IPO dengan membidik dana fantastis kembali terjadi di Bursa Efek Indonesia. PT. Trimegah Bangun Persada (TBP) atau Harita Nickel akan segera mengadakan IPO (Initial Public Offering) atau penawaran umum perdana saham dengan target pendanaan mencapai Rp9.9 triliun. Bagaimana reviewnya?
Artikel ini dipersembahkan oleh :
Nantinya, PT. Trimegah Bangun Persada akan menggunakan kode emiten NCKL sebagai kode sahamnya dan berpotensi menjadi IPO terbesar di kuartal awal tahun 2023. Mengalahkan nilai IPO PT. Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), lantaran nilai IPO NCKL mencapai sebesar Rp 9.9 triliun.
Dikutip dari Bloomberg, Selasa (14/3/2023) IPO Harita Nickel (NCKL) akan ditawarkan pada kisaran harga Rp 1.220-Rp 1.250 per saham, dengan demikian melalui IPO ini valuasi perusahaan dapat mencapai US$ 5.2 miliar.
Penggunaan dana hasil IPO sebesar 38.08% akan digunakan perusahaan untuk modal kerja (Working Capital), 32.27% untuk keperluan entitas anak dan entitas asosiasi melalui setoran modal dan sisanya akan digunakan untuk pembayaran hutang kepada partner usaha dan hutang bank.
Berdasarkan laporan keuangan PT. Trimegah Bangun Persada, total aset & ekuitas perusahaan mengalami pertumbuhan yang signifikan setiap tahun sejak 2019-2022. Pertumbuhan laba bersih terlihat cukup bervariatif sejak tahun 2019-2021. Laba bersih tahun 2021 tercatat sebesar Rp 1.96 trilliun, naik 693% YoY dari tahun 2020 sebesar Rp 284.24 milliar. Laporan Posisi Keuangan dan Laba Bersih Harita Nikel dapat dilihat seperti tabel dibawah ini:
Source: Prospektus NCKL
Source: Prospektus NCKL
Saat ini, progres IPO NCKL tengah dalam proses book building yang berlangsung pada 15-24 Maret 2023. Saham NCKL akan perdana ditawarkan kepada publik pada tanggal 5-10 April 2023 dan direncanakan akan tercatat di BEI pada tanggal 12 April 2023.
Teknologi HPAL & Partner Bisnis Harita
Trimegah Bangun Persada merupakan perusahaan nikel inovatif yang pertama kali mengoperasikan pengolahan nikel dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pulau Obi, Maluku Utara. Fasilitas pengolahan ini nantinya akan menghasilkan mixed hydroxide precipitate (MHP) yang dapat diolah menjadi kutub positif baterai kendaraan listrik (electric vehicle/ EV).
Dikutip melalui cnnindonesia.com, Harita Nickel memiliki partner bisnis dalam mengelola nikel di Indonesia. Partner bisnis Harita adalah Lygend Resources & Technology yang telah lebih dulu melaksanakan IPO di Hong Kong dan melakukukan ekspansi bisnis secara masif di Indonesia.
IPO Lygend beberapa waktu lalu, sebagian besar dananya akan dialokasikan untuk pengembangan dan pembangunan proyek produksi di Pulau Obi, Maluku dan sisanya untuk modal pada anak perusahaannya.
Lygend menyebutkan Harita Nickel merupakan partner utama perusahaannya dalam mengembangkan produksi nikel di Indonesia. Selain itu, Harita dan Lygend juga memiliki perusahaan patungan bernama Halmahera Persada Lygend yang telah menyediakan smelter untuk pembuatan bahan baku baterai mobil listrik.
Berdasarkan informasi yang didapat dari situs web Halmahera Persada Lygend, smelter miliknya merupakan salah satu pioner di Indonesia dan terletak di Kawasan Industri Pulau Obi. Smelter milik HPL menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional yang telah beroperasi sejak 23 Juni 2021.***
DISCLAIMER : Tulisan ini bukan bersifat rekomendasi beli atau jual. Tulisan ini bersifat untuk edukasi berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Do Your Own Research sebelum memutuskan untuk membeli atau menjual saham.
###
Info: