Cara-Meminimalisir-Risiko-Investasi-Saham

Terakhir diperbarui Pada 16 Juli 2024 at 10:30 am

Investasi saham merupakan investasi yang bersifat high risk dan menawarkan imbal hasil yang juga high return. Tapi dalam berinvestasi saham tidak bisa dilakukan dengan sembarang mengingat sifat high risk nya tadi. Lantas bagiamana cara meminimalisir risiko investasi saham, agar terhindar dari kerugian?

 

Mengenal Risiko Investasi Saham

Saham memiliki pergerakan yang fluktuatif setiap harinya, dalam hal ini seorang investor maupun trader berpeluang mengalami kerugian besar, sebagai bentuk risiko dari aktivitas investasi saham yang dilakukan. Tidak jarang risiko investasi saham terbesar adalah bangkrut hingga trauma.

Meski pun para investor maupun trader juga berpeluang mendapatkan imbal hasil dua kali lipat, bahkan lebih besar dibandingkan keuntungan instrument investasi lainnya.

Sebab itu, sebelum terjun sebagai investor saham, kita perlu mengetahui cara meminimalisir risiko investasi saham dengan benar.

 

Ada lebih dari 900 emiten yang terdaftar di BEI, untuk mempermudah memantau kinerja laporan keuangan dan rasio-rasionya, maka bisa memanfaatkan Cheat Sheet yang telah terbit!

BANNER-ARTIKEL-CHEATSHEET-2024

Bagi teman-teman investor yang ingin berlangganan Cheat Sheet, bisa menggunakan voucher di bawah ini.

 

 

Jenis – Jenis Risiko Investasi Saham

Sebelum kita membahas lebih lanjut, bagaimana cara meminimalisir risiko investasi saham. Tentu yang pertama-tama harus dipelajari adalah mengenal jenis-jenis risiko yang dapat ditimbulkan dari investasi saham, antara lain:

  1. Bangkrut / Delisting

Ini adalah risiko terbesar dari investasi saham, banyak perusahaan yang melantai dibursa berakhir dengan delisting. Umumnya disebabkan oleh ketidakmampuan perusahaan dalam menjalankan bisnisnya dengan baik sehingga berakhir dengan bangkrutan, yang pada akhirnya harus delisting dari bursa.

Jika kita membeli saham perusahaan yang berpotensi bangkrut, maka potensi uang kita untuk lenyap semakin besar. Beberapa contoh perusahaan yang delisting karena bangkrut adalah BORN dengan jumlah saham sebesar 17.693.000.000 lembar yang delisting pada tahun 2020, TMPI dengan jumlah saham sebesar 5.502.083.747 lembar yang delisting pada tahun 2019. Bahkan ada juga kasus delisting terbesar dan cukup fenomenal adalah BRAU yang harus force delisting pada tahun 2017 dengan jumlah saham sebesar 34.900.000.000.

 

  1. Capital Loss

Capital loss adalah kerugian yang disebabkan oleh modal yang ditanamkan tidak bertumbuh melainkan terus berkurang. Capital loss akan terjadi, ketika investor membeli dengan harga lebih tinggi dibandingkan harga jual.

Capital loss biasanya diambil oleh investor, karena sudah tidak ada kepercayaan pada perusahaan yang diinvestasikannya untuk bertumbuh.

 

  1. Saham Tidak Likuid

Saham perusahaan disebut tidak likuid, jika saham tersebut tidak aktif diperdagangkan di pasar, sehingga investor kesulitan untuk membeli dan menjual saham tersebut.

Risiko ini memang tidak terlalu menghawatirkan, jika dibandingkan dua risiko yang telah disebutkan di atas. Khususnya bagi para investor jangka panjang yang tidak akan menjual saham secara cepat, sehingga tidak memaksakan untuk mendapat saham yang likuid.

Namun, bagaimana dengan trader atau investor jangka pendek? Jawabannya, jelas likuiditas saham menjadi hal prioritas, karena mereka butuh beli dan jual dalam jangka waktu pendek dan cepat.

 

  1. Suspensi

Suspensi biasanya diambil oleh BEI dengan alasan tertentu:

    • Pertama, suspensi sementara.

Suspensi sementara ini akan ditetapkan BEI, ketika melihat pergerakan harga saham tidak normal. Baik itu harga saham yang bergerak dengan cepat naik tanpa disertai aksi korporasi, atau bahkan turun signifikan dengan volume transaksi yang tidak wajar.

    • Kedua, suspensi jangka panjang.

Suspensi jangka panjang juga menjadi risiko investasi saham yang perlu diwaspadai oleh investor. Suspensi jangka panjang bisa terjadi, ketika perusahaan telat melakukan publish laporan keuangan atau terancam bangkrut dan delisting.

 

  1. Forced Delisting

Risiko investasi saham lainnya, juga bisa datang dari potensi forced delisting, di mana ketika saham perusahaan diberhentikan, sekaligus dikeluarkan secara paksa dari transaksi perdagangan BEI.

Forced delisting umumnya dipicu oleh kinerja keuangan perusahaan harga yang buruk atau bahkan perusahaan telah melanggar peraturan BEI.

 

  1. Market Risk

Market risk atau risiko pasar ialah risiko yang terjadi karena pergerakan pasar yang disebabkan beberapa faktor seperti kondisi ekonomi, sentimen dan kondisi sosial politik suatu negara. Market risk menjadi risiko yang tidak kalah besar dari jenis risiko lain, karena market risk ini mampu memengaruhi performa keseluruhan pasar, baik itu saham maupun value perusahaan.

Market risk juga dikenal sebagai risiko tidak terhindari oleh para pelaku pasar, karena risiko ini akan dialami oleh hampir semua investor pasar saham, tanpa terkecuali. Segala bentuk market risk antara lain: kebijakan pemerintah atau kondisi sosial politik negara. Salah satunya, perubahan tingkat suku bunga menjadi naik oleh BI, yang membuat saham perusahaan memiliki eksposur terhadap naiknya bunga pinjaman, sehingga harga saham bisa turun.

 

Cara Meminimalisir Risiko Investasi Saham

Setelah kita mengetahui apa saja risiko yang mungkin timbul pada saat kita memutuskan berinvestasi di saham, maka yang perlu diketahui berikutnya adalah cara meminimalisir risiko investasi saham. Antara lain:

  1. Berinvestasi pada perusahaan Blue Chip yang memiliki track record baik

Dalam BEI kita mengenal istilah indeks LQ 45 – yang merupakan list dari perusahaan blue chip yang likuid diperdagangkan di BEI. Sebagai cara meminimalisir risiko investasi saham, maka kita bisa coba memilih investasi pada perusahaan-perusahaan yang bertengger pada indeks LQ45.

Alasan memilih indeks LQ45, karena dari segi bisnis perusahaan-perusahaan sudah memiliki reputasi baik. Beberapa contoh perusahaan yang terdapat pada LQ 45 antara lain BBRI, BBCA, BBNI, BMRI dan lain sebagainya.

Supaya bisa tahu apa saja list saham yang termasuk indeks LQ 45, maka teman-teman investor bisa melihat langsung pada website idx.co.id, pada bagian factsheet perusahaan LQ45.

Factsheet LQ45. Source:  www.idx.co.id

 

  1. Perkuat analisa fundamental dan teknikal

Analisa Fundamental merupakan analisa terhadap kondisi perusahaan yang dapat dilihat dari laporan keuangan yang diterbitkan setiap triwulan (kuartal). Sedangkan analisa teknikal merupakan analisa terhadap pergerakan saham secara historis.

Untuk cara meminimalisir risiko investasi saham, maka memperkuat analisa fundamental dan teknikal bisa menjadi pilihan alternatif yang dilakukan.

 

  1. Kendalikan psikologis

Psikologis dalam trading adalah sesuatu yang harus dijaga, ketika akan memutuskan berinvestasi di saham. Dalam berinvestasi saham sendiri, ada istilah don’t be greedy di mana kita tidak boleh rakus ketika berinvestasi. Hal itu justru berdampak pada banyaknya investor gagal karena bersikap rakus. Di lain sisi, kita juga harus bersikap disiplin dengan trading plan atau investing plan kita.

 

  1. Jangan Berinvestasi saat IPO

Warren Buffet merupakan investor yang sangat anti dengan saham IPO, mengapa? Karena biasanya saham IPO dihargai dengan valuasi yang mahal.

Jika kita adalah investor pemula, maka saham IPO sangat riskan karena pergerakannya yang sangat volatile dan ditambah dengan valuasi saham IPO yang mahal. Sehingga dengan berinvestasi di saham IPO, kita justru memiliki margin of safety (MoS) yang kecil.

Nah dari cara meminimalisir risiko investasi saham di atas, teman-teman investor pemula bisa langsung menerapkan beberapa tips di atas, agar portfolio investasi saham tetap sehat dan berjalan lancar.

 

 

Mengidentifikasi dan Mengelola Risiko Psikologis dalam Investasi Saham

Salah satu cara untuk meminimalisir risiko dalam investasi saham, maka perlu untuk mengetahui bagaimana psikologis seorang investor atau trader saham yang dapat menimbulkan bias. Berikut ini beberapa bias dan cara mengelolanya:

  1. Information Bias

Dalam dunia saham ada banyak berita yang dapat memicu seorang investor atau trader untuk tergesa-gesa membeli atau menjual saham yang disampaikan oleh broker/media/influencer. Pasalnya informasi-informasi yang disampaikan itu belum tentu benar adanya, bahkan belum bisa dipastikan keakuratannya. Sehingga akan mengarahkan investor pada keputusan yang irasional dalam berinvestasi saham dan mengarahkan pada kerugian.

Oleh sebab itu, baiknya kita cerna informasi terlebih dahulu dan cross check kebenarannya. Agar tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu saham yang beredar di publik.

 

  1. Overconfident

Seorang investor atau trader wajar memiliki sifat overconfident, ketika melihat saham yang diinvestasikan memperoleh keuntungan. Hal itu bisa memicu investor atau trader tersebut untuk membeli saham lagi dengan jumlah besar, didorong oleh rasa terlalu percaya diri.

Sayangnya, kondisi tersebut justru seringkali menjadi jebakan bagi investor. Oleh sebab itu, dalam menjalankan investasi saham sebaiknya jangan terlalu percaya diri berlebihan.

 

  1. Self-Control

Psikologis trading memacu orang untuk bertindak secara cepat tanpa berpikir jernih, tidak jarang banyak investor dan trader yang justru terjebak kerugian besar. Hanya karena tidak mampu berpikir jernih, sebelum memutuskan untuk membeli atau menjual sahamnya. Untuk itu, perlu menerapkan Taking Profit (TP) dan Cut Loss (CL) sebagai cara mengontrol diri kita.

Nah itu tadi adalah tiga cara yang dapat kamu aplikasikan saat kamu memutuskan berinvestasi di saham, kontrol terhadap psikologis merupakan sesuatu yang sangat fundamental. Banyak pelaku pasar kelas dunia yang mengalami kerugian hingga kebangkrutan, hanya karena tidak mampu mengendalikan psikologis trading.

 

Kesimpulan

Dari pembahasan ini, kita dapat menyimpulkan bahwa risiko investasi saham adalah bentuk kerugian yang dapat dialami oleh setiap pelaku pasar saham, dari kegiatan investasi sahamnya. Artinya, tidak ada jaminan bahwa imbal hasil atau keuntungan investasi bisa selalu sesuai ekspektasi, akibat adanya pengaruh dari berbagai faktor.

Dalam hal risiko investasi, umumnya besarnya return dan potensi risiko investasi selalu berbanding lurus. Jadi semakin besar imbal hasil atau keuntungan yang ditawarkan instrumen investasi, maka potensi risikonya juga akan semakin besar.

Demikian pula dengan minimnya imbal hasil yang ditawarkan, maka risikonya juga semakin minim. Sama halnya dengan berinvestasi saham, teman-teman investor pemula juga harus siap dan berani menghadapi potensi kerugian dari uang yang sudah diinvestasikan.***

 

###

 

DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!

 

Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

reCaptcha v3
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *