Terakhir diperbarui Pada 1 September 2023 at 12:25 am
Pengetahuan membangun portfolio investasi saham yang seimbang, sejatinya memang sangat dibutuhkan setiap investor. Tentu ada alasan mengapa hal ini dibutuhkan, sebagai cara untuk mengembangkan investasi dan sekaligus sebagai proteksi keamanan dana investasi. Nah bagaimana strateginya? Langsung saja kita bahas di sini…
Daftar Isi
Apa itu Portfolio Investasi Saham yang Seimbang?
Apa itu balanced investment strategy dalam saham? Istilah ini dikenal dengan strategi menyeimbangkan komposisi dari portfolio saham yang dimiliki, dengan cara meminimalisir risiko dan memaksimalkan tingkat pengembalian.
Strategi ini digunakan oleh Warren Buffet dan Charlie Munger saat membangun Berkshire Hathaway hingga menjadi perusahaan yang besar saat ini. Gaya berinvestasi mereka cukup terdiversifikas,i namun tidak terlalu terdiversifikasi. Hal ini bisa dilihat, ketika Warren Buffet membeli saham Apple yang memiliki MOAT tinggi dalam sektor telekomunikasi dan saham Coca-Cola yang juga memiliki MOAT tinggi dalam sektor consumer goods. Maka dengan menerapkan strategi balanced investment, Warren Buffet dapat memperloleh keuntungan yang besar selama berinvestasi saham.
Nah, dalam artikel ini kita akan belajar bagaimana menjalankan balanced investment strategy dalam saham, sehingga kita dapat meminimalisir risiko dan memperoleh keuntungan yang maksimal.
Saham memiliki beberapa karakter, ada saham yang memang tidak likuid. Tetapi ada juga saham yang sangat likuid dengan kapitalisasi pasar yang juga sangat besar. Oleh sebab itu, sebelum kita mempelajari balanced investment strategy, maka sebaiknya kita harus paham jenis-jenis karakteristik saham:
Saham Agresif
Saham ini biasanya sangat disukai oleh para trader jangka pendek atau scalper. Saham agresif bisa bergerak sangat volatile dan memiliki risiko yang sangat tinggi. Umumnya saham agresif bukanlah big caps.
Saham Defensif
Saham dengan karakter defensif adalah saham yang memiliki harga relatif stabil dari tahun ke tahun. Bahkan ketika terjadi kejadian luar biasa seperti Covid-19, saham defensif menjadi saham yang pergerakannya tidak se-volatile saham lain. Umumnya emiten yang termasuk dalam kategori ini adalah emiten dari sektor yang produknya kita pakai sehari-hari, seperti consumer goods ataupun perbankan.
Saham Income
Saham dengan kategori ini adalah saham yang rajin membagikan dividen kepada para pemegang saham. BEI sendiri juga telah mengelompokkan saham-saham ini dengan kategori IDX High Dividend 20 atau 20 saham dengan dividend tertinggi, yang rutin diperbaharui setiap enam bulan sekali.
Saham Spekulasi
Saham dengan kategori ini biasanya tidak mencerminkan kondisi keuangan atau fundamental yang baik, namun volume perdagangannya cukup tinggi dan harganya sangat fluktuatif.
Pentingnya Memiliki Portfolio Saham yang Seimbang
Setelah kita mengetahui jenis dan karakteristik dari saham, maka kita dapat memilih saham mana yang cocok dengan karakter investasi kita. Pertanyannya sekarang, lalu apa pentingnya memiliki portfolio saham yang seimbang?
- Kondisi makro ekonomi atau kondisi global yang tidak dapat kita prediksi. Berbeda dengan kita melakukan analisa teknikal maupun fundamental, kondisi global dan makro ekonomi sangatlah sulit diprediksi dan biasanya kedua kondisi tersebut yang membuat bursa saham bergejolak. Contohnya ketika krisis 2008 dan pandemi Covid-19 tahun 2020-2021.
- Dapat meminimalisir risiko yang dihadapi. Setiap perusahaan di BEI memiliki karakteristik yang berbeda dan imbas terhadap kondisi ekonomi yang berbeda pula. Contohnya ketika pandemi saham-saham yang berkaitan dengan kesehatan melambung tinggi, seperti saham PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan saham-saham rumah sakit, lalu bagaimana kondisinya sekarang? Beberapa bahkan jalan ditempat dan cenderung mengalami pergerakan bearish. Begitu pula dengan saham-saham batu bara pada tahun 2022 yang memiliki performance moncer sebelum turun kembali di 2023.
Dengan adanya dua kondisi tersebut di atas, maka kita perlu memiliki komposisi investasi saham yang seimbang dan tidak terfokus pada salah satu saham maupun salah satu sektor.
Langkah Membangun Portfolio Investasi Saham yang Seimbang
Berikut ini adalah langkah membangun portfolio saham yang seimbang:
Tentukan jangka waktu dalam berinvestasi saham
Jangka waktu berinvestasi merupakan hal dasar dalam menentukan tujuan investasi, karena setiap orang memiliki jangka waktu investasi yang berbeda-beda dan tidak bisa disamaratakan. Jadi kita sebagai investor, harus dapat menentukan jangka waktu berinvestasi saham pada langkah awal.
Jika kamu seorang trader, maka dapat memilih jangka waktu pendek dan menengah. Lain halnya jika kamu seorang investor, maka kamu dapat memilih jangka waktu menengah hingga panjang.
Menyesuaikan modal yang dimiliki, dengan profile investasi sebagai investor
Modal dan profil investasi adalah hal yang penting dalam menentukan portfolio investasi. Pertama, kita harus memahami profile investasi diri kita sendiri seperti apa, apakah seorang risk-taker atau risk-avoider? Apakah sanggup, jika mengalami kerugian besar dari saham atau tidak? Nah hal ini yang harus kita tanyakan kepada diri sendiri.
Kedua, kita harus menyesuaikan profil investasi dengan modal investasi yang dimiliki. Jangan sampai langsung all-in dalam memulai investasi.
Oke, mungkin kamu seorang risk taker, tetapi jika kamu mencoba berinvestasi dengan seluruh modal yang dimililki pada pembelian saham pertama. Maka, akan terjadi dua kemungkinan: Pertama bisa berpotensi mendapatkan keuntungan investasi yang besar, jika pergerakan sesuai dengan prediksi. Dan kedua, akan mendapatkan loss yang sangat besar, jika pergerakan tidak sesuai dengan prediksi.
Pilih saham terbaik pada sektor yang disukai
Dalam berinvestasi saham, sebaiknya memiliki jagoan saham pada tiap sector. Namun jangan terlalu banyak, cukup ambil 1-2 perusahaan saja dalam tiap sektor. Mengapa? Karena jika terlalu banyak mengambil saham perusahaan dalam satu sector, bisa saja ketika sektor tersebut bermasalah, maka portfolio investasi kita bisa hancur.
Jadi bagaimana caranya? Contoh ya, jika kita telah memahami dan suka terhadap sektor perbankan, maka baiknya jangan ambil semua saham perbankan pada portfolio investasi, cukup ambil 1 atau 2 perusahaan terbaik dalam sektor tersebut.
Jangan FOMO dan Hindari Berinvestasi di Tempat yang Tidak Kita Paham
Terakhir dan yang paling penting jangan FOMO ya, banyak investor yang mengharapkan return investasi besar dan cepat. Kemudian FOMO dengan membeli saham-saham yang sedang hype, karena takut ketinggalan “kereta” tanpa paham saham apa yang telah dibeli.
Hal seperti itu, sebaiknya jangan kita lakukan karena akan membuat portfolio tidak seimbang. Contohnya, jika kita paham sektor perbankan dan menguasainya, namun dalam waktu yang sama sedang hype sektor telekomunikasi, maka sebaiknya kita harus mempelajari sector telekomunikasi tersebut.
Hati-hati, kebanyakan dari kita membeli saham karena FOMO, langsung beli sahamnya baru kemudian kita pelajari apa sebenarnya produknya dan sektornya. Ingat! Never lose your money!
Strategi Menyusun Portfolio Investasi Saham yang Seimbang
Setelah memahami langkahnya, lantas bagaimana strategi untuk menyusun portfolio investasi saham yang seimbang?
Jawabannya, hanya ada 1 cara yakni kita memang harus memiliki saham dengan tiga kategori ini ada pada portfolio saham kita:
“30% income stock, 30% Growth stock, 30% value stock dan 10% cash”
Oh iya untuk prosentase nya, dapat kita sesuaikan dengan profil investasi kita ya. Jadi tidak harus 30+30+30+10.
Lho, kenapa harus dengan skema 30+30+30+10? Berikut penjelasan dari 3 jenis investing tersebut.
Income Stock
Income Stock adalah saham dari perusahaan yang sehat dan rajin membagikan dividen secara rutin. Jika ingin mendapatkan, pendapatan tetap dari saham yang dimiliki, maka sebaiknya perbanyaklah portfolio saham pada saham jenis ini.
Berikut ini ciri-ciri saham income stock:
- Pertumbuhan selalu tumbuh dari tahun ke tahun, sehingga dividen yang akan dibagikan juga akan selalu bertumbuh.
- Memiliki dividend yield di atas rata-rata atau setara dengan bunga deposito.
Growth Stock
Growth Stock adalah saham yang selalu bertumbuh setiap tahunnya dengan pertumbuhan yang cukup signifikan. Biasanya perusahaan dengan kategori ini merupakan market leader dalam sektornya dan tidak memiliki valuasi yang murah.
Berikut ini ciri-ciri saham growth stock:
- Memiliki Earning per share (EPS) yang terus tumbuh, setidaknya dalam 5 tahun terakhir.
- Memiliki Return on Equity (ROE) rata-rata sebesar 15%-20% pertahun dalam 5 tahun terakhir.
- Memiliki Gross Profit Margin (GPM) yang wajar dan tidak dibawah 10%.
Value Stock
Value Stock adalah saham-saham yang memiliki harga dibawah harga wajar dan dianggap murah. Namun perlu diperhatikan sangat jarang harga murah dan bagus ya!
Maka beberapa perusahaan dengan value investing ini, merupakan perusahaan dengan kondisi turnaround dan dapat berbalik arah jika pertumbuhan nya tidak sesuai.
Berikut ini ciri-ciri dari value stock:
- Memiliki Debt to Equity ratio (DER) dibawah 100%.
- Memiliki Price to Book Value (PBV) dibawah 1x, namun perlu diperhatikan benchmark PBV dari industri sejenis.
- Memiliki Price to Earning Ratio (PER) dibawah 9x, namun perlu diperhatikan benchmark PER dari industri
- Biasanya tidak likuid.
Kesimpulan
Dari strategi membangun dan menyusun portfolio investasi saham yang seimbang di atas, kini kita tahu bahwa sebenarnya hal tersebut bukan hal yang sulit untuk dilakukan. Justru dengan memiliki portfolio investasi saham yang seimbang, akan sangat membantu kelancaran dan memudahkan tercapainya target investasi. Misalnya dengan return yang sesuai harapan, atau bahkan terhindar dari potensi kerugian yang besar.
Tentunya, hal itu berdampak positif bagi cash flow finansial kita. So, bagaimana? Strateg di atas cukup mudah bukan? Langsung saja lakukan screening saham pada RTI ataupun aplikasi dari sekuritas yang dimiliki. Ayo segera praktekan balanced investment strategy pada portfolio saham kalian!***