Terakhir diperbarui Pada 21 Februari 2019 at 4:45 pm
ANTM menjadi salah satu saham yang banyak diperbincangkan oleh pelaku pasar, terkait dengan rencana ANTM bersama PT Inalum untuk menggandeng Chalco dalam proyek pembangunan pabrik SGAR melalui penandatanganan kesepakatan pada 11 Oktober 2018 di acara Indonesia Investing Forum 2018, IMF World Bank Annual Meetings 2018 di Nusa Dua, Bali. Dana yang dibutuhkan untuk proyek pembangunan pabik SGAR dikabarkan mencapai US$ 850 juta. Bagaimanakah prospek saham ANTM ke depannya dengan rencana pembangunan pabrik SGAR ini? Oke, kita langsung aja…
Daftar Isi
Sekilas Tentang ANTM
ANTM berdiri tahun 1968 sebagai BUMN. ANTM merupakan hasil merger dengan beberapa perusahaan tambang dan proyek tambang milik Pemerintah di antaranya : Badan Pimpinan Umum perusahaan Tambang Umum Negara, Perusahaan Negara Tambang Bauksit Indonesia, Perusahaan Negara Tambang Emas Tjikotok, Perusahaan Negara Logam Mulia, PT Nickel Indonesia, Proyek Intan dan proyek Bapetamb. Nama pertama Perseroan ini adalah Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang, yang akhirnya mengubah nama dan statusnya pada September 1974 menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Aneka Tambang. Kemudian, pada Desember 1974 mengubah kembali namanya menjadi Perseroan Terbatas.
ANTM dalam hal untuk mendanai proyek ekspansi feronikel nya, di tahun 1997 ANTM menawarkan 35% sahamnya ke publik dan mencatatkan diri di BEI. Tidak hanya di Indonesia, ANTM pun mencatatkan sahamnya di Australia dengan status foreign exempt entity dan ditahun 2002 statusnya ditingkatkan menjadi ASX Listing dengan ketentuan lebih ketat.
Sebagai Perseroan yang bergerak dalam bidang usaha pertambangan berbagai jenis bahan galian dan bidang industri, perdagangan, pengangkutan dan jasa yang berkaitan dengan pertambangan jenis bahan galian tersebut. ANTM memiliki produk pertambangan seperti berikut : Emas, Feronikel, Bijih Nikel, Bijih Bauksit, Perak, Batubara, Logam Mulia lainnya.
Tahun 2017 lalu menjadi tahun yang positif bagi ANTM karena keberhasilan kinerjanya dalam meningkatkan utilisasi kapasitas operasi dan penjualan pada segmen feronikel. Adapun untuk segmen emas, ANTM berinovasi melalui produk Logam Mulia dan mengupayakan pengembangan pasar emas domestik dan ekspor. Hal tersebut sejalan dengan ekspansi ANTM dalam mengembangkan dan menyelesaikan proyek hilirisasi nya. Disisi lain, ANTM juga meningkatkan Proyek Pengembangan Pabrik Feronikel Pomalaa (P3FP) yang termasuk pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pomalaa dengan kapasitas 2×30 MW yang masuk fase operasi komersial. Kemudian, ANTM juga melaksanakan first piling Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) ditandai dengan proses konstruksi pembangunan pabrik feronikel di Halmahera Timur.
Jika Penulis meninjau lebih jauh, sebenarnya kegiatan usaha ANTM ini dibagi menjadi dua segmen operasi.
- Segmen operasi nikel ANTM, terdiri dari komoditas feronikel dan bijih nikel yang mampu memberi kontribusi sekitar 36% dari total penjualan bersih. Produksi komoditas feronikel ini dilakukan oleh Unit Bisnis Pertambangan (UBP) Nikel di Sulawesi Tenggara. Sementara ditahun yang sama, komoditas bijih nikel diproduksi dari tambang nikel di Pomalaa – Sulawesi Tenggara yang juga dioperasikan oleh UBP Nikel Sulawesi Tenggara dan tambang nikel di Pakal – Maluku Utara yang dikelola oleh UBP Nikel Maluku Utara. Sementara untuk mendukung segmen operasi nikel, ANTM di akhir tahun 2017 sudah memiliki tiga unit smelter feronikel dengan empat lini produksi yang berkapasitas gabungan sebesar 27.000 – 30.000 Tni (ton nikel dalam feronikel) per tahun seiring dengan proses penyelesaian tahap akhir P3FP.
- Segmen emas dan pemurnian ANTM terdiri dari aktifitas penambangan, pengolahan, pemurnian dan penjualan komoditas emas dan perak, serta penyediaan jasa pemurnian dan pengolahan logam mulia. Dan ditahun 2017, segmen usaha emas dan pemurnian ini memberi konstribusi sebesar 61% dari total penjualan bersih. ANTM juga memiliki dan mengoperasikan unit pemurnian logam mulia dengan kapasitas produksi tahunan 60 ton emas dan 250 ton perak. Khusus pemurnian logam mulia ANTM saat ini merupakan pemurnian logam mulia satu-satunya di Indonesia yang diberi Akreditasi oleh LBMA (London Bullion Market Association) yang memberi jaminan kepastian berat dan kemurnian produk emas Logam Mulia ANTM agar bisa diperdagangkan secara internasional. Lini pemurnian ini mejadi lini usaha utama Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian (UBPP) Logam Mulia.
- Selain itu ANTM juga memiliki segmen operasi lainnya yang terdiri dari komoditas bijih bauksit dan batubara yang memberikan kontribusi sekitar 3% terhadap total penjualan bersih ANTM ditahun 2017. Adapun operasi Bauksit, diproduksi oleh tambang bauksit Tayan – Kalimantan Barat yang dioperasikan oleh UBP Bauksit. Bauksit ini yang nantinya digunakan sebagai umpan pabrik CGA (Chemical Grade Alumina). Pabrik CGA Tayan ini merupakan pabrik berbasis proses Bayer dengan fasilitas kalsinasi yang menghasilkan produk CGA berupa aluminum hidroksida dan alumina. Aluminum hidroksida adalah produk perantara untuk menghasilkan bahan penjernih air, smelter grade alumina. Sedangkan, operasi batubara diproduksi dari tambang batu bara di Sarolangun – Jambi.
Rencana Ekspansi ANTM : Proyek Pembangunan SGAR
ANTM sendiri cukup ekspansif dalam beberapa tahun terakhir ini. Jika kita melihat Annual Report di tahun 2017, kita akan menemukan bahwa ANTM melakukan beberapa proyek pengembangan dan pengolahan mineral hilir utama di antaranya :
- ANTM melakukan Proyek Perluasan Pabrik Feronikel Pomalaa (P3FP). Yang ditahun 2017, P3FP telah masuk fase operasi komersial dan saat ini tengah ditingkatkan utilisasi operasi pabrik menjadi kapasitas maksimal produksi feronikel tahunan sebesar 27.000 – 30.000 Tni.
- ANTM juga berfokus pada Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) yang memiliki kapasitas produksi feronikel sebesar 13.500 Tni. Lokasi pabrik ini letaknya dekat cadangan dan sumber daya nikel utama di Halmahera Timur. Sampai diakhir tahun 2017 kemajuan fisik proyek tahap I line I tetap on track melebihi targetnya sebesar 35.99%, saat ini telah mencapai 37.92% dengan target konstruksi proyek ini selesai diakhir tahun 2018.
- Dan pada Oktober 2018 ini ANTM menargetkan pembangunan Pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah – Kalimantan Barat yang merupakan langkah diversifikasi pengolahan bauksit menjadi alumina. Pabrik ini diproyeksikan akan menghasilkan 1 juta ton SGA ditahap I.
Bagi Anda yang belum tahu apa itu SGAR, pada bagian ini Penulis akan memberikan gambaran singkatnya. Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) biasa disebut juga sebagai pemurnian alumina. Smelter nya sendiri merupakan bagian dari proses sebuah produksi yang berfungsi untuk membersihkan material bawaan yang tidak diinginkan / kotoran, sehingga harus dimurnikan pada smelter.
Sebagai informasi tambahan, pembangunan Smelter ini diwajibkan bagi emiten di sektor pertambangan Indonesia baik perusahaan besar maupun kecil. Hal ini berkaitan dengan berlakunya pelarangan ekspor mineral mentah ditahun 2014 dan terbukti dengan peraturan Pemerintah yang memberlakukan pelarangan tersebut pada 12 Januari 2014.
Pada awalnya, baik ANTM maupun PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) belum memiliki pabrik SGAR. Oleh karenanya, kedua perusahaan itu juga menjalin kerjasama dengan Aluminium Corporation of China Ltd (Chalco) Hongkong melalui penandatanganan kesepakatan pada 11 Oktober 2018 di acara Indonesia Investing Forum 2018, IMF World Bank Annual Meetings 2018 di Nusa Dua, Bali. Nilai investasi untuk pembangunan pabrik pengolahan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat diperkirakan membutuhkan dana sekitar US$ 850 juta dengan porsi diantaranya 30% ANTM, 40% Inalum, dan 30% Chalco. Chalco sendiri dipilih karena merupakan industri aluminium terintegrasi dan merupakan perusahaan terbesar di China dan terbesar kedua di dunia.
Benefit yang Diperoleh ANTM dari Pembangunan Pabrik SGAR
Pembangunan SGAR di Mempawah – Kalimantan Barat hingga saat ini masih berlangsung, ANTM menargetkan pembangunan SGAR rampung di akhir 2020 dengan target operasional diawal tahun 2021. Dalam proses pembangunannya ANTM merencanakan konstruksi proyek SGAR dilakukan dalam dua tahap, dengan total kapasitas produksi 2 juta metrik ton produk alumina per tahun. Untuk tahap pertama ANTM akan membangun pabrik SGAR dengan kapasitas 1 juta metrik ton per tahun, dengan kebutuhan bijih bauksit 6 juta wmt per tahun. Targetnya sudah bisa ground breaking di Kuartal IV tahun 2018 dan saat ini sudah masuk tahap tender Engineering, Procurement, Construction (EPC).
Proses Smelter ini juga berguna dalam menambah nilai jual dari mineral. Proyek pembangunan smelter ini adalah bagian dari upaya hilirisasi PT Inalum (Persero) sebagai Holding Industri Pertambangan dan ANTM dalam meningkatkan nilai tambah produksi bauksit menjadi alumina, yang diproyeksikan akan meningkatkan nilai tambah hingga 16 kali lipat. Sedangkan, Alumina adalah bahan baku utama untuk memproduksi aluminium ingot. SGAR ini nantinya juga dapat mengolah cadangan bauksit yang dimiliki ANTM dan Inalum. Dengan adanya Pabrik SGAR ini, ke depannya ANTM bisa lebih fokus pada proyek-proyek hilir yang telah dimilikinya. Demikian pula, pembangunan pabrik pengolahan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) merupakan proyek hilirisasi produk tambang yang akan mengurangi ketergantungan pasokan luar negeri dan menggerus devisa impor.
Pembangunan pabrik SGAR ini juga akan mendukung proyek-proyek ANTM lainnya seperti Proyek Perluasan Pabrik Feronikel Pomalaa (P3FP) dan Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan cash cost ANTM dalam menjalankan proyek-proyeknya tersebut, ANTM nantinya bisa mendapatkan dampak positif dalam menjaga tingkat biaya tunai feronikel tetap rendah sebesar US$ 3.52 per lb ditahun 2017 atau sebesar Rp 53 triliun rupiah. ANTM terus meningkatkan efisiensi dan melakukan penghematan, tercatat di tahun 2017 saja ANTM total efisiensinya sudah mencapai Rp 69.11 miliar atau 149% dari targetnya yang hanya Rp 46.44 miliar.
Di sepanjang tahun 2017 ANTM berhasil meningkatkan performa produksi dan penjualan komoditas inti dari feronikel, emas, bijih nikel dan bijih bauksit. Pencapaian operasional positifnya itu berdampak positif bagi peningkatan nilai penjualan bersih ANTM sebesar 39%. ANTM mencatatkan nilai penjualan bersih sebesar Rp 12.65 triliun atau naik sebesar 39% di tahun 2017.
Sumber Pendanaan Pabrik SGAR : Apakah Membebani ANTM ?
Lantas bagaimana dengan sumber dana yang ANTM peroleh dalam membiayai proyek pembangunan pabrik SGAR ini ? Untuk menyelesaikan proyek pabrik pemurnian (SGAR) nya ANTM mengambil langkah dengan melakukan patungan (joint venture) bersama PT Inalum (Persero) dan MoU dengan PT Pelindo II (Persero) untuk pengembangan pelabuhan Mempawah. Berikut ini adalah informasi berdasarkan sumber Proyek Pengembangan ANTM :
Penjelasan Proyek SGAR (Sumber : website ANTAM)
Penulis sendiri belum mendapatkan informasi detail apakah ANTM akan mendanai Pabrik SGAR ini dengan kas internal ataukah dengan pinjaman. Namun berdasarkan peninjauan Penulis, rencana penyelesaian proyek hilirisasi ANTM ini rupanya didorong dari kondisi keuangan ANTM di Kuartal I tahun 2018 yang cukup baik, terlihat dari Kas ANTM sebesar Rp 6.07 triliun pada saat itu.
Di lain pihak, Penulis melihat jika ANTM mengambil pilihan untuk mendanai dengan pinjaman juga masih cukup aman. Sebagai gambaran, saat ini ANTM memiliki Ekuitas sebesar Rp 18.85 triliun sedangkan Liabilitasnya sebesar Rp 12.48 triliun. Atau dengan kata lain, saat ini DER ANTM hanya sebesar 0.66x. Mempertimbangkan saat ini ANTM hanya memiliki DER sebesar 0.66x artinya ANTM pun masih memiliki cukup ruang untuk mengajukan pinjaman untuk pembangunan pabrik SGAR ini.
Kesimpulan
Dengan proyek pembangunan SGAR ini, ANTM sendiri turut mendanai investasinya sebesar 30%. Dan sisa dana lainnya dari PT Inalum (Persero) sebear 40% serta Chalco yang sebesar 30%. Hal ini karena proyek pembangunan SGAR ini merupakan (Joint Venture) dari ketiga perusahaan tambang tersebut yang disepakati pada acara IMF World Bank di Nusa Dua – Bali kemarin.
Kondisi keuangan ANTM sendiri masih cukup aman dalam pembangunan pabrik SGAR ini. Jika didanai dengan kas internal, ANTM juga masih memiliki kas dalam jumlah besar. Demikian pula jika didanai dari pinjaman, ANTM juga masih memiliki ruang yang cukup untuk mengajukan pinjaman. Melalui langkah Joint Venture, maka proyek ANTM ini seharusnya tidak membebani Arus Kas dari ANTM.
Kembali ke pertanyaan awal, apakah dengan pembangunan pabrik SGAR ini akan berpengaruh positif bagi ANTM? Jawabannya adalah Ya. Dengan pembangunan pabrik SGAR ini akan meningkatkan nilai tambah bagi produksi bauksit nya. Namun tentu saja, membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk dapat melihat efek ke depannya seperti apa. Penulis sendiri lebih suka wait and see terlebih dulu terhadap perkembangan ANTM sambil melihat efek pembangunan SGAR ini dalam Laporan Keuangan nya nanti.
###
Info:
mantap koh.. dalem analisanya
Wait and see, (sabar) sebuah kelebihan yang haru dimiliki investor yaa Pak