Terakhir diperbarui Pada 6 Agustus 2024 at 4:03 pm
Debt to Asset ratio dalam investasi saham adalah salah satu komponen yang diperlukan saat menghitung nilai sebuah perusahaan. Tapi seperti apa pengertian detail dan formula menghitungnya? Karena tidak semua investor paham, maka artikel ini dibuat untuk teman-teman investor lebih paham…
Source: i.pinimg.com
Daftar Isi
Pengertian Debt to Asset Ratio (DAR)
Debt to Asset Ratio (DAR) atau Rasio Utang terhadap Aktiva merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu perusahaan membiayai asetnya menggunakan utang.
Debt to Asset Ratio dalam investasi saham dihitung dengan cara membagi total dari utang perusahaan dengan total aset. Nilai DAR yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan lebih banyak menggunakan utang untuk membiayai asetnya,
Sebaliknya nilai DAR yang rendah, mengindikasikan bahwa perusahaan lebih banyak menggunakan modal sendiri untuk membiayai aset.
Rasio DAR yang terlalu tinggi dapat meningkatkan risiko keuangan perusahaan, karena perusahaan akan lebih terbebani oleh kewajiban pembayaran utang. Di sisi lain, rasio DAR terlalu rendah dapat mengindikasikan bahwa perusahaan melewatkan kesempatan untuk memanfaatkan pendanaan eksternal untuk pertumbuhan.
Oleh karena itu, nilai DAR yang optimal harus disesuaikan dengan karakteristik industri dan kondisi keuangan perusahaan. Agar kinerja keuangan perusahaan tidak terganggu dan operasional berjalan lancar.
Fungsi Debt to Asset Ratio
Berikut adalah beberapa fungsi Debt to Asset Ratio dalam investasi saham:
Mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajibannya
Nilai DAR yang rendah mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki lebih banyak modal sendiri untuk membiayai asset. Sehingga menunjukkan perusahaan mampu untuk melunasi kewajibannya.
Sebaliknya, nilai DAR yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan lebih banyak menggunakan utang untuk membiayai asset. Kondisi ini tentu sangat berisiko bagi perusahaan, karena bukan tidak mungkin [erusahaan sulit untuk melunasi kewajibannya.
Menilai risiko keuangan perusahaan
Nilai DAR yang tinggi dapat meningkatkan risiko keuangan perusahaan, karena perusahaan akan lebih terbebani oleh kewajiban pembayaran utang.
Oleh karena itu, kreditor dan investor sering menggunakan DAR untuk menilai besarnya risiko keuangan perusahaan, sebelum memberikan pinjaman atau melakukan investasi.
Membandingkan kinerja keuangan antar perusahaan yang berbeda dalam satu industri yang sama
DAR digunakan untuk membandingkan kinerja keuangan perusahaan dengan perusahaan lain pada industri yang sama. Nilai DAR yang lebih rendah dari rata-rata industri, mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki lebih sedikit utang dan lebih banyak modal sendiri. Situasi demikian dinilai lebih sehat secara finansial bagi perusahaan.
Memantau perubahan dalam struktur pendanaan perusahaan
Rasio DAR ini juga dapat digunakan untuk memantau perubahan dalam struktur pendanaan perusahaan dari waktu ke waktu.
Tren peningkatan DAR mengindikasikan bahwa perusahaan semakin mengandalkan utang untuk membiayai asset. Sedangkan tren penurunan DAR mengindikasikan perusahaan semakin mengandalkan modal sendiri.
Menilai efektivitas strategi pendanaan perusahaan
Hal ini terjadi jika perusahaan ingin meningkatkan pertumbuhan dengan menggunakan utang. Di sini DAR dapat digunakan untuk memantau dampak dari strategi yang dijalankan, terhadap kesehatan keuangan perusahaan.
[Baca lagi: Strategi Jitu Cara Analisis Fundamental Saham, Cocok untuk Pemula!]
Formula dan Cara Menghitung Debt to Asset Ratio
Rumus untuk menghitung Debt to Asset Ratio (DAR) atau Rasio Utang terhadap Aktiva adalah:
DAR = Total Utang / Total Aset
Cara Menghitung DAR:
- Dapatkan total utang perusahaan. Total utang perusahaan dapat ditemukan di neraca perusahaan yang terdiri dari utang jangka pendek dan jangka panjang.
- Dapatkan total aset perusahaan. Total aset perusahaan juga dapat ditemukan di neraca perusahaan. Total aset mencakup semua harta yang dimiliki oleh perusahaan.
- Bagikan total utang dengan total aset. Hasilnya adalah nilai DAR perusahaan.
Contoh:
Misalkan total utang perusahaan ABC adalah Rp100 juta dan total aset perusahaan ABC adalah Rp200 juta. Maka, DAR perusahaan ABC adalah:
DAR = 100 juta / 200 juta = 0,5 atau 50%
Nilai DAR yang dianggap wajar berkisar antara 30% hingga 50%. Namun, nilai ini dapat bervariasi tergantung pada industri dan kondisi keuangan perusahaan.
Ada lebih dari 800 emiten yang terdaftar di BEI. Maka untuk mempermudah pemantauan kinerja laporan keuangan dan rasio-rasionya, bisa memanfaatkan Cheat Sheet Kuartal III-2023.
Interpretasi Debt to Asset Ratio
Interpretasi Debt to Asset Ratio (DAR) atau Rasio Utang terhadap Aktiva tergantung pada nilainya. DAR dengan nilai rendah mengindikasikan perusahaan lebih banyak menggunakan modal sendiri untuk membiayai aset, sehingga dianggap lebih sehat secara finansial dan memiliki risiko keuangan yang lebih rendah.
Sebaliknya, DAR dengan nilai tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan lebih banyak menggunakan utang untuk membiayai aset, di mana ini sangat berisiko bagi perusahaan secara finansial. Bahkan perusahaan berpotensi mengalami kesulitan dalam melunasi kewajibannya.
Seperti dijelaskan pada poin sebelumnya bahwa nilai DAR dianggap wajar berkisar antara 30% hingga 50%. Namun, nilai ini dapat bervariasi tergantung pada industri dan kondisi keuangan perusahaan.
Misalnya, perusahaan di industri yang membutuhkan banyak modal, seperti industri manufaktur yang cenderung memiliki nilai DAR lebih tinggi. Jika dibandingkan dengan perusahaan di industri yang tidak membutuhkan banyak modal, seperti industri jasa.
Kelebihan dan Kekurangan Debt to Asset Ratio
Berikut adalah kelebihan dan kekurangan Debt to Asset Ratio (DAR):
Kelebihan DAR:
- Mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajibannya.
- Menilai risiko keuangan perusahaan.
- Untuk perbandingan kinerja keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya di industri yang sama.
- Memantau perubahan dalam struktur pendanaan perusahaan.
- Menilai efektivitas strategi pendanaan perusahaan.
Kekurangan DAR:
- Tidak memperhitungkan risiko spesifik perusahaan, seperti risiko industri, risiko pasar, dan risiko manajemen.
- Tidak memperhitungkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas untuk membayar utangnya.
- Tidak memperhitungkan faktor-faktor makroekonomi yang dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajibannya.
Batasan Debt to Asset Ratio
Batasan Debt to Asset Ratio dalam investasi saham dapat berbeda-beda. Hal ini akan tergantung pada industri dan kondisi keuangan perusahaan. Namun, secara umum, nilai DAR yang dianggap wajar berkisar antara 30% hingga 50%.
Nilai DAR yang rendah dari 30%, mengindikasikan bahwa perusahaan kurang memanfaatkan pendanaan eksternal untuk pertumbuhan. Sedangkan nilai DAR yang tinggi lebih dari 50% mengindikasikan bahwa perusahaan terlalu banyak mengandalkan utang untuk membiayai aset, sehingga meningkatkan risiko keuangan.
[Baca lagi: Fundamental Perusahaan Tidak Sehat, Kenali 5 Tandanya Berikut Ini…]
Bagaimana Investor Menggunakan Debt to Asset Ratio?
Investor menggunakan Debt to Asset Ratio (DAR) untuk menilai risiko keuangan perusahaan dan membuat keputusan investasi yang tepat. DAR mengindikasikan sejauh mana perusahaan membiayai asset yang dimiliki dengan menggunakan utang.
Misalnya, seorang investor mungkin bersedia menerima tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari perusahaan, dengan DAR yang juga tinggi. Sehingga menimbang potensi keuntungan yang lebih besar.
Namun, bersaaman dengan itu perlu diketahui juga bahwa ada risiko yang lebih tinggi dari perusahaan dengan nilai DAR yang tinggi. Sehingga penting untuk kita memastikan bahwa perusahaan dapat menanggung risiko tersebut.
[Lihat lagi: Bedah Saham PANI, How High Can You Go?]
Kesimpulan
Secara keseluruhan, Debt to Asset Ratio dalam investasi saham adalah alat yang penting bagi investor untuk menilai kesehatan keuangan perusahaan dan membuat keputusan investasi yang terinformasi dengan baik.
DAR hanyalah salah satu indikator untuk menilai kesehatan keuangan perusahaan. Nilai DAR yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan lebih banyak mengandalkan utang dalam membiayai asset. Tentu sangat berisiko secara finansial bagi perusahaan.
Bukan tidak mungkin perusahaan akan kesulitan dalam membayar utang-utang yang dimiliki. Atau mungkin pendapatan yang terus menurun dan mengancam kinerjanya, sehingga mendorong perusahaan pada jurang collaps.
Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor lain, seperti kinerja keuangan, tren industri, dan kondisi ekonomi makro, serta berbagai sentimennya. Hal ini dapat membantu teman-teman investor dalam menilai kelayakan saham perusahaan tersebut untuk investasi. Sekaligus untuk memperhitungkan ekspektasi pengembalian modal sesuai dengan tingkat risiko perusahaan.
Nah dari pembahasan ini, semoga teman-teman investor semuanya jadi lebih piawai dalam mengambil keputusan investasi.***
###