Terakhir diperbarui Pada 16 Oktober 2024 at 3:05 pm
Dengan merebaknya isu tentang climate change, penting bagi perusahaan-perusahaan untuk bersikap adaptif menanggapi perubahan yang akan terjadi. Akan ada winners/losers dari shifting ini, dan dalam konteks energi terbarukan, TGRA merupakan salah satu emiten di IDX yang bergerak di sektor ini. Mari kita bahas prospek TGRA dalam industry energi terbarukan!
AA
Daftar Isi
Bisnis Model TGRA
TGRA mengoperasikan 2 bisnis dalam segment energi terbarukan:
- Hydro power, dan
- Solar power
Secara total, sekarang TGRA mengoperasikan 257 megawatt pembangkit listrik tenaga air (Hydro power) yang tersebar di Pulau Sumatera (ie. Sumatera Utara, Aceh, dan Bengkulu).
Secara jumlah capex yang dibutuhkan, perlu Anda ketahui bahwa memang industry EBT ini belum sematang industry-industri pembangkit listrik lainnya seperti coal—sehingga capex yang dibutuhkan relative lebih besar.
Seperti yang terlihat pada tabel di atas, capex yang dibutuhkan untuk membangun 510MW hydropower sendiri adalah hampir sebesar US$ 872 juta (sekitar Rp 12.5 triliun). Apabila kita membandingkan capex tersebut dengan market cap dari TGRA sendiri yang per artikel ini ditulis berkisar di Rp 200 miliar – tentu terlihat bahwa capex yang harus dikeluarkan ini jauh melebihi ukuran perusahaan, sehingga TGRA sendiri mengambil jalur leveraging untuk merealisasikan project ini.
Ke depannya, TGRA juga akan meningkatkan eksposurnya terhadap energi terbarukan di segment solar power, di mana sejauh ini perusahaan sendiri masih berfokus di hydro power.
AA
AA
AA
Dapatkan hasil terbaik dengan bergabung menjadi Platinum Member. Dengan bergabung menjadi Platinum Member, Anda akan mendapatkan seluruh layanan dari RK Team secara lengkap. Dapatkan harga special dengan bergabung menjadi Platinum Member sekarang, hanya di sini.
AA
AA
AA
Kinerja Keuangan TGRA
Apabila kita melihat kinerja keuangan yang telah dibukukan oleh TGRA selama ini seperti terlihat pada tabel di atas, ada beberapa point yang bisa kita simpulkan:
- Pendapatan cenderung tidak bertumbuh
Apabila kita melakukan annualized calculation terhadap pendapatan perusahaan, terlihat bahwa pendapatan yang dapat dikumpulkan perusahaan hanya sekitar Rp 16 miliar saja per 2021 — angka ini memang meningkat dibandingkan tahun 2020, tetapi masih -20% berada di bawah pre-covid. Apabila angka ini kita sandingkan dengan market cap perusahaan sebesar Rp 200an miliar tadi, rasio price to sales yang ditawarkan perusahaan menjadi lebih dari >10x.
- Profitabilitas membaik
Memang apabila dilihat secara profitabilitas, per 3Q kemarin TGRA mampu membukukan laba bersih sebesar Rp 2.1 miliar—angka ini sudah melewati angka laba bersih yang mampu ditorehkan TGRA pada tahun 2019 lalu.
- Beban keuangan meningkat
Seperti yang sudah dibahas di bagian sebelumnya, melihat besarnya modal yang dibutuhkan untuk membangun pembangkit listrik energi terbarukan, membuat perusahaan terpaksa mengambil utang untuk dapat menjalankan projectnya. Konsekuensi logis dari tindakan ini adalah meningkatnya juga beban utang yang harus dibayarkan oleh perusahaan.
Pada bagian di atas, dapat terlihat bahwa beban keuangan yang harus dibayarkan perusahaan sampai dengan 9M21 adalah sebesar Rp 1.8 miliar – perlu Anda ketahui bahwa nominal ini setara dengan sekitar 15% dari pendapatan perusahaan. Sehingga dapat diasumsikan setiap Rp 100 juta yang didapatkan perusahaan, 15%-nya akan digunakan untuk membayar utang.
AA
TGRA sekarang ditransaksikan di harga Rp 76 per lembar saham dan dengan valuasi PER -534x (masih loss-making untuk full year) dan PBV 0.68x. Melihat prospek dan kondisi perusahaan sekarang, apakah Anda tertarik untuk berinvestasi di TGRA?
AA
AA
AA
AA
AA
DISCLAIMER : Tulisan ini bukan bersifat rekomendasi beli atau jual. Tulisan ini bersifat untuk edukasi berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Do Your Own Research sebelum memutuskan untuk membeli atau menjual saham.
###
Info:
Isi Pesan
Isi Pesan