Terakhir diperbarui Pada 22 Agustus 2019 at 8:57 am
Dalam kegiatan investasi saham terutama untuk pendekatan fundamental dikenal dua strategi, yaitu value investing dan growth investing. Value investing sudah menjadi salah satu teknik investasi yang paling populer di dunia. Populernya teknik investasi ini disebabkan karena salah satu orang terkaya di dunia, yaitu Warren Buffett, yang berhasil meraih kekayaannya dengan melakukan strategi investasi ini. Apa saja kelebihan dan keterbatasan Value Investing ? Bagaimana tips menjadi seorang Value Investor?
Artikel ini dipersembahkan oleh :
Strategi value investing tersebut juga sudah teruji di pasar modal selama puluhan tahun. Sederhananya, value investing merupakan metode investasi dalam membeli instrumen investasi di harga yang murah, lalu menjualnya di harga wajarnya. Value investing berusaha untuk menemukan saham yang berada dalam kondisi ‘salah harga’ yang berada di pasar lalu menjualnya saat pasar sudah ‘sadar’ yaitu ketika harga saham kembali ke level harga normalnya. Murah di sini tidak hanya dilihat dari nominalnya saja, tetapi juga dari value saham tersebut dibandingkan dengan indikator-indikator lain seperti laba atau nilai buku perusahaan.
Di Indonesia sendiri, penerapan teknik investasi ini pun juga sudah banyak dilakukan oleh para investor, baik itu investor individual maupun layanan berbayar yang menjanjikan return tinggi atau bahkan profit puluhan hingga ratusan persen dalam beberapa bulan. Tetapi, penting untuk menyadari kalau value investing itu juga bukan bukan cara cepat untuk mendapatkan keuntungan yang besar di pasar modal. Bukan juga formula ajaib yang dapat mendatangkan kekayaan dalam waktu singkat. Seperti teknik investasi lainnya, value investing juga punya mempunyai keunggulan dan kelemahan.
Daftar Isi
# Keunggulan Value Investing
Keunggulan yang pertama adalah value investing bukan hanya teknik yang dapat digunakan oleh orang yang memiliki dana yang besar. Siapa pun dapat menggunakan teknik investasi ini. Bahkan value investing bahkan dapat digunakan oleh orang-orang yang hanya mempunyai dana investasi yang terbatas. Selama orang tersebut mau membaca dan belajar mengerti tentang kondisi fundamental tentang sebuah perusahaan, maka value investing dapat dimengerti dan diterapkan oleh siapa saja.
Keunggulan yang kedua adalah value investing dapat mengoptimalkan the power of compounding. Pada dasarnya, compounding merupakan kemampuan investasi untuk berlipat ganda atau bunga yang berbunga. Seiring berjalannya waktu, investasi akan mengalami pertumbuhan secara eksponensial sebagai dampak dari pertumbuhan harga saham dan dividen yang dibagikan.
Keunggulan yang ketiga adalah value investing sudah teruji oleh waktu. Value investing sudah diimplementasikan oleh Warren Buffet selama puluhan tahun dan telah menjadikan Buffet sebagai salah satu orang terkaya di dunia dengan menggunakan teknik investasi ini. Maka dari itulah, bukankah sudah sewajarnya jika mengganggap hal teknik investasi ini terbukti untuk diterapkan?
Keunggulan yang keempat adalah kecenderungan untuk mendapatkan risiko yang lebih rendah. Dan untuk memaksimalkan value yang bisa didapat, maka akan lebih baik jika mengimplementasikan value investing untuk jangka panjang. Oleh karena itu, investor dapat menghindari jika terjadi fluktuasi pasar yang terjadi dalam jangka pendek.
# Keterbatasan Value Investing
Keterbatasan dari value investing adalah kesulitan untuk mengukur intrinsic value. Intrinsic value merupakan nilai sebenarnya yang terdapat dalam sebuah saham yang dibeli. Atau dalam bahasa sederhananya nilai wajar, akan tetapi terkadang penentuan dari intrinsic value ini sulit diukur. Belum lagi dengan adanya penggunaan metode yang berbeda-beda dari setiap investor. Cara pengukuran ini bergantung dari informasi yang tersedia yang dapat diakses oleh investor tersebut. Investor A mungkin menganalisa menggunakan data A,B,C sedangkan Investor B justru menggunakan data X,Y,Z.
Keterbatasan lain dari value investing adalah historical valuation. Salah satu alat dalam menggunakan teknik value investing adalah laporan keuangan di mana dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan dilakukan berdasarkan kinerja historis alias kinerja masa lalu perusahaan. Akan tetapi kinerja masa lalu ini tidak dapat selalu menjamin kinerja masa depan, dan terdapat hal-hal yang hanya bisa diukur oleh estimasi dari manajemen. Hal ini hanya dapat diestimasi dan dijelaskan melalui laporan keuangan.
# Apa saja yang harus diperhatikan untuk menjadi value investor?
Keberhasilan investasi yang dilakukan oleh Warren Buffett yang membawanya menjadi salah satu orang terkaya di dunia adalah dengan menerapkan value investing atau menjadi value investor. Di Indonesia juga ada terdapat investor yang dikenal berhasil dalam mengimplementasikan teknik value investing yaitu Lo Kheng Hong yang dilakukan dengan metode pencarian saham salah harga. Tentu saja setiap orang juga ingin menjadi salah satu yang berhasil dalam melakukan investasi.
Teknik investasi dalam value investing berbeda dengan growth investing, karena menjadi seorang value investor itu tidak mengenal yang namanya analisa teknikal dari grafik saham. Seorang Value Investor tidak terlalu mempedulikan apa itu downtrend, uptrend, bullish, bearish, dan apa pun yang berhubungan dengan chart dan sejenisnya. Lalu yang menjadi pokok analisis adalah fundamental perusahaan, atau lebih tepatnya analisa fundamental. Nah, inilah yang dilakukan seorang value investor yang berada dalam aliran ‘nilai’ dalam memilih saham yang tepat untuk berinvestasi. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjadi seorang value investor:
Yang pertama adalah memilih teknik analisa, di mana dalam melakukan analisis saham, terdapat sejumlah strategi awal atau awal untuk menganalisa. Metode pertama adalah Analisis Top-Down atau analisis dari yang awalnya bersifat global ke hal yang sifatnya spesifik. Sebagian lagi, memulai dengan mengecek terlebih dahulu bagaimana kondisi fundamental perusahaan yang menjadi incarannya. Kemudian, setelah selesai melakukan analisis fundamental emiten tersebut, dilanjutkan pada permasalahan ekonomi yang dinilai dapat mempengaruhi pergerakan harga saham, seperti inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga, daya beli msyarakat dan lainya. Selain itu, juga terdapat teknik yang menggunakan Analisis Bottom-Up yang merupakan strategi menilai saham dari bawah ke atas. Pemilihan teknik analisis tersebut tergantung pada orang-orang sebagai investor yang bertanggung jawab atas dana investasi anda sendiri.
Yang kedua adalah melakukan pemantauan pada bidang yang menjadi tren. Coontohnya saja pada era pemerintahan presiden Jokowi yang membahas tentang Tol Laut di maka di periode itu juga ramai-ramai perusahaan sekuritas, private equity dan kelompok analis lainnya membahas soal efek dari tol laut tersebut. Dan hasilnya, tidak menunggu waktu lama, saham-saham di sektor tersebut, seperti perusahaan perkapalan, jasa pengangkutan laut dan lainnya langsung ramai-ramai terbang sahamnya.
Yang ketiga adalah screening saham yang memiliki fundamental yang bagus. Seperti halnya dalam investasi saham, di BEI saat ini ada lebih dari 600 emiten yang sudah listing dan diperdagangkan sahamnya di bursa. Dan , sebagai solusinya kita lakukan screening. Cara screening ini cukup tetapkan kriterianya, misalnya yang ROE nya di atas 15%, PBV di bawah 1 kali, atau PER di bawah 10. Bila sudah melakukan metode value investing di atas, misalnya hanya terpilih 40 saham saja, maka dari 40 saham itu saja yang kita cek satu per satu.
Yang keempat adalah memahami value dan nilai intrinsik saham yang dibeli. Adapun dari pakar saham kenamaan seperti Warren Buffett, beliau bahkan hanya menggunakan dua rasio untuk menilai valuasi ini, yaitu: PER (Price Earning Ratio) dan PBV (Price to Book Value).
Yang kelima adalah melakukan analisis pada faktor fundamental perusahaan. Hal paling utama dilakukan dalam membaca kondisi fundamental perusahaan melalui laporan keuangan terbarunya. Inilah objek penting yang harus dipelajari untuk belajar cara menjadi value investor. Hal yang harus dilakukan paling utama adalah minimal harus tahu bagian-bagian penting dalam laporan keuangan.
Yang keenam adalah timing untuk membeli saham yang tepat. Waktu untuk membeli saham yang pas untuk value investor adalah saat harganya sudah murah. Contohnya saja saham PGAS pada tahun-tahun sebelumnya dihargai dengan PBV 1.8 – 2.5x, kemudian karena sejumlah faktor menyebabkan harga saham turun. Dan karena saat turun PBV kembali di angka 1.0 kali, maka saat itulah waktu yang pas untuk membeli saham. Jadi value di sini bukan hanya jika PBV 1 kali atau di bawahnya, tapi juga bisa melihat dari sisi histori harga sebelumnya. Dengan demikian, jika ingin menerapkan manajemen investasi dalam saham maka sebisa mungkin beli saat harganya murah.
Yang ketujuh adalah melakukan pemantuan. Jadi selain memahami cara analisa dan beli saham, seorang value investor bukan hanya tau menganalisa dan beli saham saja, tapi juga harus dapat mengawasi saham yang ada dalam portofolionya. Jadi, apa yang dipantau saat menjadi value investor? Jawabannya adalah kinerja perusahaan. Kinerja disini merujuk ke laporan keuangan terbarunya. Dan untuk mengetahui laporan keuangan terbaru sebuah perusahaan tertentu, dapat melakukan pengecekan pada website resmi perusahaan maupun website yang menyediakan informasi tentang saham perusahaan.
Yang kedelapan adalah menentukan kapan saatnya menjual saham. Seorang investor yang tidak memahami kapan mulai membeli saham, akan sama tidak pahamnya kapan mulai menjual saham yang sudah dipegang. Setelah melakukan pemantauan dan ternyata ada salah satu perusahaan yang sahamnya telah dibeli mengalami rugi atau masalah serius, maka inilah waktunya mempertimbangkan saat yang tepat untuk menjual saham. Yang paling penting adalah melakukan analisa mendalam. Hindari sikap gegabah dalam menjual saham hanya karena labanya turun sedikit.
# Kenapa harus Value Investing?
Karena dalam melakukan investasi di pasar saham, metode value investing telah menjadi pilihan utama untuk sebagian besar investor. Hal itu dikarenakan metode tersebut menekankan kepada membeli saham dari perusahaan yang mempunyai fundamental kuat tapi dapat dihargai murah oleh pasar. Kelebihan dari teknik investasi pada value investing adalah investor dapat mengetahui nilai wajar dari sebuah perusahaan. Seperti yang telah dikemukakan di awal, value investor dapat membeli saham saat harga sahamnya berada di bawah nilai wajarnya, dan menjual harga sahamnya saat harga saham berada di atas harga wajar. Selain itu, dalam mengimplementasikan value investing, investor jauh lebih tenang menghadapi penurunan harga saham. Sebagian besar investor hanya melihat pergerakan harga saham tanpa mengetahui nilai dari perusahaan tersebut.
Akibatnya, banyak investor yang gelisah saat mengetahui harga sahamnya turun. Sedangkan untuk value investor sudah tahu harga wajar saham dan tidak cepat gelisah saat harga saham turun. Jadi, investor tidak harus selalu memantau pergerakan harga saham karena mengetahui fundamental saham yang di investasikan, dan tidak harus khawatir apakah besok harga saham akan naik atau turun, sehingga tidak perlu mengecek harga saham setiap waktu. Selain itu, teknik investasi dalam value investing dinilai jauh lebih santai dan jauh dari kata stres. Value investing dapat menjadi media untuk bisa menjadi kaya sambil tidur. Karena prinsip yang dalam teknik value investing ini adalah daripada menghabiskan waktu di depan layar trading, akan lebih baik untuk menggunakan waktu menjalankan bisnis yang lain, bersosialisasi dengan teman-teman, hingga pergi jalan-jalan atau liburan.
Sumber :
Invetashe.com – 2019
###
Info:
Tags : Serunya Jadi Value Investor | Serunya Jadi Value Investor | Serunya Jadi Value Investor | Serunya Jadi Value Investor | Serunya Jadi Value Investor | Serunya Jadi Value Investor | Serunya Jadi Value Investor | Serunya Jadi Value Investor | Serunya Jadi Value Investor | Serunya Jadi Value Investor | Serunya Jadi Value Investor | Serunya Jadi Value Investor