Terakhir diperbarui Pada 29 Maret 2024 at 10:55 am
Daftar Isi
Artikel telah ditinjau oleh: Stock Market Analyst RK Team
Pada 26 Februari 2024, Menteri BUMN – Erik Thohir telah mengetok palu harga divestasi Vale Canada Limited kepada PT Mineral Industri Indonesia (Mind ID) dengan harga Rp3.050 per saham. Bagaimana prospek INCO setelah penambahan kepemilikan Mind ID? Apakah sahamnya layak koleksi?
Aksi Investasi MIND ID pada INCO
Pemerintah nampaknya ingin memanfaatkan potensi nikel yang ada di Indonesia, dengan melakukan investasi ke INCO secara bertahap. Sebelumnya pemerintah telah membeli saham INCO dari Vale Canada Ltd dan Sumitomo sebesar 14%. Kemudian pada Juni 2024 akan merealisasikan investasi gelombang kedua di saham INCO sebesar 20%. Sehingga kepemilikan Pemerintah melalui MIND ID akan menjadi 34%.
Chief Executive Officer (CEO) MIND ID – Hendi Prio Santoso menuturkan nilai divestasi saham INCO adalah Rp3.050 per lembar, atau setara US$300 juta. Harga tersebut bisa dikatakan menarik, lantaran ketika harga divestasi diumumkan harga pasar saham INCO masih berada pada level Rp3.830 per lembar sahamnya.
Momen penandatangan divestasi Vale Indonesia pada 26/2/2024. Source: cnbcindonesia.com
Kendati begitu, di lain sisi dapat memberikan efek yang buruk bagi para holder INCO. Hal ini karena nilai pembelian MIND ID di bawah harga pasar. Namun sebaliknya, bagi teman-teman investor yang masih belum memiliki INCO. Maka bisa menjadi opportunity dalam berinvestasi.
Pertanyaannya kini, mengapa INCO mau melakukan divestasi dengan harga yang cukup murah? Hal ini dilatarbelakangi persyaratan dari Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian BUMN untuk memperoleh perpanjangan konsensi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang akan berakhir pada 2025. Sebab itu, Pemerintah mempersyaratkan kepemilikan saham sebesar 34% dari MIND ID atas PT Vale Indonesia Tbk. Sehingga dapat mengontrol pengembangan dan pengelolaan dari PT Vale Indonesia Tbk.
Prospek Bisnis INCO
PT Inco merupakan salah satu perusahaan pertambangan nikel pertama yang ada di Indonesia, sejak tahun 1970. Mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1978. INCO menjadi salah satu perusahaan terlama yang listing di Bursa Efek Indonesia, yakni sejak tahun 1990. Hal ini menandakan bahwa INCO bukan merupakan “pemain” baru dalam industri ini.
Sepak terjang INCO berlanjut pada tahun 2007, ketika perusahaan asal Canada, Vale Canada Ltd mengakuisisi PT Inco. Kemudian merubah nama menjadi PT Vale Indonesia Tbk.
INCO memiliki tambang bijih nikel yang terletak di Sulawesi, berikut ini beberapa tambang INCO yang masih aktif beserta jumlah produksinya:
Peta Konsesi, Cadangan dan Produksi. Souce: Company profile PT Vale Indonesia
Nikel yang dihasilkan oleh INCO adalah nikel matte (olahan dasar biji nikel) yang sudah memiliki standby buyer dari perusahaan Jepang, Sumitomo Group. Nikel matte yang dihasilkan oleh INCO memiliki rata-rata komposisi Nikel (Ni) 78%, Sulfur (S) 20%-21% dan Kobalt (Co) 1%-2%.
Selain di ekspor dengan pembeli yang juga masih afiliasi (Sumitomo dan Vale International). INCO rupanya juga memiliki komitmen untuk menggunakan PLTA yang ada di Sulawesi, untuk pengelolaan biji nikel. Sebagai persyaratan dari pemerintah terhadap izin operasi PT Vale Indonesia. Beberapa PLTA yang saat ini bekerja sama dengan INCO adalah PLTA Karebbe, PLTA Balambano, dan PLTA Larona.
Ilustrasi Nikel Matte. Source: liputan6.com/saham
Dengan tidak banyaknya produk turunan yang dihasilkan oleh INCO, dikarenakan hanya memproduksi nikel matte. Maka bisa dikatakan bahwa potensi bisnis INCO sangat bergantung dari pergerakan harga nikel pada LME dan turunnya cost of revenue per unit.
Hingga saat ini bisnis INCO ini merupakan bisnis trading yang simple, dan belum memiliki bisnis turunan yang dapat meningkatkan nilai tambah dari nikel yang dihasilkan. lantaran 100% hasil nikel matte akan diserap oleh Sumitomo dan Vale International ltd.
Kinerja Fundamental Saham INCO Kuartal IV-2023
Berikutnya kita juga akan melihat INCO dari sisi kinerja keuangannya, kebetulan INCO sudah merilis laporan keuangan Kuartal IV-2023. Nah langsung saja kita review…
Berdasarkan kinerja profitabilitas, INCO berhasil mencatatkan kenaikan kinerja pendapatan menjadi sebesar USD1.23 miliar per kuartal IV-2023, lebih tinggi dari pendapatan sebelumnya USD1.17 miliar di kuartal IV-2022. Dengan rincian sebagai berikut:
Kinerja profitabilitas INCO. Source: Laporan Keuangan INCO Kuartal IV-2023
Pertanyaannya adalah kenapa kenaikan pendapatan INCO tidak terlalu besar, tetapi laba bersih melonjak signifikan (perbandingan dalam Rupiah: Pendapatan INCO bertambah hanya sekitar Rp700 miliar dan Laba bersih nambah signifikan Rp1.1 triliun)?
Jika kita lihat pada rincian 33a, maka kita akan dapatkan kenaikan penjualan kepada VCL sebesar USD985.8 juta di kuartal IV-2023, dari sebelumnya USD953.20 juta pada kuartal IV-2022. Dan juga penjualan kepada SMM sebesar USD246.45 juta di kuartal IV-2023, dari sebelumnya USD226.24 juta pada kuartal IV-2022.
Naiknya penjualan INCO, juga sejalan dengan naiknya volume produksi sepanjang tahun 2023 yang mencapai 70.728 metrik ton nikel dalam matte. Angka tersebut naik sekitar 18% dari produksi di sepanjang tahun 2022 yang sebesar 60.090 metrik ton nikel dalam matte. Turunnya biaya produksi menjadi USD10.089 per ton, dari sebelumnya di tahun 2022 sebesar USD11.444 per ton juga berkontribusi terhadap kinerja INCO.
Tidak hanya itu, INCO juga mencatatkan adanya pos Keuntungan atas pengakuan nilai wajar asset derivatif sebesar USD24.6 juta. Ditambah dengan adanya pos Pendapatan keuangan yang juga bertumbuh besar senilai USD35.7 juta, lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2022 yang sebesar USD10.69 juta.
Alhasil di kuartal IV-2023 INCO mencatatkan lonjakan laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada Pemilik entitas induk sebesar USD269.3 miliar, dibandingkan laba kuartal IV-2022 sebesar USD200.4 miliar.
Ingin menyusun investing plan, tapi memiliki waktu yang terbatas untuk mengolah informasi. Segera manfaatkan Monthly Investing Plan yang telah terbit!
Bagi teman-teman investor yang ingin berlangganan Monthly Investing Plan, bisa menggunakan voucher…
Di MIP kali ini, kami berikan special offer berupa Extra kuota bonus dan Free webinar, khusus pembelian MIP tanggal 1 – 7 Maret 2024…
Proyek Berjalan INCO
Bagaimanakah bisnis INCO ke depan? Dengan model bisnis INCO, maka bisa menjadi cukup menarik, di mana Pemerintah tidak ingin Indonesia hanya menjadi pengekspor bahan mentah atau bahan ¼ jadi. Hal itu tercermin dari langkah Pemerintah melalui MIND ID yang mencoba melakukan pengembangan bisnis INCO ke depan melalui beberapa project yang dimiliki INCO antara lain:
Morowali Rotary Klin – Electric Furnace
Proyek ini adalah proyek smelter nikel yang dimiliki bersama antara PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dengan perusahaan China Tisco & Xinhai. Smelter ini memiliki kapasitas produksi sebesar 73 KTPA dengan mine ownership 100% dari INCO. Project ini diharapkan akan berproduksi secara komersial pada tahun 2026 mendatang.
Pomalaa – High Pressure Acid Leach (HPAL)
Merupakan proyek smelter nikel bersama tiga pihak, antara lain PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dengan Huayou, dan Ford International. HPAL merupakan pengolahan dan pemurnian nikel limonit dengan melarutkannya ke dalam wadah bertekanan atau suhu tinggi (autoclave). Selanjutnya dilakukan proses ekstraksi, dari larutan konsentrat untuk mendapat mineral yang lebih murni, yaitu nikel dan kobalt. Nantinya nikel dan kobalt ini akan berfungsi untuk mensupply bahan nikel untuk baterai mobil Listrik.
Proyek INCO lainnya ialah Proyek Sorowako.
Di mana INCO sudah mencapai kesepakatan kerja sama definitive dengan Huayou untuk membangun HPAL di Luwu Timur.
Dengan adanya pengembangan smelter nikel ke depan, tentu secara tidak langsung akan menyebabkan bisnis INCO semakin menarik. Lantaran dapat menghasilkan nilai tambah dari nikel yang dihasilkan.
[Baca lagi: Bagaimana Prospek Kinerja INCO. Seiring Masuknya Era Mobil Listrik ke Indonesia]
Pergerakan Harga Saham INCO
Berikut ini pergerakan harga saham INCO selama satu tahun terakhir:
Harga saham INCO dalam satu terakhir. Source: Investing.com
Terlihat dalam satu tahun terakhir harga saham INCO terus turun dari level tertingginya di Rp7650 per lembar saham, hingga menyentuh level rendah di Rp3.680 per lembar saham. Anjloknya harga saham INCO, terutama terjadi pada saat pengumuman harga investasi MIND ID.
Tidak lama dari itu, kemudian harga saham INCO naik ke Rp3.980. Meski turun, bisa dikatakan akan cukup sulit bagi INCO menembus harga investasi MIND ID di Rp3.050 per lembar saham.
Kesimpulan
Secara overall kinerja INCO di sepanjang 2023 memang positif, di mana perusahaan berhasil mencapai target berbagai inisiatif yang telah digawangi. Guna mendorong peningkatan produktivitas di seluruh lini operasional. Salah satu contohnya adalah menekan biaya energi agar lebih rendah lagi.
Sementara dari sisi valuasi. saham INCO ini diperdagangkan pada level PBV 1x dan PER 9.35x.
Dengan adanya akuisisi MIND ID, tentunya INCO memiliki keuntungan seperti halnya: Lebih mudah mendapatkan hubungan kolaborasi bisnis dengan pihak Pemerintah; Lebih variative dan berani dalam mengembangkan produk yang dihasilkan, jadi ke depan INCO tidak hanya memproduksi nikel matte yang harganya sangat tergantung oleh pasar Nikel.
Nah, kira-kira bagaimana dengan pandanganmu pasca harga divestasi INCO diketok?***
###
DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!
Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.