Terakhir diperbarui Pada 18 November 2024 at 10:50 am
Salim Group merupakan salah satu perusahaan konglomerat yang memiliki gurita bisnis yang cukup besar ke berbagai sektor di Indonesia. Bahkan untuk sejumlah perusahaan yang memiliki koneksi dengan Salim Group ini turut terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Mari kita lihat daftar perusahaan Salim Group yang ada di bursa dan potensi investasi di jaringan perusahaan konglomerat tersebut!
Ilustrasi manajemen Salim Group. Source: fores.com
Daftar Isi
Sejarah dan Profil Salim Group
Salim Group merupakan salah satu konglomerat terbesar di Indonesia yang memiliki sejarah panjang dan beragam bisnis yang tersebar di berbagai sektor. Berawal dari usaha kecil toko kelontong yang didirikan oleh Liem Sioe Liong di kota Semarang pada tahun 1938, Salim Group kemudian berkembang pesat menjadi salah satu grup bisnis terbesar di Asia Tenggara. Liem Sioe Liong kemudian memperluas bisnisnya ke berbagai sektor, termasuk perkebunan, perbankan, industri makanan, dan properti.
Pada tahun 1972, Salim Group mulai merambah bisnis minyak dan gas dengan mendirikan PT Indofood Sukses Makmur, perusahaan makanan terbesar di Indonesia yang memiliki merek-merek terkenal seperti Indomie dan Chitato. Selain itu, Salim Group juga aktif di sektor perbankan dengan menguasai Bank Central Asia (BCA) yang di mana saat itu, menjadi pemegang saham pengendali. Sayangnya Salim Group saat ini sudah tidak memiliki mayoritas saham di BBCA, akibat krisis moneter yang terjadi di tahun 1998 lalu. Di mana BBCA yang memiliki asset senilai Rp1.228 triliun harus mengalami bank rush dari para nasabahnya, bertepatan dengan isu meninggalnya Sudono Salim dan puncaknya kerusuhan Mei 1998. Alhasil BBCA saat itu tidak memiliki likuiditas yang kuat, pengaruh dari merosotnya DPK. Sehingga BBCA diambil alih dan mendapat suntikan modal dari pemerintah, bahkan dibantu bangkit oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional atau BPPN. Sejak itu, Salim Group tidak lagi memiliki kendali pada BBCA. Adapun saat ini BBCA sudah berpindah tangan kepada Djarum Group – milik Hartono bersaudara, di bawah naungan PT Dwimuria Investama Andalan.
Namun hilangnya kendali di BBCA, tidak lantas membuat Salim Group terpuruk lantaran upaya ekspansi yang massif dan juga diversifikasi yang baik. Salim Group bangkit dengan dua emiten yang paling popular yakni INDF dan ICBP. Untuk INDF yang merupakan holding dengan kepemilikan sebesar 50.07% saham turuk dimiliki oleh Salim Group, melalui perusahaan investasi yang listing di Bursa Hong Kong – First Pacific Co. Salim Group tercatat menggenggam lebih dari 40% saham First Pacific, diperkirakan nilai kapitalisasi pasarnya ialah HKD12.51 miliar.
Tidak hanya itu, Salim Group juga mempunyai hubungan afiliasi dengan perusahaan produsen roti yakni ROTI. Aliran investasi ini dilakukan melalui PT Indoritel Makmur Internasional (DNET) untuk Salim Group bisa menguasai 25.77% saham milik ROTI.
Salim Group juga memiliki Kongsi dengan FAST melalui DNET dengan kepemilikan sekitar 35.84%. Bahkan di bisnis minyak, Salim Group juga berinvestasi di SIMP melalui INDF dan juga Indofood Agri Resources. Sementara di perkebunan, Salim Group juga mempunyai perusahaan – LSIP dengan besar kepemilikan melalui SIMP sekitar 59.48%.
Sedangkan untuk investasi di sektor otomotif lewat IMAS dan juga anak usaha IMJS. Di mana sebesar 91.97% saham IMJS dimiliki IMAS. Dan hampir 50% saham IMAS telah dikuasai oleh Gallant Venture – perusahaan publik di Singapura dengan saham yang dikuasai Salim Group dan Group Parallax, dengan nilai kapitalisasi pasar hampir SGD732.3 juta.
Berikutnya pada bidang konstruksi dan engineering, Salim Group mempunyai META melalui PT Metro Pacific Tollways Indonesia dengan kepemilikan 74.65%. Untuk PT Metro Pacific Tollways Indonesia adalah anak usaha Metro Pacific Investment Corporation atau MPIC – perusahaan terbuka yang listing di Filipina ini juga dikendalikan Salim Group.
Ada juga kepemilikan saham Salim Group di saham MEDC dengan kepemilikan saham sebanyak 21.46%, yang mana untuk sahamnya dipunyai oleh Diamond Bridge – perusahaan Singapura yang dimiliki Salim Group.
Investasi Salim Group juga ada di saham DCII yang diberdirikan oleh Otto Sugiri. Bukan itu saja, Salim Group juga memiliki saham BBHI sebesar 6% yang dilakukan melalui PT Indolife Invetama Perkasa.
Bahkan pada Januari 2020, Salim Group juga resmi menjadi sebagai Ultimate Shareholder di saham BINA yang dilakukan lewat PT Indolife Pensiontama dengan menguasai 22.83% saham BINA.
Bahkan gurita bisnis Salim Group juga merambah sektor teknologi pada saham EMTK dengan kepemilikan seham sekitar 9%. Tidak ketinggalan dengan peluang investasi di sektor tambang, di mana Salim Group masuk ke dalam dua saham yang terafiliasi dengan Bakrie Group yakni BUMI dan juga BRMS. Untuk BUMI sendiri, Salim Group masuk lewat Mach Energy Hongkong Limited (MEL) dengan kepemilikan sekitar 45.78%. Sebagai informasi tambahan saja, Mach Energy Pte Ltd juga sebuah perusahaan yang ada di bawah naunan Salim Group yang membuatnya memiliki kendali penuh terhadap Mech Energy Pte. Ltd. Dan untuk Salim Group menguasai saham BRMS sebesar 25.10% dilakukan lewat Emirates Tarian Global Ventures SPV.
Terakhir Salim Group juga masuk ke AMMN lewat PT Sumber Gemilang Persada dengan menguasai sekitar 7.14% saham AMMN. Termasuk memiliki kepemilikan saham di MEDC lewat AMMN.
Tidak heran jika Salim Group dikenal sebagai grup bisnis yang menjadi salah satu motor penggerak pasar di dalam negeri.
Ilustrasi konglomerasi Salim Group. Source: teleportmanpower.com
Daftar Perusahaan Salim Group
Berikut adalah sejumlah saham yang memiliki koneksi dengan Salim Group, beserta lingkarannya, antara lain:
No. | Nama Perusahaan | Ticker Code | Listing di BEI |
1. | PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk | PANI | September 2018 |
2. | PT Amman Mineral Internasional Tbk | AMMN | Juli 2023 |
3. | PT Nusantara Infrastructure Tbk | META | Juli 2001 |
4. | PT Indomobil Sukses Internasional Tbk | IMAS | November 1993 |
5. | PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbka | AHAP | September 1990 |
6. | PT DCI Indonesia Tbk | DCII | Januari 2021 |
7. | PT Medco Energy Internasional Tbk | MEDC | Oktober 1994 |
8. | PT Indoritel Makmur Internasional Tbk | DNET | Desember 2000 |
9. | PT Bumi Resources Minerals Tbk | BRMS | Desember 2010 |
10. | PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk | ICBP | Oktober 2010 |
11. | PT Bank Ina Perdana Tbk | BINA | Januari 2014 |
12. | PT Indofood Sukses Makmur Tbk | INDF | Juli 1994 |
13. | PT Salim Ivomas Pratama Tbk | SIMP | Juni 2011 |
14. | PT Fast Food Indonesia Tbk | FAST | Mei 1993 |
15. | PT Indomobil Multi Jasa Tbk | IMJS | Desember 2013 |
16. | PT PP London Sumatra Indonesia Tbk | LSIP | Juli 1996 |
17. | PT Nippon Indosari Corpindo Tbk | ROTI | Juni 2010 |
18. | PT Unggul Indah Cahaya Tbk | UNIC | November 1989 |
19. | PT Allo Bank Indonesia Tbk | BBHI | Agustus 2015 |
20. | PT Bali Bintang Sejahtera Tbk | BOLA | Juni 2019
|
21. | PT Elang Mahkota Teknologi Tbk | EMTK | Januari 2010 |
22. | PT Bumi Resources Tbk | BUMI | Juli 1990 |
23. | PT Jembo Cable Company Tbk | JECC | November 1992 |
Emiten yang terkoneksi dengan Salim Grup dan lingkarannya di sepanjang tahun 2023. Source: Bisnis Indonesia Resources Center
Potensi investasi di Salim Group
Salim Group merupakan salah satu konglomerat terbesar di Indonesia dan menjadi motor penggerak bagi pasar saham di dalam negeri. Salim Group memiliki gurita bisnis yang kuat mulai dari bisnis consumer goods, perkebunan dan agribisnis, perbankan, tambang, makanan dan minuman, ritel, real estate, hingga teknologi digital. Dengan keberagaman portofolio usaha yang dimilikinya, Salim Group menawarkan berbagai peluang investasi yang menarik di berbagai sektor ekonomi.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa Salim Group memiliki jaringan yang luas dan reputasi yang kuat. Serta daya tahan saham yang kuat terhadap guncangan ekonomi. Itu mengapa berinvestasi di Salim Group dapat menjadi pilihan yang menjanjikan bagi teman-teman investor yang mencari diversifikasi portofolio investasi yang beragam. Serta memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang.
[Baca lagi: DCII Kuasai Pasar, Tapi Malah Tak Ada Transaksi]
Apa yang Membuat Salim Group Menarik bagi Investor?
Salim Group menarik bagi investor karena memiliki sejarah yang panjang dan reputasi yang kuat sebagai salah satu konglomerat terbesar di Indonesia. Keberhasilan dan keberagaman portofolio bisnisnya membuat Salim Group menjadi salah satu pilihan utama bagi investor yang mencari peluang investasi yang stabil dan beragam. Salah satu hal yang membuat Salim Group menarik adalah diversifikasi bisnis dan ekspansi di berbagai sektor ekonomi.
Hal ini membuat Salim Group turut dikenal sebagai jagoan saham defensif, lantaran gurita bisnisnya terdiverifikasi dari hulu sampai hilir. Imbasnya perusahaan di bawah naungan Salim Group ini tergolong kuat ketika ekonomi terguncang dan cenderung lebih mudah dalam memulihkan kinerja.
Salim Group juga memiliki kehadiran yang kuat di pasar dan menjadi pemain utama di banyak industri. Selain itu, Salim Group dikenal memiliki manajemen yang handal dan inovatif, serta kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan pasar yang dinamis.
Keberhasilan Salim Group dalam menghadapi tantangan bisnis dan menghasilkan pertumbuhan yang konsisten juga menjadi alasan mengapa banyak investor tertarik untuk berinvestasi dalam konglomerat ini. Dengan track record yang solid dan potensi pertumbuhan yang terus berkembang, Salim Group menjadi destinasi investasi yang menarik bagi para investor yang mencari stabilitas dan imbal hasil yang menjanjikan.
Apakah Investasi di Salim Group Cocok untuk Investor Pemula?
Mari kita kupas beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
Pertama, pelajari profil risiko diri sendiri
Investasi saham identik dengan fluktuasi harga. Investor pemula perlu mengenali tingkat toleransi risiko mereka sendiri. Grup Salim bergerak di berbagai industri, mulai dari konsumsi hingga telekomunikasi. Setiap industri memiliki risiko tersendiri. Investor yang cenderung konservatif dan tidak bisa menerima fluktuasi harga yang terlalu besar sebaiknya memilih saham dengan karakteristik lebih defensif dan menghasilkan pendapatan pasif seperti dividen.
Kedua, pahami konsep valuasi saham
Memiliki nama besar tidak selalu menjamin sukses di pasar modal. Investor pemula perlu belajar tentang analisa fundamental saham. Pelajari kinerja keuangan perusahaan, prospek industri di masa depan, dan bandingkan harga saham saat ini dengan nilai intrinsiknya. Membeli saham yang sudah terlalu mahal dapat mengurangi potensi keuntungan (capital gain) di masa depan.
Ketiga, diversifikasi adalah kunci
Jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang. Meskipun tertarik dengan Grup Salim, investor pemula tetap disarankan untuk melakukan diversifikasi investasi ke saham di luar grup tersebut. Diversifikasi membantu mengurangi risiko jika terjadi pelemahan ekonomi di sektor industri tertentu. Pilihlah saham dari berbagai sektor yang potensi pertumbuhannya dipandang menjanjikan.
Keempat, belajar dan riset adalah kewajiban
Dunia investasi dinamis dan terus berkembang. Investor pemula perlu secara aktif belajar dan melakukan riset sebelum memutuskan membeli saham tertentu. Pelajari laporan keuangan perusahaan, ikuti berita ekonomi dan pasar modal, dan manfaatkan analisa dari para ahli. Selain itu, konsultasi dengan perencana keuangan profesional dapat membantu investor pemula menyusun strategi investasi yang sesuai dengan profil mereka.
Kesimpulan
Salim Group dapat menjadi salah satu pilihan investasi bagi teman-teman investor pemula. Namun, diperlukan kehati-hatian dan pemahaman yang baik tentang kondisi fundamental masing-masing perusahaan dalam grup tersebut. Mengingat tolok ukur baik dan buruknya perusahaan hanya, ada pada kinerja fundamental perusahaan itu sendiri. Bukan pada grup secara keseluruhan. Jadi jangan hanya terpaku pada popularitas nama besar, tetapi lakukan riset yang cermat, kenali kinerja fundamental perusahaan, dan sesuaikan investasi dengan profil risiko yang dimiliki.***
###
DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!
Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.