Teropong Dividen MIND ID Grup

Artikel telah ditinjau oleh: Stock Market Analyst RK Team   

Dalam waktu dekat, emiten tambang di bawah naungan MIND ID Grup: ANTM, PTBA, TINS, serempak akan membagikan dividen dari laba bersih FY2024. Kabar dividen ini menjadi angin segar bagi para pemegang saham di empat emiten yang merupakan anggota Holding BUMN Pertambangan tersebut. Apalagi harga komoditas global saat ini tengah bergejolak dan di bawah tekanan likuiditas pasar. Pertanyaannya, apakah pembagian dividen FY2024 akan membuat ke empat emiten tambang MIND ID ini masih layak dikoleksi?

 

Dividen MIND ID Grup: ANTM, PTBA, TINS

  • ANTM – PT Aneka Tambang Tbk

ANTM akan membagikan dividen sebesar Rp3.65 triliun atau setara Rp151,77 per lembar saham. Dividen ANTM berasal dari 100% dari laba bersih perusahaan di sepanjang FY2024 dan telah disepakati dalam RUPST. Lantaran ANTM berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp69.19 triliun, dengan laba bersih mencapai Rp3.85 triliun di FY2024. Capaian tersebut menjadi yang tertinggi sepanjang kiprah ANTM. Pendistribusian dividen ANTM dijadwalkan pada 11 Juli 2025.

2025

2024

2023

2022

2021

2020

2019

2018

2017

Nilai Dividen Per Saham

151.77

151.77

128.07

79.50

38.74

16.74

2.82

12.74

1.99

 

  • PTBA – PT Bukit Asam Tbk

PTBA akan membagikan dividen sebesar Rp3.82 triliun, atau setara Rp332,44 per lembar saham. Dividen PTBA ini berasal dari 75% laba bersih di FY2024 yang mencapai sebesar Rp5.10 triliun dan sebesar 25% dari laba bersih tersebut, dijadikan sebagai saldo laba yang belum dicadangkan senilai Rp1.27. Dividen PTBA akan didistribusikan pada 11 Juli 2025.

2025

2024

2023

2022

2021

2020

2019

2018

2017

Nilai Dividen Per Saham

332.44

332.44

397.71

1.094

688.51

74.69

326.46

339.63

318.52

 

  • TINS

TINS akan membagikan dividen sebesar Rp474.65 miliar, atau setara Rp63.73 per lembar saham. Dividen ini berasal dari 40% laba bersih TINS di FY2024 yang sebesar Rp1.19 triliun dan 60% diantaranya merupakan saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya sebesar Rp711.99 miliar. Sama seperti ANTM dan PTBA, TINS juga akan membagikan dividennya kepada para pemegang saham pada 11 Juli 2025. Meskipun TINS tidak sesering ANTM dan PTBA dalam membagikan dividen, tetapi laba dialokasikan demi kepentingan bisnis perusahaan khususnya untuk capex.

2025

2024

2023

2022

2021

2020

2019

2018

2017

Nilai Dividen Per Saham

63.73

63.73

41.95

61.22

23.61

Dari ketiga emiten di atas, dua diantaranya membagikan dividen di atas Rp2 triliun, yakni ANTM dan PTBA. ANTM menjadi emiten yang paling royal dari tahun 2024 kemarin, di mana ANTM membagikan seluruh laba tahun buku 2024 kepada pemegang saham. ANTM berhasil menunjukkan pertumbuhan dividen yang pesat, bahkan jika dihitung dalam lima tahun terakhir dividen ANTM tumbuh hingga 58.66%. Demikian pula dengan keputusan pembagian dividen yang dilakukan PTBA, tercatat sudah dua tahun berturut-turut PTBA juga membagikan dividen dengan nilai yang besar, dibandingkan ANTM. Tingginya nilai dividen yang dibagikan oleh ANTM dan PTBA, berhasil membawa keduanya masuk ke dalam indeks saham IDX High Dividen 20, berdasarkan Evaluasi Minor periode 6 Mei – 4 Agustus 2025 berikut datanya:

Bahkan dari sisi konsistensi, terhitung sejak tahun 2017 baik ANTM dan PTBA merupakan emiten tambang yang konsisten dalam membagikan dividen setiap tahunnya. Berbeda dengan TINS, yang belum mampu rutin mencatatkan dividen, seperti absen pada tahun 2023, 2020, 2019, dan 2018.

 

[adinserter block=”4″]

 

Potensi Keuntungan yang Diperoleh MIND ID

Momentum pembagian dividen, tidak hanya akan menguntungkan para pemegang saham individu. Namun pemegang saham institusi seperti MIND ID, juga akan memperoleh keuntungannya. Dari rincian pembagian dividen di atas, diperkirakan MIND ID Grup mampu meraup keuntungan hingga Rp5.2 triliun untuk hasil kinerja FY2024, dengan rincian berikut:

Emiten

Total Dividen

Jumlah Kepemilikan MIND ID

Dividen yang Diterima MIND ID

PTBA

Rp3.82 triliun

65.93%

±Rp2.52 triliun

ANTM

Rp3.64 triliun

65%

±Rp2.37 triliun

TINS

Rp474.66 miliar

65%

±Rp308.52 miliar

 

Update Kinerja Per LK 1Q2025

Liquidity Ratio ANTM: Aset Lancar Rp21.43 triliun vs Liabilitas Jangka Pendek Rp11.09 triliun, menghasilkan Liquidity Ratio di level 1.9x. Berarti ANTM memiliki kemampuan likuiditas yang cukup baik, karena Aset Lancar yang lebih besar dibandingkan kewajiban jangka pendeknya. Sehingga ANTM bisa memenuhi kewajibannya dengan aman.

Cash Ratio ANTM: Posisi Kas Rp6.91 triliun vs Liabilitas Jangka Pendek Rp11.09 triliun, maka Cash Ratio 0.6x. Sayangnya dari sisi Cash Ratio ANTM cukup berisiko, karena kas yang dimiliki tidak cukup untuk membayar lunas Liabilitas Jangka Pendeknya.

DER ANTM: total Liabilitas Rp13.67 triliun vs total Ekuitas Rp33.68 triliun, membuat DER nya di level 0.40x. Menandakan struktur modal ANTM yang kuat dan mendominasi, dibandingkan jumlah Liabilitasnya.

    • Profitabilitas

Berdasarkan LK 1Q2025, ANTM kembali mencatatkan kenaikan penjualan hingga 203.36% YoY menjadi Rp26.15 triliun, dari LK 1Q2024 yang sebesar Rp8.62 triliun. Dengan rincian:

Catatan 26. Penjualan ANTM. Source: Laporan Keuangan ANTM Kuartal I-2025 

Sejalan dengan kenaikan penjualan, Laba Kotor yang diterima ANTM pun meningkat menjadi Rp3.63 triliun di 1Q2025, dari sebelumnya Rp250.7 miliar pada 1Q2024. Yang pada gilirannya juga meningkatkan Gross Profit Margin ANTM ke level 14%, mencerminkan efisiensi dalam produksi ANTM, ditambah dengan harga jual yang meningkat dalam beberapa waktu terakhir.

Histori GPM ANTM. Source: Cheat Sheet Kuartal I-2025 by RK Team Analyst

Demikian pula, dengan Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk naik menjadi Rp2.13 triliun di 1Q2025, dari sebesar Rp238.3 miliar pada 1Q2024. Net Profit Margin ANTM pun ikut bertumbuh ke 8%, meski angka ini masih kecil. Namun setidaknya upaya efisiensi ANTM sudah mulai membuahkan hasil.

Demikian pula, Laba Bersih ANTM yang kembali melonjak signifikan menjadi Rp2.13 triliun pada 1Q2025, dari hanya Rp238.3 miliar pada periode 1Q2024. Lonjakan laba bersih ANTM ini mencerminkan peningkatan signifikan dalam kinerja keuangan, yang tidak hanya didorong oleh peningkatan volume dan nilai penjualan. Tetapi juga hasil nyata dari strategi efisiensi yang telah diterapkan perusahaan. Hal ini juga tercermin pada perbaikan Net Profit Margin (NPM) ANTM yang naik menjadi 8%, meskipun masih tergolong moderat. Tapi, pertumbuhan margin ini setidaknya menjadi sinyal positif, bahwa ANTM mulai mampu mengelola biaya operasional secara efektif.

Histori NPM ANTM. Source: Cheat Sheet Kuartal I-2025 by RK Team Analyst

    • Arus Kas

Kas Operasi

Kas Investasi

Kas Pendanaan

Remarks

+Rp2.08 triliun

+Rp82.62 miliar

-Rp24.14 miliar

Good Indicator

ANTM memiliki Kas Operasi yang positif, karena penghasilan tunai dari aktivitas inti operasional yang diterimanya lebih banyak, dibandingkan yang dikeluarkan untuk membiayai aktivitas inti tersebut. Pada kas Investasi tercatat positif, karena ANTM juga menerima dana dari Pencairan Deposito Berjangka senilai Rp427.95 miliar, namun ANTM masih tetap melakukan sejumlah aktivitas investasi – yang berarti manajemen ANTM aktif mengelola portofolio aset. ANTM juga terlihat berkomitmen atas kewajibannya, dengan kas Pendanaan yang negatif lantaran perusahaan melakukan pembayaran liabilitas dan pinjaman. Dari perputaran kas ini, nampak ANTM sedang berupaya merapikan kembali struktur keuangannya.

 

Liquidity Ratio PTBA: Aset Lancar Rp14.25 triliun vs Liabilitas Jangka Pendek Rp11.99 triliun, menghasilkan Liquidity Ratio di level 1.1x. Menandakan bahwa secara likuiditas, PTBA masih mampu memenuhi seluruh Liabilitas Jangka Pendeknya. Meski sebenarnya level 1.1x ini tergolong tipis, dengan sedikit margin yang tersisa.

Cash Ratio PTBA: Posisi Kas Rp4.86 triliun vs Liabilitas Jangka Pendek Rp11.99 triliun, maka Cash Ratio 0.4x. Cukup disayangkan kas yang dimiliki PTBA tidak cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

DER PTBA: total Liabilitas Rp19.18 triliun vs total Ekuitas Rp22.92 triliun, sehingga DER di level 0.83x. Ini berarti, struktur permodalan PTBA masih didominasi oleh ekuitas dan cukup untuk memenuhi seluruh kewajibannya.

    • Profitabilitas

Di periode 1Q2025, pendapatan yang dihasilkan PTBA naik tipis 5.85% YoY menjadi Rp9.95 triliun, dari periode 1Q2024 yang sebesar Rp9.40 triliun. Dengan kontribusi terbesar masih dari Penjualan Batubara 98% terhadap total pendapatan. Sementara sisanya berasal dari Penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah dan inti sawit, jasa kesehatan rumah sakit, dan juga jasa sewa.

Catatan 27. Pendapatan PTBA. Source: Laporan Keuangan PTBA Kuartal I-2025

Sayangnya, kenaikan pendapatan tersebut diikuti dengan lonjakan biaya pokok penjualan (COGS), terutama disebabkan oleh peningkatan signifikan pada biaya Jasa Penambangan dan Jasa Angkutan Batubara. Sehingga menekan Laba Kotor PTBA yang turun -26.24% YoY menjadi Rp1.04 triliun di 1Q2025, yang secara tidak langsung menunjukkan lemahnya efisiensi profitabilitas perusahaan. Dan hal itu tercermin dari Gross Profit Margin (GPM) yang tumbuh tipis di level 11%.

Histori GPM PTBA. Source: Cheat Sheet Kuartal I-2025 by RK Team Analyst

PTBA sendiri mencatatkan laba bersih yang anjlok -50.5% YoY menjadi Rp391.47 miliar di 1Q2025, jauh lebih rendah dibandingkan Rp790.94 miliar pada 1Q2024. Penurunan tajam ini mencerminkan tekanan berat pada profitabilitas perusahaan, yang juga tercermin dari Net Profit Margin (NPM) PTBA yang hanya tumbuh tipis di kisaran 4%. Angka tersebut mengindikasikan efisiensi perusahaan yang memburuk untuk menghasilkan keuntungan, terlebih lagi di tengah kenaikan beban usaha dan biaya produksi.

Histori NPM PTBA. Source: Cheat Sheet Kuartal I-2025 by RK Team Analyst

    • Arus Kas

Kas Operasi

Kas Investasi

Kas Pendanaan

Remarks

+Rp1.21 triliun

-Rp421.78 miliar

-Rp116.18 miliar

Best Indicator

Beruntungnya PTBA memiliki perputaran arus kas yang baik. Dengan Kas Operasi positif, PTBA telah menghasilkan lebih banyak uang tunai dari aktivitas bisnisnya, tercatat Penerimaan dari Pelanggan mencapai Rp10.61 triliun. Didukung dengan aktivitas investasi yang masih terus dilakukan PTBA, baik itu menambah Aset Tetap dan Tanaman Produktif. Tidak hanya itu, PTBA juga masih memenuhi kewajibannya pada Pembayaran pinjaman, dividen, dan liabilitas sewa – meskipun di waktu yang sama melakukan pencairan jaminan pinjaman bank senilai Rp153.49 miliar. Dengan kata lain, PTBA sedang bertumbuh dengan cara yang sehat dan mandiri.

 

Liquidity Ratio TINS: Aset Lancar Rp5.85 triliun vs Liabilitas Jangka Pendek Rp2.45 triliun, sehingga Liquidity Ratio 2.4x. Aset Lancar TINS sangat mampu untuk memenuhi seluruh Liabilitas Jangka Pendeknya, tanpa risiko likuiditas dalam waktu dekat.

Cash Ratio TINS: Posisi Kas Rp1.61 triliun vs Liabilitas Jangka Pendek Rp2.45 triliun, membuat Cash Ratio 0.7x. Porsi kas yang dimiliki TINS belum sanggup menutupi seluruh kewajiban Jangka Pendeknya. Meski begitu, posisi ini masih relatif aman bagi TINS ke depannya selama tidak ada penambahan Liabilitas Jangka Pendek yang baru.

DER TINS: total Liabilitas Rp4.85 triliun vs total Ekuitas Rp7.63 triliun, menghasilkan DER 0.64x. Posisi DER tergolong sehat, karena TINS tidak terlalu bergantung pada Liabilitasnya, sebaliknya justru jumlah ekuitasnya lebih mendominasi. Dengan begini, maka TINS sangat mampu memenuhi seluruh kewajiban Liabilitasnya. Bahkan masih tersisa margin yang dapat digunakan sebagai modal dan/atau menghadapi tekanan dalam waktu dekat.

    • Profitabilitas

Pada 1Q2025, pendapatan TINS mencatatkan kenaikan tipis 1.95% YoY menjadi Rp2.09 triliun, dari periode 1Q2024 yang sebesar Rp1.05 triliun. Dengan rincian berikut:

Catatan 25. Pendapatan TINS. Source: Laporan Keuangan TINS Kuartal I-2025

Pendapatan TINS tersebut, diimbangi dengan Beban Pokok Pendapatan yang bisa dikatakan terkendali di kisaran Rp1.71 triliun, atau turun -2.84% YoY dari Rp1.76 triliun. Mencerminkan adanya efisiensi pada struktur biaya produksi, yang memungkinkan TINS bisa menjaga margin keuntungannya. Sehingga Laba Kotornya pun meningkat 29.46% YoY menjadi Rp382.43 miliar di 1Q2025, dari sebelumnya Rp295.39 miliar pada 1Q2024. Perbaikan kinerja tersebut, turut tercermin dalam GPM perusahaan  yang tumbuh 18%.

Histori GPM PTBA. Source: Cheat Sheet Kuartal I-2025 by RK Team Analyst

Laba bersih TINS juga mencatatkan pertumbuhan positif, melonjak menjadi Rp116.85 miliar pada 1Q2025, dibandingkan laba bersih sebesar Rp29.54 miliar pada periode 1Q2024. Pertumbuhan laba bersih ini mencerminkan peningkatan efisiensi operasional dan kemampuan dalam mengendalikan beban biaya. Pertumbuhan laba bersih tersebut juga mendorong perbaikan NPM ke level 6%, menandakan TINS semakin mampu mengubah pendapatannya menjadi keuntungan bersih.

Histori NPM PTBA. Source: Cheat Sheet Kuartal I-2025 by RK Team Analyst

    • Arus Kas

Kas Operasi

Kas Investasi

Kas Pendanaan

Remarks

+Rp261.40 miliar

-Rp54.07 miliar

-Rp566.33 miliar

Best Indicator

Keberuntungan TINS juga terlihat dari arus kas yang baik, tercatat untuk kas operasi positif dengan Penerimaan dari pelanggan yang sebesar Rp1.88 triliun lebih besar, dibandingkan pengeluaran kas. Selain itu, kas investasi negatif karena TINS melakukan investasi dalam bentuk Pembelian Aset Tetap maupun Penambahan Properti Pertambangan. Berikutnya pada kas pendanaan juga negatif, karena TINS lebih banyak melakukan Pembayaran kewajibannya, meskipun di 1Q2025 TINS tercatat menerima Liabilitas Supplier Financing sebesar Rp434.57 miliar. Jadi singkatnya, TINS ini masih mampu menghasilkan uang tunai dari kegiatan bisnisnya, dan menggunakan uangnya untuk investasi aset maupun pertambangan, serta tetap mengurangi porsi utang. Meskipun di waktu yang sama menerima pendanaan baru dari supplier.

 

[adinserter block=”5″]

 

Jadi, Apakah Layak Dikoleksi?

Memperhatikan pertumbuhan dividen yang akan dibagikan ANTM, PTBA, dan TINS memang cukup menarik perhatian, terutamanya bagi saham ANTM dan PTBA yang jelas-jelas masuk ke indeks IDX High Dividen 20. Namun untuk menjawab pertanyaan, apakah layak dikoleksi? Tentu ini perlu mempertimbangkan pada review kinerja ketiga emiten tersebut berdasarkan kinerja periode 1Q2025.

  • ANTM, memiliki kinerja yang cukup solid, baik dari kinerja keuangan maupun pembagian dividen yang sudah dua kali ini membagikan full 100% dari laba bersihnya. Pembagian dividen 100% dari laba bersih FY2024 menunjukkan bahwa manajemen ANTM peduli pada pemegang saham. Dari kinerja 1Q2025 sendiri, ANTM mencatatkan lonjakan signifikan pada pendapatan dan laba bersih. Margin keuntungan membaik, efisiensi operasional meningkat, dan arus kas operasional positif. Walaupun Cash Ratio-nya masih belum ideal (0.6x), secara keseluruhan ANTM menunjukkan pertumbuhan yang layak diperhitungkan kembali.
  • PTBA, sampai dengan sekarang masih mempertahankan dividen yang menarik. Hanya saja, penurunan drastis pada laba bersih 1Q2025 (-50.5% YoY) bisa menjadi sinyal ‘peringatan’. Terlebih lagi turunnya laba disebabkan oleh tekanan biaya dan menipisnya margin keuntungan. Meskipun likuiditas dan struktur modal masih tergolong sehat, tetapi posisi kas terhadap kewajiban jangka pendek (Cash Ratio 0.4x) menandakan ruang gerak PTBA yang cukup terbatas. Satu-satunya yang menjadi penyelamat kinerja PTBA adalah perputaran arus kasnya yang tergolong sehat.
  • TINS, berdasarkan kinerja 1Q2025 mulai menunjukkan perbaikan signifikan. Laba bersih melonjak hampir 4 kali lipat YoY, margin meningkat, dan beban produksi berhasil dikendalikan. TINS juga mencatatkan struktur keuangan yang sehat dan rasio likuiditas yang tinggi. Pembagian dividen 40% dari laba bersih FY2024, setidaknya menunjukkan kehati-hatian manajemen. Meskipun memang dari sisi pembagian dividen, TINS memiliki historis yang kurang konsisten, tetapi ini bukan berarti buruk – lantaran dialokasikan untuk kebutuhan capex. Guna menjaga keberlanjutan bisnis perusahaan ke depan.

Dividen memang menjadi daya tarik utama, apalagi itu berasal dari emiten-emiten milik negara, seperti halnya ANTM, PTBA, dan TINS yang berada di bawah bendera MIND ID. Namun, investor perlu mempertimbangkan lebih dari sekadar riwayat pembagian dividen. Misalnya dengan memperhatikan keberlanjutan kinerja hingga stabilitas perputaran kas, maupun prospek bisnis ke depan. Bukan hal yang mustahil, ANTM, PTBA, dan TINS bisa menjadi salah satu komponen portofolio yang menyeimbangkan.***

 

###

 

DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!

 

Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

reCaptcha v3
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *