Terakhir diperbarui Pada 17 Desember 2023 at 1:38 pm
Seringkali ketika kita membaca teknikal chart ada keterangan buy on weakness atau dikenal dengan sebutan bow. Sebenarnya apakah itu buy on weakness? Bagaimana juga menentukan titik BOW dalam analisa teknikal saham?
Daftar Isi
Pengertian Buy on Weakness (BOW)
Buy on Weakness adalah strategi pembelian saham, ketika secara teknikal harga saham sudah dianggap pada titik terendah. Cara ini banyak digunakan oleh chartist untuk membeli saham dengan risiko rendah, karena harga sudah dianggap murah.
Strategi Buy on Weakness (BOW)
BOW merupakan strategi yang bisa dibilang tidak mudah. Karena BOW mengharuskan kita harus jeli menetapkan titik support, ketika saham turun dibawah titik support. Maka kita dapat berisap-siap membeli saham pada titik BOW.
Beberapa teknikal ada yang menggunakan BOW sebagai titik pembelian. Namun banyak juga yang lebih memilih Buy on Breakout (BOB).
Nah, kebalikan dari BOW ini adalah membeli saham ketika harga sudah ada pada titik breakout tertentu.
Dapatkan seluruh layanan dari RK Team secara lengkap dan harga spesial hanya untuk member RK. Yuk gabung sekarang juga menjadi Platinum Member !
Alasan dan Tujuan Menggunakan Strategi Buy on Weakness (BOW)
Beberapa alasan dan tujuan chartist menggunakan titik BOW antara lain:
- Risiko yang rendah karena saham sudah turun pada titik yang dianggap terendah.
- Dalam saham yang rajin membagikan dividen, pembelian saat BOW membuat peluang mendapatkan dividend yield yang tinggi.
- Peluang mendapatkan keuntungan yang cukup besar, karena strategi BOW prinsipnya adalah tidak “mengejar kereta”.
Pelaksanaan Strategi dan Pemantauan Posisi
Dalam memahami buy on weakness ada bermacam cara, berikut adalah beberapa langkah penerapan strategi BOW yang dapat diterapkan dalam investasi saham:
Pahami Titik Support
Titik support adalah titik di mana harga saham sudah menyentuh level terendah, pada periode tertentu. Mengapa titik support penting kita ketahui? Karena dalam strategi BOW kita harus dapat menentukan beberapa titik support sebelum memutuskan untuk masuk, semakin besar titik support maka semakin menarik sahamnya.
Pahami Time Frame
Dalam melakukan analisa teknikal diperlukan time frame pergerakan harga saham. Di sini kita harus dapat memutuskan apakah kita akan memantau time frame secara harian, mingguan, bulanan atau bahkan time frame yang lebih sempit yakni menit.
Ingat berbeda time frame, maka kita akan menemukan titik support yang berbeda. Contohnya ketika menggunakan time frame 1 bulan, dengan candle stick harian dan time frame 6 bulan dengan candle stick harian. Maka akan dapat ditarik garis support yang berbeda.
Gunakan Analisa Moving Average
Moving average adalah rata-rata pergerakan saham selama beberapa periode kebelakang. Dalam chart Moving average kita dapat memperoleh bermacam MA, mulai dari MA 1 hingga 360.
Namun juga ada beberapa MA yang sering dipakai seperti MA 5 – pergerakan rata-rata saham dalam 5 periode candlestick sebelumnya. Atau juga MA 20 – pergerakan rata-rata saham dalam 20 periode candlestick sebelumnya. Dan MA 200 – pergerakan rata-rata saham dalam 200 periode candlestick sebelumnya.
Umumnya para analis teknikal menggunakan MA 200 sebagai patokan, bahwa saham sudah mendekati BOW, ketika candle stick menyentuk MA 200.
Gunakan Multiple Time-Frame
Setelah memahami analisa time frame seperti yang disebutkan pada no 2. Maka ada baiknya menggunakan multiple time frame, untuk menentukan BOW. Di sini kita bisa membuat 4 chart dengan masing masing periode harian, mingguan, bulanan dan tiga bulanan.
Namun juga dapat menyesuaikannya dengan preferensi dan disesuaikan dengan target investasi yang ingin dicapai.
[Baca lagi: Belajar Indikator Teknikal Saham untuk Pemula]
Penetapan Titik Masuk dan Kriteria Pembelian
Setelah itu langkah selanjutnya adalah penetapan titik masuk. Berikut tips-tips untuk menentukan titik masuk:
- Temukan titik support dan resisten pada time frame yang dipilih untuk investasi.
- Analisa harga terendah menggunakan multiple timeframe.
- Gunakan bantuan moving average, semakin harga dibawah moving average besar maka semakin baik. Moving average besar contohnya MA 20, MA 50, MA 100, MA 200.
- Cek volume transaksi, volume bisa menandakan banyaknya orang yang membeli saham tersebut.
- Putuskan untuk masuk saat yang tepat, jika sudah menemukan titik BOW.
- Berikut ini contoh penerapan keempat strategi diatas untuk menentukan BOW:
Chart saham GGRM . Source: Refinitiv Workspace
Pada contoh diatas terlihat saham GGRM dibagi menjadi 4 time frame. Jika kita lihat dari time frame yang besar monthly, weekly maupun daily, Maka saham GGRM masih bearish dengan titik support Rp 16.153 (monthly), 16.558 (weekly) dan 23.950 (daily)
Dan jika dilihat dari time frame pendek justru sudah diatas MA 200 atau bullish. Maka kita dapat mengambil posisi pada titik-titik support. Di mana saham tersebut ada di titik rendah dari tiap timeframe. Jadi kita dapat mengambilnya bertahap, jika tidak yakin akan breakout support.
Manajemen Risiko dalam Menggunakan Strategi Buy on Weakness
Walaupun banyak kelebihannya, strategi BOW bukan tanpa risiko. Berikut ini beberapa risiko dari strategi BOW:
- Kita tidak akan bisa menebak support selanjutnya jika secara historical belum pernah terjadi.
- Memungkinkan adanya BOW break beberapa titik support yang berbahaya. Jika ini terjadi maka kita harus berani untuk cut loss.
[Baca lagi: Strategi Buy and Hold dalam Investasi Saham]
Contoh Kasus Studi Buy on Weakness
Contoh risiko dari BOW terjadi pada saham GOTO. Di mana sejak listing di bursa, saham ini terus mengalami pelemahan dari harga IPO di Rp 338 per lembar. Bahkan hingga saat ini per akhir Oktober 2023, harga saham GOTO menyentuh level terendah di Rp 56 per lembar.
Saham GOTO ini merupakan salah satu contoh saham yang berisiko untuk diterapkan strategi BOW, mengapa? Karena memang GOTO sudah memiliki valuasi yang terlalu mahal saat listing. Sehingga setelah listing saham, GOTO tidak menjadi popular. Bahkan bisa dibilang banyak ditinggalkan oleh beberapa investment fund global.
Kesimpulan
Buy on Weakness adalah strategi pembelian saham, ketika secara teknikal harga saham sudah dianggap pada titik terendah. Cara ini banyak digunakan oleh chartist untuk membeli saham dengan risiko rendah, karena harga sudah dianggap murah.
Dalam menggunakan strategi buy on weakness, sebaiknya kita dapat mengkombinasikan kondisi teknikal dan fundamental. Seperti halnya, bagaimana kondisi laporan keuangan dan menganalisa rasio-rasio perusahaan.
Ingat juga bahwa banyak trader yang jatuh, karena hanya menggunakan teknikal analysis.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam pembelian saham secara BOW ialah dibutuhkan tim untuk melakukan mark to market. Hal ini berguna untuk investor, karena dapat membantu melihat harga saham pada saat market closed dan disertai dengan analisa-analisa.***
###
Disclaimer !
Segala tulisan di luar konteks tentang Value Investing pada web/blog/situs ini tidak dimaksudkan sebagai suatu rekomendasi metode/cara/langkah/strategi investasi yang dianjurkan. Melainkan hanya berupa informasi mengenai ilmu dalam pasar saham. Penulis web/blog/situs ini tidak bertanggung jawab apabila ada kerugian yang terjadi, baik secara langsung maupun tidak langsung yang timbul atas tindakan pembaca.