Lisensi-Ace-Hardware-Tidak-Diperpanjang

Bergulirnya isu lisensi Ace Hardware yang tidak diperpanjang dan kemudian merubah identitasnya menjadi PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk, cukup menyedot perhatian. Lantaran perubahan identitas ini bukan hanya diperuntukkan bagi perusahaan, melainkan juga untuk seluruh jaringan ritel Ace Hardware. Lantas bagaimana dengan prospek ACES ke depan?

 

Artikel ini dipersembahkan oleh:

 

Ace Hardware Sudah Melekat di Masyarakat  

ACES memiliki brand yang sudah melekat di benak masyarakat Indonesia yaitu Ace Hardware. Namun perusahaan memutuskan tidak memperpanjang lisensi Ace Hardware tersebut, hal ini membuat ramai pembahasan kalangan investor.

Sebelumnya saat RUPSLB 7 Juni 2024 ada keputusan perubahan nama perusahaan, dari PT Ace Hardware Indonesia menjadi PT Aspirasi Hidup Indonesia. Setelah itu harga sahamnya turun 8% sampai saat ini, yang juga ditambah dengan pelemahan kinerja secara kuartalan.

Kira-kira akan seperti apa dampak terhadap perusahaan dari tidak di perpanjangnya lisensi ini?

 

Profil Perusahaan

ACES merupakan perusahaan ritel perlengkapan rumah tangga dan gaya hidup di Indonesia. Berdiri sejak tahun 1995, dengan nama awal perusahaan PT Kawan Lama Home Center, yang mempunyai bisnis perlengkapan rumah tangga dan gaya hidup.

Produk yang dipasarkan dengan merek dagang seperti ACE, Krisbow, dan Kris. Sampai sekarang perusahaan terus berekspansi membuka gerai baru, dan menjadi salah satu perusahaan ritel terkemuka di Indonesia, dimana memiliki 241 gerai.

Perusahaan pernah mengubah namanya di tahun 1997 menjadi PT ACE Indoritel Perkakas. Kemudian tahun 2001 berganti lagi menjadi PT ACE Hardware Indonesia. Perusahaan listing di BEI tanggal 6 November 2007. Dan saat ini ACES mengubah namanya lagi menjadi PT Aspirasi Hidup Indonesia, yang dilakukan tepat pada 7 Juni 2024.

Pemegang saham terbesar ACES adalah PT Kawan Lama Sejahtera yang mempunyai persentase kepemilikan 59.8%. Kemudian untuk masyarakat 40.03%.

ACES merupakan bagian dari grup Kawan Lama, merupakan kelompok unit bisnis multisektor dengan memiliki enam pilar bisnis yaitu Commercial & Industrial, Consumer Retail, Food & Beverage, Property & Hospitality, Commercial Technology, dan Manufacturing & Engineering.

 

Neraca ACES Kuartal II-2024

Saat ini perusahaan mencatatkan kenaikan aset sebesar 5% menjadi Rp8.1 triliun. Dan memiliki kas Rp2.7 triliun. Kas ini berkontribusi sebesar 33.4% terhadap total asetnya. Perusahaan sendiri tidak memiliki utang buruk. Sedangkan ekuitasnya turun 3% menjadi Rp5.9 triliun. Jadi neraca ACES ini sangat sehat, dan perusahaan memiliki kas melimpah yang bisa digunakan untuk ekspansi pembukaan gerai kedepannya.

 

Laporan Laba Rugi Kuartal II-2024

Kinerja ACES di kuartal kedua tahun 2024 ini cukup bagus, penjualan bersih perusahaan naik 14% menjadi Rp4.1 triliun dibandingkan sebelumnya Rp3.6 triliun. Kemudian laba kotornya juga naik 14% menjadi Rp2 triliun.

Penjualan perusahaan paling besar dari produk perbaikan rumah yang memperoleh penjualan Rp2.1 triliun. Kemudian penjualan terbesar kedua dari produk gaya hidup Rp1.7 triliun. Dan ada penjualan produk permainan Rp156.7 miliar. Ketiga penjualan produk tersebut mengalami kenaikan dibandingkan sebelumnya.

Kemudian ditambah dengan penjualan konsinyasi bersih yang naik menjadi Rp75.3 miliar.

Laba bersihnya naik 21% menjadi Rp365.7 miliar, dibandingkan sebelumnya Rp302.4 miliar. Kenaikan tersebut berasal dari beban usaha yang hanya naik 13.4% saja, di saat laba kotornya mampu naik 14%. Kemudian juga ditambah dengan beban lain-lain yang turun signifikan karena saat kuartal II-2023 mencatat kerugian selisih kurs.

 

Kinerja Secara QoQ Kuartal II-2024

Kinerja ACES pada kuartal II-2024 secara kuartalan dibandingkan kuartal I-2024 mengalami penurunan pada laba bersihnya. Kalau kita lihat sejak tahun 2021, posisi kuartal kedua memang selalu turun laba bersihnya, di mana ada kenaikan pada beban usaha yang berasal dari kenaikan gaji, bonus, tunjangan, dan kesejahteraan karyawan.

Namun setelah itu perusahaan bisa mencetak laba bersih yang signifikan pada kuartal IV-2024, karena ada diskon dan promo besar di akhir tahun. Jadi bagaimana? kita bisa melihat kinerja dalam 6 bulan tadi saja, yang secara YoY laba bersih masih naik 21%.

 

Fokus Bisnis ACES dan Lisensi Ace Hardware

Dengan pergantian nama Perusahaan menjadi PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (AHI), perusahaan memutuskan tidak melanjutkan perjanjian lisensi dengan ACE Hardware International Holdings, Ltd. yang berakhir 31 Desember 2024, setelah bekerja sama dalam 29 tahun.

Apakah ACES akan berpindah fokus bisnis? Kalau melihat dari pemaparannya, perusahaan memiliki komitmen menghadirkan berbagai inovasi produk dan layanan yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi hidup pelanggan di Indonesia. Jadi sebenarnya masih tetap sama, cuman strateginya ada inovasi yang lebih sesuai dengan masyarakat Indonesia.

ACES sedang mempersiapkan peluncuran merek baru yang rencananya akan dikenalkan pada awal tahun 2025. Manajemen sendiri juga menyampaikan bahwa mereka sudah mempersiapkan dengan baik sehingga berharap bisa mempertahankan posisi sebagai pemimpin pasar, mempertahankan daya saing yang kuat di industri ritel, dan semakin relevan dengan kebutuhan pelanggan.

Dengan tidak dilanjutkannya lisensi tersebut, beban perusahaan bisa berkurang. Pada laporan keuangan kuartal II-2024, beban royalti lisensi tersebut Rp26 miliar atau sekitar 0.6% terhadap penjualan bersih perusahaan Rp4.13 triliun, sebenarnya kecil juga karena di bawah 1%, namun ini bisa menghemat biaya perusahaan.

Perlu kita ketahui, bahwa awal tahun 2025 nanti kemungkinan besar ACES akan promosi besar-besaran mengenai brand barunya sebagai langkah awal dalam proses rebranding. Di mana ini tentu membutuhkan biaya, dan bisa menggerus margin keuntungan. Apalagi jika rebranding ini kurang berhasil, maka penjualan bisa saja menurun di tahun 2025.

  

 

Contoh Kasus Perusahaan Setelah Melakukan Rebranding

ACES bukanlah perusahaan pertama yang tidak melanjutkan lisensi brand besarnya. Di mana ada banyak perusahaan lain yang pernah melakukan rebranding. Lalu bagaimana perjalanan perusahaan yang melakukan rebranding ini, apakah berhasil?

  1. Carrefour – Transmart

Carrefour di Indonesia pertama kali hadir tahun 1996, setelah itu menjadi salah satu jaringan hypermarket terbesar di Indonesia. Tahun 2010 Carrefour mencapai kesepakatan penjualan 40% sahamnya ke CT Corp milik Chairul Tanjung. Dan pada 2012, kepemilikan CT Corp menjadi 100% di Carrefour. Sebelum dibeli CT Corp, Carrefour memiliki 85 gerai.

Setelah akuisisi tersebut, Carrefour mengalami rebranding menjadi Transmart Carrefour, yang menggabungkan konsep belanja modern dengan hiburan keluarga. Transmart mulai mengalami penurunan pada sekitar tahun 2020-an. Seiring dengan perubahan perilaku konsumen yang beralih ke belanja online, dan akibat pandemi.

Nama Carrefour secara bertahap dihapus dari gerai-gerai Transmart. Dan pada tahun 2021, nama Carrefour dihapus sepenuhnya dari seluruh gerai. Jumlah gerai Transmart yang sebelumnya mencapai 134 pada tahun 2021, turun menjadi 95 pada tahun 2023. Penurunan tersebut lebih disebabkan karena persaingan ketat di industri retail, yang maraknya e-commerce, ditambah pandemi, serta kemungkinan penurunan loyalitas pelanggan yang dulu setia pada Carrefour.

 

  1. BreadTalk – MAKO

Bagi pecinta roti pasti tidak asing dengan nama BreadTalk, di mana ini adalah brand roti dari Singapura. Setelah BreadTalk di Indonesia berganti nama menjadi MAKO Cake and Bakery pada akhir 2022 akibat berakhirnya lisensi, perubahan ini tidak langsung membuat peningkatan penjualan. MAKO mencoba memperkenalkan konsep roti premium bergaya Jepang, namun banyak konsumen yang merasa kehilangan ciri khas BreadTalk.

Meskipun menawarkan produk yang lebih eksklusif, respons terhadap brand baru ini tidak sebesar ekspektasi. Dan sebenarnya saat ini masih cukup baik-baik saja untuk kondisi bisnis MAKO ini.

 

  1. McDonald’s – Tony Jack’s

Pada tahun 1991, McDonald’s resmi masuk ke Indonesia melalui lisensi yang dipegang oleh PT Bina Nusa Rama, perusahaan patungan milik Bambang Rachmadi dan McDonald’s Corporation.

Selama bertahun-tahun, McDonald’s berkembang pesat di Indonesia. Namun pada tahun 2009, 97 gerai McD yang dioperasikan PT Bina Nusa Rama dijual beserta lisensinya ke perusahaan lain yaitu PT Rekso Nasional Food. Bambang Rachmadi hanya disisakan 13 gerai saja.

Karena tidak punya lisensi McD, 13 gerai tersebut diubah namanya menjadi Tony Jack’s Indonesia. Namun dalam beberapa tahun saja, Tony Jack’s akhirnya tutup, yang kemungkinan besar disebabkan karena kalah persaingan dengan McD itu sendiri.

Apa kesimpulannya? Memang beda-beda kasusnya, Transmart menurun karena terdampak pandemi dan maraknya ecommerce. Meskipun saat itu juga bertepatan dengan nama Carrefour yang hilang sepenuhnya, sedangkan MAKO ini masih baik-baik saja.

Sedangkan untuk Tony Jack’s bener-bener gagal karena kemungkinan besar kalah saing dengan brand McD. Ketiganya masih berkaitan dengan hilangnya loyalitas pelanggan karena rebranding.

Sehingga yang ditakutkan terhadap ACES ini adalah menghilangnya loyalitas pelanggan karena kuatnya brand Ace Hardware, yang bisa mempengaruhi penjualan perusahaan ke depan.

 

Target Kinerja 2024

Same Store Sales Growth (SSSG) ACES pada bulan Juli 2024 mencatatkan pertumbuhan +4.6% secara YoY, dengan nilai penjualan indikatif Rp710 miliar. Sedangkan pada tujuh bulan tahun 2024, ACES mencatatkan pertumbuhan SSSG +9.8% secara YoY, dengan nilai penjualan indikatif Rp4.8 triliun.

Perusahaan memiliki target SSSG pada tahun 2024 ini tumbuh 7% atau lebih secara YoY. Jadi posisi sepanjang tujuh bulan tahun 2024 ini sudah bagus.

Sedangkan target penjualannya naik 10% atau lebih, dan penjualan di kuartal II-2024 ini sudah naik 14%. Kemudian perusahaan juga memiliki target membuka 15-20 gerai baru. Dari rilis terbarunya, perusahaan kini memiliki 241 jaringan toko.

Dengan melihat kinerja perusahaan di kuartal kedua tahun 2024 dan SSSG yang bagus membuat ACES memiliki prospek kinerja yang cukup baik di tahun 2024 ini. Karena potensi kenaikan kinerja di akhir tahun.

 

Kinerja Historis dan Valuasi Harga Saham

Kinerja ACES dari sisi pendapatan sangat bagus secara historis, terdampak pandemi, kemudian berangsur-angsur membaik. Dan proyeksi tahun 2024 ini bisa mencapai level tertingginya.

Untuk laba bersihnya memang belum setinggi sebelum pandemi, namun ini juga cukup bagus karena berangsur-angsur pulih, tinggal menunggu efisiensi beban perusahaan. Agar laba bersih lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi. Pendapatan dan laba bersih tahun 2024 ini kami proyeksi naik 10% secara YoY.

Saat ini ACES di perdagangkan di level Rp770/lembar saham. Valuasi PBV berada di level 2.22x, dengan proyeksi ROE tahun 2024 mencapai 14.16%. Di mana menjadi ROE tertinggi sejak 2020, sedangkan pada tahun 2020 dan 2021 PBV masing-masingnya pernah mencapai 5.51x dan 3.95x. Jadi saat ini masih cukup murah valuasinya.

###

 

DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!

 

Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

reCaptcha v3
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *