. MEDC juga melanjutkan pengembangan PLTS Bulan untuk mendukung pertumbuhan EBT jangka panjang.

Di proyek Sarulla (330 MW), MEDC memiliki 18,3% saham dalam konsorsium. Proyek Ijen dikelola bersama mitra internasional dan didanai oleh lembaga hijau seperti Green Climate Fund dan ADB, dengan target operasi awal 34 MW pada 2026 dan potensi total 110 MW.

MEDC juga memperoleh hak eksplorasi geothermal di Samosir– Sumatera Utara yang siap memperkuat portofolio EBT. Serta mengkaji potensi energi angin di Sumbawa Barat untuk captive market dan PLN.

 

  1. DSSA (PT Dian Swastatika Sentosa Tbk)

DSSA, holding dari Sinarmas Grup, merambah bisnis panas bumi melalui anak usaha – PT Daya Mas Geopatra Pangrango (eksplorasi di Cipanas Cianjur – Jawab Barat), serta memproduksi panel surya lewat PT Daya Mas Agra Sejahtera (merk dagang Dian Solar).

Pada Oktober 2024, DSSA mendirikan melalui DASU (PT Daya Anugerah Sejati Utama) dan DMCE (n PT Daya Mas Cisolok Energi) mendirikan PT Daya Mas Cisolok Geothermal; Dan melalui DASU dan DMNE, mendirikan PT Daya Mas Nage Geothermal, keduanya bergerak di bidang tenaga panas bumi.

Desember 2024, DSSA lewat joint venture bersama Trina Solar Energy Development Pte. Ltd. dan PLN Indonesia Power Renewables mulai memproduksi sel dan panel surya di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah.

Tiga proyek panas bumi DSSA di Cipanas, Cisolok (Jawa Barat), dan Nage (NTT) ditargetkan beroperasi komersial pada 2029 dengan total kapasitas 140 MW. Terbaru, Juni 2025 DSSA mengajukan Amdal untuk proyek 15.580 ha di Cisolok-Cisukarame dengan dua turbin 25 MW (total 50 MW), target COD 2031 dan investasi sekitar USD 210.5 juta.

 

  1. UNTR (PT United Tractors Tbk)

UNTR, bagian dari Grup Astra, merambah bisnis EBT melalui anak usaha PT Energia Prima Nusantara (EPN). EPN memiliki 32.7% saham di PT Supreme Energy Rantau Dedap (SERD) yang mengoperasikan proyek geothermal 91.2 MW di Sumatera Selatan, dengan total investasi US$120 juta. Portofolio EPN mencakup PLTA run-of-river, solar PV, serta potensi pengembangan floating solar panel (PLTS Terapung), waste-to-energy, geothermal, dan tenaga bayu. Investasi ini memperkuat posisi UNTR di sektor energi terbarukan.

EPN juga membentuk PT Jabar Environmental Solutions bersama Sumitomo dan Kanadevia Corporation. Ventura bersama tersebut ditujukan untuk mengelola pembangkit listrik dan fasilitas pengolahan sampah di Legok Nangka, Bandung, lewat skema Public-Private Partnership (PPP).

 

  1. RUIS (PT Radiant Utama Interinsco Tbk)

RUIS, emiten yang juga berpotensi diuntungkan oleh adanya pengembangan proyek EBT. Salah satu produk dan layanan yang diberikan RUIS ialah mencakup proyek-proyek panas bumi, termasuk pengembangan teknologi Organic Rankine Cycle (ORC), serta solusi energi surya dan energi angin. Sebagai informasi tambahan, kontribusi bisnis panas bumi RUIS terbilang relatif kecil. RUIS mengembangkan panas bumi melalui investasi sebesar 5% ke PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) – pengelola proyek panas bumi di Mandailing Natal – Sumatera Utara. PLTP Sorik Marapi dirancang untuk berkapasitas 240 MW dan beroperasi sekitar 90 MW.

Per akhir 2024 lalu, sempat ada rumor RUIS akan mengakuisisi lebih banyak saham SMG, namun sampai kini belum ada informasi lanjutan. Alhasil kepemilikan atas saham bisnis proyek panas bumi ini masih minim kontribusi.

Kendati begitu, di tahun 2025 ini RUIS nampaknya kian fokus untuk memperluas layanan di sektor energi hijau. Melalui strategi ekspansi bisnis ke jasa energi hijau – Green Cooling HVAC, Geothermal dan verifikasi karbon guna menangkap pertumbuhan sektor EBT.

 

  1. ARCI (PT Archi Indonesia Tbk)

ARCI, emiten pertambangan mineral ini juga mulai memasuki bisnis panas bumi melalui joint venture (JV) bersama PT Ormat Geothermal Indonesia, yaitu dengan nama perusahaan PT Toka Tinding Geothermal (TTG) yang akan menjalankan bisnis Bidang Pengusahaan Tenaga Panas Bumi dan Gas Alam. Di mana Ormat memegang 95% saham dan ARCI menyertakan sisa 5%. Posisi ini membuat ARCI mirip seperti RUIS, di mana kontribusi dari bisnis panas bumi masih sangat kecil. Jadi PT Toka Tinding Geothermal (TTG) inilah yang akan melakukan eksplorasi potensi panas bumi di konsesi tambang emas Toka Tindung – Sulawesi Utara, dengan kapasitas sekitar 40 MW.

 

  1. TOBA (PT Toba Bara Sejahtra Tbk)

TOBA, emiten energi, fokus mengembangkan proyek EBT lewat PLTS Terapung Tembesi (46 MWp) di Batam dan PLTM 2×3 MW di Lampung. Selain itu, TOBA mendirikan PT Energi Baru TBS (EBT) pada 2021 sebagai induk usaha EBT, yang akan menangani proyek PLTS, bayu, dan minihidro baik secara langsung maupun tidak langsung. TOBA memiliki 100% saham EBT, yang sekaligus menjadi induk usaha dari anak-anak usaha di lini bisnis EBT

Melalui PT Batam Tirta Surya, TOBA meneken PPA dengan PLN Batam dan membentuk JV PT Nusantara Tembesi Baru Energi (NTBE) bersama PT PLN NR. NTBE ini berperan sebagai operator PLTS. Dan ke depan, TOBA akan memperluas kapasitas pembangkit listrik berbasis bayu (PLBB), hidro, dan surya. Baru-baru ini, TOBA turut mengembangkan PLTS dan sedang menjajaki peluang bioenergi.

TOBA juga dikenal lewat motor listrik Electrum H3, hasil kolaborasi dengan Gojek lewat JV PT Energi Kreasi Bersama. Transformasi ini memperkuat posisi TOBA sebagai pemain energi bersih, dan roadmap dekarbonisasi perusahaan berpotensi ditampilkan di platform Danantara untuk menarik investor ESG.

 

  1. INDY (PT Indika Energy Tbk)

Emiten tambang batubara, INDY turut melebarkan bisnis ke EBT, kendaraan listrik, dan infrastruktur energi hijau. Dalam pengembangan, proyek EBT milik INDY dijalankan melalui anak usaha, PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS) yang dibentuk dari JV antara PT Indika Tenaga Baru (ITB) bersama Fourth Partner Energy Singapore Pte. Ltd. (4PEL) tahun 2021.

EMITS menjadi perpanjangan tangan dalam ekspansi INDY ke proyek EBT, khususnya PLTS, untuk sektor komersial dan industri. Melalui EMITS, INDY berambisi membanguan portofolio operasional hingga 500 MW di tahun 2027, dengan kapasitas yang sudah digarap 60 MW.

 

  1. ADRO (PT Adaro Energy Indonesia Tbk)

Sebagai raksasa tambang batubara, ADRO menyadari pentingnya diversifikasi – mengimbangi berbagai program percepatan pengembangan EBT oleh Pemerintah. Oleh sebab itu, di tahun 2024 melalui anak usaha, PT AlamTri Renewables Indonesia telah memulai pembangunan beberapa pembangkit listrik EBT. Diikuti dengan sejumlah proyek EBT lain yang sedang dikembangkan meliputi PLTS dan battery energy storage system (BESS) di Kalimantan Tengah; PLTB dan BESS di Tanah Laut, Kalimantan Selatan; PLTMH di Kalimantan Tengah; dan PLTA di Kalimantan Utara.

ADRO memiliki Solar PV di Kalimantan Tengah berkapasitas 598 kWp, telah memproduksi listrik 835.03 MWh di 2024 kemarin. Dengan itu, Solar PV ini mampu mengurangi konsumsi diesel ADRO hingga 200ribu liter per tahun dan mengurangi emisi karbon 500 ton per tahun.

 

Ada lebih dari 800 emiten yang terdaftar di BEI, untuk mempermudah memantau kinerja laporan keuangan dan rasio-rasionya, maka bisa memanfaatkan Cheat Sheet yang telah terbit! BANNER-ARTIKEL-CHEATSHEET-2024

Bagi teman-teman investor yang ingin berlangganan Cheat Sheet, bisa menggunakan voucher di bawah ini.

 

 

Lelang Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) yang Sudah Dibuka

Per Mei 2025, Pemerintah melalui Kementerian ESDM telah membuka lelang penugasan survei pendahuluan dan eksplorasi (PSPE) atas 11 lapangan panas bumi. Termasuk juga melelang 10 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP). Pelelangan tersebut sebagai bagian dari strategi pengembangan EBT, sekaligus membuka ruang pertumbuhan bisnis untuk jangka menengah.

Proses seluruh penawaran PSPE dan WKP dilakukan secara digital, melalui platform GENESIS atau Geothermal Energy Information System. Sebuah platform yang dikembangkan sebagai pusat data dan informasi publik dengan berbagai informasi terkait potensi maupun kegiatan eksplorasi panas bumi di seluruh daerah Indonesia. Platform tersebut dirancang oleh Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal EBT dan Konservasi Energi (EBTKE). Beberapa contoh fasilitas yang disediakan GENESIS: data hasil survei geosains, pengeboran, serta laporan aktivitas panas bumi lainnya. Dengan GENESIS maka investor lebih mudah dalam mencari informasi maupun rujukan.

Platform Pelelangan. Source: genesis.ebtke.esdm.go.id

Dan berikut ini adalah daftar lokasi masing-masing PSPE dan WKP yang dilelang Pemerintah:

Source: esdm.go.id 

Lelang proyek EBT yang baru dilakukan ini akan segera diumumkan pada September mendatang. Tidak hanya itu, sisi lain dari lelang proyek EBT tahun 2025 bisa dikatakan lebih agresif, dibandingkan tahun kemarin yang hanya melelang sebanyak 4 PSPE dan 7 WKP. Gambaran dari 7 WKP yang dilelang tersebut, target total kapasitas geothermal ialah sebesar 320 MW. Ini berarti semakin banyak WKP yang dilelang seperti tahun ini, maka potensi penambahan kapasitas juga akan semakin banyak.

Dengan semakin bertambahnya kapasitas terpasang, bukan tidak mungkin mampu mendorong aliran investasi yang lebih banyak. Bercermin dari nilai kesepakatan investasi di EBT tahun kemarin sekitar US$1.82 miliar atau setara Rp27.93 triliun.

Dan kali ini, untuk menunjang semakin berkembangnya proyek EBT, per Mei 2025 kemarin Kementerian ESDM turut merilis Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) periode 2025 – 2034 yang menjadi RUPTL paling green dari histori yang ada. Lantaran telah membuka ruang proyek yang sangat besar bagi perkembangan bisnis EBT di Indonesia. Bahkan target bauran untuk EBT di sektor kelistrikan ditargetkan mampu tumbuh hingga 76% dalam 10 tahun.

 

 

Kesimpulan

Terlihat keseriusan Pemerintah dalam mempercepat transisi energi dengan melelang 11 PSPE dan 10 WKP panas bumi sebagai bagian dari pengembangan proyek EBT. Tak ayal, hal ini menjadi peluang besar bagi banyak emiten di BEI yang aktif di sektor EBT. Sebut saja, tiga emiten teratas dalam daftar digadang-gadang sebagai jawara dari BUMN yang mampu memperebutkan ‘jatah’ proyek EBT, yakni PGEO, BREN, dan MEDC, yang memang unggul dalam jumlah kapasitas terpasang, proyek aktif, hingga kolaborasi internasional.

Sedangkan untuk emiten EBT, seperti DSSA, UNTR, TOBA, dan INDY nampak gencar berekspansi ke PLTS, bayu, dan geothermal. Disusul dengan RUIS dan ARCI yang tetap ambil bagian lewat investasi dan teknologi pendukung, meski kontribusi masih kecil.

Lelang EBT 2025 bukan hanya lebih agresif, tetapi juga didukung platform digital GENESIS untuk transparansi data. Diperkuat dengan dukungan strategis dari Danantara – SuperHolding BUMN, yang memperkuat pembiayaan dan konsolidasi aset proyek EBT. Jadi, proyek EBT yang kini digalakkan bukan semata-mata mendorong energi bersih. Melainkan juga membuka ruang pertumbuhan bagi emiten dan investasi berkelanjutan.

Kira-kira gimana dengan perbandingan kinerja antara PGEO, BREN, dan MEDC?***

 

###

 

DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!

 

Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News. 

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

reCaptcha v3
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *