Daftar Isi
Artikel telah ditinjau oleh: Stock Market Analyst RK Team
Insentif pemerintah berupa penghapusan PPN rumah baru di bawah Rp2 miliar memberi angin segar bagi sektor property. Namun sayangnya tidak semua emiten properti di BEI bisa mendapatkan berkah dari insentif tersebut. Salah satu emiten yang mendapatkan berkah adalah PT Perdana Gapuraprima Tbk (GPRA), karena GPRA fokus proyek rumah murah. Apakah ini potensi bagi GPRA?
Kiprah GPRA dalam Sektor Properti
GPRA bukanlah pemain baru dalam bisnis sektor properti. Tercatat perusahaan ini telah didirikan sejak tahun 1987 dengan nama PT Perdana Gapura Mas. Kemudian melantai di bursa pada tahun 2007. GPRA juga sempat ikut merasakan booming property yang terjadi pada tahun 2010 sampai 2014.
GPRA memiliki bisnis properti yang beragam. Di mana perusahaan ini tidak hanya mengandalkan penjualan lahan dan rumah tapak. Namun GPRA juga memiliki bisnis yang bersifat pendapatan berulang (recurring income). Sebut saja di antaranya seperti: penyewaan tenant untuk kantor dan pusat perbelanjaan, serta pengelolaan apartement.
Ikuti Stockademy by RK Team : Mastering The Sectoral Cycle di sini !
GPRA Fokus Proyek Rumah Murah melalui Pengembangan Proyek Landed House
Berikut ini adalah daftar proyek dan rencana pengembangan dari GPRA…
Proyek yang ditangani GPRA. Source: Public Expose GPRA tahun 2023
Jika dilihat dari daftar proyek yang dikembangkan, nampak ada perubahan yang awalnya proyek bersifat pendapatan berulang dari sewa tenant. Dan juga penjualan apartemen menjadi landed house alias rumah tapak.
Jadi, GPRA fokus proyek rumah murah melalui pengembangan landed house, sebagai perumahan yang menawarkan harga terjangkau bagi segmen menengah (Non Subsidi). Di mana pengembangan landed house tersebut, rata-rata dilakukan pada luas tanah sekitar 90m² – 120m². Dengan bangunan satu sampai dua lantai, yang luas bangunannya sekitar 30m² – 70m². Ukuran itu termasuk pada perumahan dengan tipe kecil.
Beberapa di antaranya seperti Bukit Cimangu City Bogor, Metro di Cilegon, Spring Garden Residence di Bekasi, Gardenville Pamoyanan di Bogor, Taman Rajeg di Serpong, Baileys City di Ciputat. Termasuk juga Casa de Botanica di Bogor, Perumahan Savana, dan Greenland.
Dengan GPRA fokus proyek rumah murah, melalui perumahan landed house yang ditawarkan dengan harga di bawah Rp2 miliar. Tentunya hal itu akan baik bagi GPRA, seiring dengan adanya PPN rumah di bawah Rp2 miliar dari Pemerintah.
GPRA sendiri lebih menargetkan penjualan pada pasar keluarga baru yang memiliki mobilitas tinggi. Tidak hanya itu, beberapa proyek landed house yang dikembangkan memiliki lokasi strategis. Seperti dekat dengan jalan tol maupun transportasi umum.
Nah, di bawah ini beberapa iklan dari landed house GPRA:
Iklan penjualan perumahan GPRA. Source: gapuraprima.com
Dari promosi yang dilakukan GPRA, terlihat betul bahwa perumahan yang dimiliki GPRA juga ada yang memiliki harga relatif terjangkau, khususnya bagi keluarga baru. Di mana segmen tersebut adalah ceruk pasar GPRA yang sangat potensial.
Tidak hanya itu, dengan GPRA fokus proyek rumah murah. Maka GPRA juga memberlakukan adanya skema pembayaran uang di muka (down payment/DP) yang nilainya terbilang ringan. Bahkan untuk meringankan buyer mencicil angsuran, GPRA menawarkan bunga KPR dan KPA yang sangat terjangkau. Program tersebut sangat beralasan, karena sekitar 90% buyer GPRA lebih banyak memakai skema KPR.
Didukung dengan unit yang sudah ready stock pada pemukiman yang nyaman. Baik itu untuk dibeli atau mungkin disewakan kembali.
Hal yang dilakukan GPRA, tentu berbeda dengan emiten lain seperti PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON). Yang memiliki target pasar kelas menengah ke atas, dengan harga rumah yang ditawarkan di atas Rp2 miliar. Tentu sangat fantastis nilainya!
Kesimpulan
Berikut ini perbandingan rasio probabilitas dan DER, dari beberapa emiten di sektor property. Dengan segmentasi bisnis landed house:
*Source: RTI Business Kuartal III-2023
Dari data di atas terlihat, bahwa hal yang sama juga terjadi pada rasio profitabilitas: ROA dan ROE di mana GPRA memiliki rasio yang lebih baik. Jika dibandingkan CTRA, BSDE, dan ASRI. GPRA hanya kalah tipis pada bagian dividen. Karena dividend yield GPRA masih kalah dari CTRA.
Sedangkan dari sisi DER, saham GPRA juga memiliki DER yang lebih rendah jika dibandingkan BSDE, CTRA dan ASRI. Dari sini dapat dilihat bahwa GRPA memiliki ROA dan ROE yang cukup tinggi, dan DER yang rendah.
Hal tersebut juga akan didukung oleh adanya insentif PPN rumah murah di bawah Rp2 miliar dari Pemerintah. Mengingat GPRA fokus proyek rumah murah, yang memang harga rumahnya di bawah Rp2 miliar. Tentu akan sangat menguntungkan GPRA dari sisi penjualan landed house. Sebab adanya insentif itu akan lebih menarik perhatian buyer untuk membeli dan mendapat guyuran insentif penghapusan PPN tadi. Dengan begitu, akan membantu melariskan penjualan rumah GPRA.
Arvin F. Iskandar – Selaku Direktur Utama GPRA mengungkapkan optimismenya terhadap penjualan perumahan landed house. Di mana harga perumahan GPRA yang sangat laris memang ada di kisaran harga Rp500 jutaan, Rp800 jutaan hingga Rp1.3 miliar per unitnya.
Source: Daily Investor, Sektor Properti
Nah jadi, bagaimana dengan pendapat teman-teman investor sendiri? Memandang prospek bisnis GPRA, baik itu untuk full year 2023 dan di 2024 ke depan?***
###
DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!