perkembangan ekonomi Turki

Turki merupakan negara dengan GDP nominal terbesar ke – 18 berdasarkan IMF tahun 2018. Selain itu, Turki juga dinilai sebagai pemain kunci oleh investor internasional. Sayangnya, sejak 2018 kemarin perekonomian Turki terus memburuk. Setahun berselang, bagaimana perkembangan perekonomian Turki saat ini ? Dan apakah resesi Turki akan memberikan dampak negatif terhadap Indonesia ?

 

 

Dalam artikel terpisah, di tahun 2018 kemarin Penulis sempat menuliskan awal kejatuhan Turki, termasuk ketika Turki terpukul karena melemahnya kurs Turkish Lira yang lebih dari 70% terhadap Dollar AS. Kalau Anda belum mengetahui awal mula kejatuhan Turki, Anda bisa membaca artikelnya pada link di bawah ini :

 

[Baca lagi : Bagaimana Pengaruh Krisis Turki Mempengaruhi Pergerakan IHSG ?]

 

 

Kondisi Turki Saat Ini

Setelah mengalami resesi di tahun 2018 lalu, Turki diprediksi belum bisa bangkit di tahun 2019 ini. Lantaran kinerja perekonomian Turki masih terus menurun. Bahkan berdasarkan data terakhir, Turki mengalami penurunan Gross Domestic Produk (GDP) sebesar 3% per Kuartal IV 2018 kemarin. Artinya, pertumbuhan ekonomi bukannya bertumbuh, melainkan melemah sebesar 3%. Hal ini sekaligus menjadi pukulan berat bagi Turki yang dalam waktu dekat ini akan segera melaksanakan pemilihan kepala daerah. Secara historical, pertumbuhan ekonomi Turki yang negatif tersebut adalah yang terlemah sejak tahun 2009 yang lalu.

Hal ini sekaligus menguatkan fakta bahwa Turki saat ini semakin terjerumus ke dalam resesi. Resesi sendiri merupakan keadaan di mana siklus sebuah negara sedang terkontraksi dan berada di dalam trend ekonomi yang sedang menurun. Resesi terjadi ketika GDP riil sebuah negara terus mengalami penurunan dalam dua kuartal berturut-turut ataupun lebih. Di Turki sendiri kontraksi perekonomiannya pertama kali terjadi sejak kuartal II 2018, di mana pertumbuhan ekonomi Turki turun dari 7.4% menjadi 5.3%. Hal itu terjadi karena konsumsi rumah tangga dan investasi tetap mengalami penurunan, sedangkan pengeluaran pemerintah mengalami kenaikan. Sejak saat itu, kondisi perekonomian Turki terus menerus turun, hingga saat ini perekonomian Turki justru harus bertumbuh negatif sebesar -3% YoY di kuartal IV-2018 kemarin.

Berikut ini adalah beberapa indikator makroekonomi yang perlu Anda ketahui tentang Turki :

1. Pertumbuhan Negatif GDP Turki Bukan Pertama Kalinya.

Pertumbuhan GDP Turki yang negatif bukan yang pertama kalinya. Sebelumnya Turki sempat mengalami kontraksi ekonomi hingga -0.8% pada sekitar pertengahan tahun 2016 silam. Dan saat ini kembali Turki harus mengalami kontraksi ekonomi sebesar -3% pada kuartal IV-2018. Adapun sebagai gambarannya kontraksi ekonomi Turki, adalah sebagai berikut :

 

Turki mengalami Kontraksi Ekonomi kedua kalinya. Source : tradingeconomics.com

 

2. Pertumbuhan Inflasi Turki Salah Satu yang Tertinggi.

Sejalan dengan kontraksi perekonomian, inflasi atau kenaikan harga barang-barang yang terjadi di Turki masih belum dapat dikendalikan. Sampai dengan artikel ini ditulis, inflasi Turki masih tergolong sangat tinggi, yaitu di kisaran 20% YoY. Angka inflasi Turki ini merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Turki sendiri menempati posisi ke 10 dari daftar Negara dengan tingkat inflasi tertinggi di dunia (di bawah negara-negara seperti Venezuela, Zimbabwe, Korea Utara, Argentina). Kalau Anda mau cek daftarnya, bisa ke link ini :

https://tradingeconomics.com/country-list/inflation-rate

Angka ini memang sedikit menurun ketimbang puncak inflasi ketika mata uang Turkish Lira yang melemah signifikan di pertengahan 2018 kemarin, dan membuat inflasi sempat mencapai 25% YoY.  Meskipun sedikit menurun, namun angka inflasi 20% ini jelas masih dapat dikategorikan tidak normal. Bandingkan dengan inflasi Indonesia misalkan, yang stabil di angka 2 – 3% YoY. Adapun tingkat inflasi Turki saat ini adalah seperti berikut :

Inflasi Turki masih sangat tinggi. Source : tradingeconomics.com

 

 3. Pelemahan Mata Uang Turkish Lira Hingga Mencapai 100%.

Sepanjang tahun 2018 kemarin, menjadi tahun terberat bagi Turki karena pelemahan ekonomi Turki juga mengakibatkan terdepresiasinya nilai tukar Lira. Di tahun 2017, mata uang Turkish Lira mengalami pelemahan dari 3.5 – 3.6 Turkish Lira / USD di awal 2018 menjadi 6.9 – 7.0 Turkish Lira per USD pada Agustus 2018. Kondisi pelemahan mata uang Lira ini sekaligus menjadi salah satu yang paling terparah di antara mata uang negara lainnya (unless Venezuela). Beruntung, pada akhir tahun 2018, nilai tukar Lira sedikit menguat menjadi 5.3 Lira per USD karena adanya bantuan dana yang diberikan oleh China. Dan pada saat artikel ini ditulis, nilai tukar Lira berada di kisaran 5.5 Turkish Lira per USD. Adapun gambaran pergerakan nilai tukar Lira, sebagai berikut :

Pergerakan Nilai Tukar Lira sepanjang 2018. Source : tradingeconomics.com

 

Adapun penyebab pelemahan Lira saat itu karena : Pertama, mata uang Lira ini baru pulih dari aksi jual lantaran kecemasan masyarakat di Turki akibat perang dagang antara AS dan China, yang hingga saat ini masih belum ada kepastian. Kedua, AS juga menetapkan tarif impor baja Turki sebesar 50%. Angka ini mengalami kenaikan hingga 2x lipat cukai atas baja dari negara lain. Ketiga, Bank Sentral Turki sempat menahan suku bunga acuan, setelah di September 2018 menaikkan suku bunga acuan menjadi 24%. Peningkatan suku bunga acuan ini adalah sebagai respon terhadap melemahnya nilai tukar Lira Turki.

 

4. Tingkat Pengangguran Turki Semakin Memburuk

Dengan perekonomian Turki yang memburuk, disertai dengan inflasi yang tidak terkendali, otomatis membuat tingkat pengangguran Turki meningkat dalam setahun terakhir ini. Saat ini Turki mencatatkan tingkat pengangguran yang mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Sebagai gambaran, jumlah pengangguran masih berada di kisaran 9.6% pada April 2018 (meskipun masih tinggi, namun angka 9.6% masih tergolong bagus untuk Turki). Akan tetapi menjelang tutup tahun 2018 kemarin, angka pengangguran meningkat hingga sebesar 13.5%, dan hampir menyentuh angka 14%. Salah satu penyebab meningkatnya angka pengangguran di Turki pada akhir tahun 2018 kemarin, adalah tingkat pekerjaan yang turun menjadi 45.4% dari sebesar 46.9%. Jika dibandingkan dengan negara lainnya, maka Turki menempati posisi ke 15 dari daftar Negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di dunia. Gambaran jelasnya mengenai tingkat pengangguran di Turki adalah sebagai berikut :

Turkey’s Unemployment Rate. Source : tradingeconomics.com

 

Dampak Resesi Turki Terhadap Indonesia

Kontraksi ekonomi membuat Turki semakin sulit untuk bangkit. Terlebih lagi dengan kontraksi ekonomi yang sedang terjadi, ditambah dengan mata uang Turki Lira yang merosot terhadap dollar AS, menjadikan perekonomian Turki saat ini berada di masa-masa sulit. Turki pun harus mengalami inflasi yang cukup tinggi seperti yang sudah Penulis sebutkan di atas.

Pertanyaan selanjutnya, apakah resesi yang dialami Turki ini akan berdampak negatif bagi Indonesia ? Perlu diketahui bahwa nilai perdagangan Indonesia – Turki mencapai US$ 1.7 miliar atau setara dengan Rp 24.69 triliun. Angka ini “hanya” setara dengan 1% dari total perdagangan Indonesia dengan semua negara dagang lainnya yang totalnya mencapai US$ 168.83 miliar di 2018. Artinya resesi yang dialami oleh Turki tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Indonesia. Tentu saja, hal ini berbeda dengan potensi resesi AS yang juga pernah kita bahas di artikel sebelumnya, dan bisa Anda baca lagi di link berikut ini :

[Baca Lagi : Prediksi Resesi AS di 2019, Bagaimana Dampaknya Terhadap Indonesia?]

 

 

Kesimpulan

Berdasarkan sejumlah indikator di atas, Penulis melihat bahwa Turki masih sulit untuk lepas dari kondisi sulitnya saat ini. Di mana sejumlah indikator ekonomi masih menunjukkan trend yang memburuk. Perekonomian yang tumbuh negatif, inflasi yang belum dapat dikendalikan,  tingkat pengangguran yang tinggi, nilai mata uang yang melemah signifikan, membuat Turki masih sulit untuk lepas dari jerat resesi.

Namun demikian, pengaruhnya terhadap Indonesia relatif kecil. Seperti yang Anda lihat di atas, nilai perdagangan Indonesia – Turki hanya sekitar US$ 1.7 miliar, atau hanya 1% dari total perdagangan Indonesia. Dengan demikian, resesi yang dialami oleh Turki tidak serta merta akan melemahkan perekonomian Indonesia.

 

###

 

Info:

  • Monthly Investing Plan April 2019 sudah terbit. Anda dapat memperolehnya di sini.
  • Cheat Sheet LK Q4 2018 sudah terbit, Anda dapat memperolehnya di sini.
  • E-Book Quarter Outlook LK Q4 2018 sudah terbit. Anda dapat memperolehnya di sini.
  • Jadwal Workshop :
    • Stockademy Value Investing bersama TICMI (Jakarta, 13 April 2019) dapat dilihat di sini.
    • Ultimate Value Investing (Bali, 27 – 28 April 2019) dapat dilihat di sini.
Tags : Perkembangan Ekonomi Turki | Perkembangan Ekonomi Turki | Perkembangan Ekonomi Turki | Perkembangan Ekonomi Turki | Perkembangan Ekonomi Turki | Perkembangan Ekonomi Turki | Perkembangan Ekonomi Turki | Perkembangan Ekonomi Turki | Perkembangan Ekonomi Turki | Perkembangan Ekonomi Turki
1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

reCaptcha v3
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

2 comments on “Mengalami Resesi Sejak Tahun 2018, Bagaimana Perkembangan Turki Saat ini ?

  1. emiten sektor apa saja ya Pak yang bisa membuat nilai perdagangan Indonesia – Turki bisa mencapai USD 1.7 miliar?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *