Terakhir diperbarui Pada 19 November 2024 at 4:49 pm
Daftar Isi
Artikel telah ditinjau oleh: Stock Market Analyst RK Team
Salah satu komoditas yang belum mendapat banyak perhatian seperti komoditas mainstream ie. batubara, minyak, CPO adalah bauksit. Salah satu emiten yang berkofus di industri ini adalah CITA. Mari kita telusuri prospek CITA sebagai salah satu emiten bauksit di Indonesia.
Model Bisnis CITA
Source: Website perusahaan
Di proses awal bisnis bauxite, bauksit mentah yang didapatkan dari pertambangan bauksit, diproses menjadi metallurgical grade bauxite (MGB). Dalam proses ini, MGB mengandung 45-48% aluminium konten. Di mana perlu diketahui juga bahwa MGB sendiri merupakan bahan dasar dalam memproduksi alumina di pabrik produksi.
Source: Website perusahaan
Setelah diproses menjadi MGB, proses berikutnya adalah dengan me-refine bahan mentah tadi menjadi smelter grade alumina (SGA), beberapa proses produksinya meliputi proses pemanasan, dan filterisasi sampai menjadi produk akhir SGA. Di mana nantinya SGA ini akan menjadi bahan baku dasar dalam pembuatan aluminium.
Penggunaan Bauksit sampai Aluminium
Sebagai gambaran, 90% bauxite digunakan untuk membuat alumina. Sementara 10% sisanya digunakan untuk pembuatan bahan-bahan kimia, bahan baku tahan panas, dan bahan kasar untuk pembersihan. Alumina sendiri paling banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan aluminium.
Dan bahan baku akhir yang terakhir dari prosesnya adalah aluminium, yang mana banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari; mulai dari pembuatan sendok, garpu, pisau—sampai menjadi bahan baku body pesawat terbang. Aluminium juga digunakan untuk sektor otomotif, seperti pembuatan mobil – penggunaan aluminium di sektor mobil listrik di masa depan akan mengalami peningkatan pula.
Prospek CITA sebagai Pemain di Industri Bauxite
Posisi cadangan bauksit CITA per 9M20 lalu adalah sebesar 134.6 juta wmt untuk probable (1P) dan proved (2P). Dengan kandungan aluminium oxide (AI2O3) sebesar ~48-50%, tentu saja jumlah cadangan ini tergolong masih cukup banyak. Terlebih apabila kita juga melihat “stock” cadangan bauxite di tambang CITA sekita 311.9 juta wmt, maka dari sisi sumber daya bauksit, CITA masih memilki jumlah yang melimpah.
CITA memproduksi 11jt wmt MGB secara tahunan—dan apabila kita membandingkan total cadangan CITA dengan total produksi tahunan, maka cadangan CITA masih cukup untuk memproduksi sampai ~13 tahun ke depan, dengan asumsi rata-rata produksi tahunan sama dengan tahun 2020. Lalu, apabila “stock” bauxite CITA juga diperhitungkan, maka sebenarnya produksi CITA masih dapat berlangsung sampai lebih dari 30 tahun ke depan.
Yang menarik juga dari CITA adalah pertumbuhan penjualan ekspor. Dapat dilihat pada grafik di atas, penjualan ekspor CITA dari 2018 – 2020 kemarin bertumbuh hampir 2x lipat—bahkan sepanjang 1H21, penjualan ekspor CITA sudah mencapai 4jt dry metric ton (DMT), dan apabila menggunakan kalkulasi sederhana untuk annualized, maka penjualan ekspor CITA dapat menembus 8jt dmt pada tahun 2021 ini.
CITA sekarang ditransaksikan di harga Rp 2750 per lembar saham—dan divaluasikan di PER 18.5x dan PBV 3.17x. ROE 13.7% dan net profit margin 8.6%. DER CITA terakhir tercatat di level 0.26x dan gearing di level 0.06x, yang artinya CITA hampir tidak memiliki utang berbunga dalam neracanya. Dengan level neraca yang tergolong lumayan sehat dan mampu menghasilkan tingkat ROE dan margin sedemikian rupa, apakah valuasi CITA terjustifikasi dan membuat saham ini atraktif untuk dikoleksi? You decide…
###
DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!
Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.