Terakhir diperbarui Pada 27 Februari 2019 at 2:16 pm
Minggu lalu, Penulis sudah membahas beberapa hal yang Penulis sebut sebagai The Beauty of Investing. Di mana investasi di pasar modal adalah pekerjaan yang sangat-sangat unik. Penulis membagikan beberapa hal dari Pengalaman Penulis dalam artikel tersebut.. Artikel the beauty of investing 2 ini adalah bagian kedua. Jika Anda belum membaca Artikel yang Pertama, Anda bisa baca kembali artikel sebelumnya terlebih dahulu.
Okay, kita langsung saja membahas The Beauty of Investing yang kedua. Semoga bermanfaat…
Daftar Isi
The Beauty of Investing 2 (part 2)
#4 Time is An Investor’s Best Friend
Sepanjang perjalanan di pasar saham sejauh ini, Penulis menyadari bahwa waktu adalah teman baik bagi seorang investor. Penulis percaya bahwa tidak ada yang namanya kesuksesan dalam semalam. Bahkan jika ada, hal tersebut tidak berkelanjutan. Sukses berasal dari disiplin, konsistensi, ketekunan, dan yang paling penting adalah kesabaran.
Seringkali seorang investor / trader menghabiskan waktu dari jam 9 pagi sampai jam 4 sore, hanya untuk memperhatikan pergerakan harga saham. Dan berharap harga sahamnya akan segera naik begitu ia membelinya. Well, Penulis ingin kembali mengingatkan agar jangan terpaku pada layar komputer Anda. Harga saham tidak akan bergerak hanya karena Anda menghabiskan waktu untuk memperhatikan pergerakan harga saham harian. Uang yang diinvestasikan dalam bisnis yang baik, dalam periode waktu yang cukup akan memberikan investor return di atas rata-rata. Jadi adalah tugas seorang investor untuk menemukan bisnis yang baik, membelinya pada harga yang baik, dan memberikan kesempatan waktu yang cukup bagi bekerjanya investasi kita. Berinvestasilah untuk jangka panjang. Dan biarkan keajaiban compounding interest bekerja menghasilkan uang untuk Anda.
[Baca Juga : Great Investment Requires Time]
Waktu juga menjadi teman baik bagi seorang investor. Ketika pasar berada dalam periode bearish, kebanyakan orang akan panik. Dengan cepat menjual kepemilikan mereka, dan khawatir kerugian mereka akan meningkat jika mereka tidak bertindak secara cepat. Hal ini terdengar sangat logis karena tanpa disadari, kita telah didoktrin untuk lari secepatnya ketika sebuah ancaman muncul. Kejatuhan pasar saham adalah bencana bagi investor rata-rata. Tetapi merupakan peluang atau opportunity bagi seorang investor yang memiliki kesabaran.
Untuk memahami bahwa waktu adalah teman baik bagi seorang investor / trader, Anda perlu memiliki mindset yang benar pula. Jika Anda mencari definisi kata saham di Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Saham adalah surat berharga yang menunjukkan sebagian kepemilikan kita atas suatu perusahaan. Dengan membeli saham artinya Anda memiliki hak atas kepemilikan sebuah perusahaan. Dengan demikian, cara berpikir kita seharusnya tidak berbeda dengan pemilik perusahaan. Seperti Nadiem Makariem yang mendirikan Gojek, Mark Zuckerberg yang mendirikan Facebook. Lalu ada Buffett yang memiliki Berkshire, Jeff Bezos yang mendirikan Amazon, Bill Gates yang mendirikan Microsoft. Dan Steve Jobs yang mendirikan Apple.
Namun demikian, pembentukan harga di bursa saham serta arus informasi yang demikian cepat dapat dengan mudah menjadikan orang-orang menganggap pasar modal adalah meja judi. Coba Anda bayangkan dalam kehidupan bisnis yang nyata. Jika Anda memiliki perusahaan yang baik dan berkembang, bukankah Anda ingin terus menjadi pemilik dari perusahaan itu, dan tidak ingin melepaskannya?. Sebagai pemilik Perusahaan, Anda tahu bahwa membutuhkan waktu agar perusahaan bisa berkembang. Dan seharusnya Anda tahu bahwa membutuhkan waktu agar harga sahamnya meningkat.
#5 Investor Retail Memiliki Privilege Ketimbang Investor Institusi
Seringkali sebagai seorang investor retail, kita terlalu berkecil hati. Penulis juga sering mendengar bahwa Investor Institusi (seperti hedge fund dan asset management) jauh lebih canggih dan bisa memberikan profit yang jauh lebih besar. Benarkah demikian? Well, Penulis salah satu yang tidak setuju dengan pendapat tersebut. Padahal, kita memiliki begitu banyak kelebihan menjadi seorang investor retail.
Salah satu privilege yang dimiliki oleh seorang investor retail adalah bisa masuk ke saham-saham tertentu termasuk saham kategori second liner. Di mana seringkali value opportunity justru muncul dari saham-saham second liner. Sedangkan investor institusi memiliki serangkaian aturan yang ketat seperti misalkan batas minimum Market Cap. Atau batas minimum rata-rata volume transaksi per hari, dsb. Bahkan ada beberapa Investor institusi yang hanya diperbolehkan melakukan transaksi yang masuk di dalam sebuah indeks (misalkan indeks LQ45 ataupun indeks MSCI). Jika melakukan transaksi di luar indeks tersebut, maka keputusannya akan dipertanyakan.
[Baca Juga : Mitos Investor Besar dan Investor Kecil]
Privilege lainnya yang dimiliki oleh seorang investor retail adalah bisa mengatur kapan saat yang tepat untuk full posisi di saham dan kapan saat yang tepat untuk memegang cash. Investor institusi mungkin tidak mendapatkan privilege seperti ini, di mana menyimpan dana dalam bentuk cash sama dengan tidak bekerja. Padahal menyimpan dana dalam bentuk cash terkadang adalah strategi yang terbaik di saat tersebut, misalkan ketika indeks sedang tinggi-tingginya dan harga saham rata-rata berada pada area overvalued dan tidak menawarkan opportunity yang menarik. Bagaimana kalau market tidak menawarkan opportunity yang menarik? Kita bebas untuk tidak melakukan apapun. Dalam bursa saham, tidak ada yang mengharuskan kita agar terus-menerus aktif melakukan transaksi setiap harinya. Pada saat pasar saham tidak menawarkan harga yang menarik, maka seorang investor retail bisa memegang uangnya dalam bentuk cash dan menunggu saat market menawarkan opportunity yang lebih menarik.
Dan privilege yang paling mewah bagi seorang investor retail adalah investor retail tidak memiliki kewajiban untuk melaporkan hasil investasinya kepada siapapun. Sebaliknya, investor institusi memiliki kewajiban untuk melaporkan hasil investasi kepada orang-orang yang mempercayakan dana investasi kepadanya untuk dikelola, biasanya per bulan. Jika misalkan dalam waktu beberapa bulan hasil investasinya belum menunjukkan hasil, maka client biasanya akan mulai mempertanyakan mengapa dana investasinya tidak bertumbuh. Padahal, kita tahu bahwa saham-saham yang “salah harga” terkadang membutuhkan waktu yang cukup panjang sampai market menyadari bahwa saham tersebut salah harga. Tekanan semacam ini tidak perlu dirasakan oleh investor retail.
#6 Investing is Not About Competition. It’s about controlling yourself in your own game.
Ini adalah The Beauty of Investing yang Penulis paling suka : Tidak ada kompetisi di dalam investasi. Jika kita mendirikan sebuah bisnis, maka kita tidak hanya berhadapan dengan pelanggan, melainkan juga berhadapan dengan kompetitor, apalagi jika bisnis tersebut tidak memiliki economic moat yang tinggi. Masih ingat ketika bisnis Bubble Tea mulai booming? Mungkin dulu kita hanya mengenal Quickly dan Hop-Hop, namun saat ini sudah ada merk-merk lain seperti ShareTea, Calais, Chatime, Come Buy, Coco, Gong Cha, KOI, Fat Bubble, dan merk lokal lainnya. Demikian pula ketika bisnis Thai Tea mulai booming, kalau Penulis gak salah awalnya hanya ada satu : Dum Dum. Namun seiring dengan boomingnya bisnis ini, mulai muncul competitor lain seperti : Think Thai, Chapayom, Tuk Tuk Cha, Chang Tea, Sa Wa Dee Cup, Naam Thai, dll. Dan masih banyak contoh lainnya (bisnis power bank, bisnis Indomie konsep modern, dll)
Dalam berinvestasi, kita bisa meraih uang tanpa perlu mengenal kompetisi. Jika ada 1000 orang memegang saham BBRI di harga 3000, dan kemudian harga sahamnya bergerak naik ke 3500, maka 1000 orang tersebut masing-masing akan mendapatkan profit sesuai dengan jumlah lot yang dimilikinya masing-masing. Lalu bagaimana dengan orang yang baru membeli BBRI di harga 3500? Sama saja, jika harga saham BBRI kemudian naik lagi ke 4000, maka orang yang membeli BBRI di harga 3500 juga akan mendapatkan profit sesuai dengan jumlah lot yang dimilikinya.
Cuma terkadang kita nya sendiri yang seringkali menganggap rumput tetangga lebih hijau. Misalkan saham yang kita pegang ternyata harganya belum naik, sementara saham yang dipegang teman kita sudah naik, kita beranggapan bahwa kita kalah dan teman kita menang. Apakah benar demikian? Jika Anda baca lagi sub judul di atas : Investing is Not About Competition. It’s about controlling yourself in your own game, maka sebenarnya tidak relevan jika Anda membandingkan pencapaian investasi Anda dengan teman Anda tadi. Anda sedang berada di dalam arena pertandingan Anda sendiri. Siapa lawannya? Diri Anda sendiri. Jika kita mampu mengontrol Fear dan Greed, maka sejatinya Anda akan memenangkan pertandingan yang sedang Anda jalani.
Kesimpulan
Waktu adalah teman baik bagi seorang investor. Dengan membeli perusahaan yang baik, pada harga yang baik, dan memberikannya waktu yang cukup untuk bertumbuh merupakan salah satu kunci kesuksesan bagi seorang investor.
Anggapan bahwa investor institusi jauh memiliki keunggulan ketimbang kita, investor retail, tidak sepenuhnya tepat. Meskipun investor institusi memiliki tim riset ataupun peralatan yang canggih, namun investor retail memiliki banyak keistimewaan yang tidak dimiliki oleh investor institusi.
Dan dalam investasi, sejatinya kita tidak berkompetisi dengan siapapun, kecuali dengan diri kita sendiri. Apabila kita mampu mengontrol fear dan greed, maka kita akan mampu untuk memenangkan pertandingan Anda sendiri di dalam pasar modal.
Sekian beberapa hal yang Penulis rangkum mengenai The Beauty of Investing. Untuk minggu depan, kita akan membahas sedikit mengenai sektor Poultry..
Info:
- Monthly Investing Plan Juli 2018 akan segera terbit, Anda dapat memperolehnya di sini.
- Join Our Telegram Channel : t.me/ValueInvestingIndonesia untuk mendapatkan update tentang Value Investing. Gratis !
- Jadwal Workshop Value Investing dapat dilihat di sini. Info lebih lanjut WA 0896-3045-2810 (Johan)
Tags : | the beauty of investing 2 | the beauty of investing 2 | the beauty of investing 2 | the beauty of investing 2 | the beauty of investing 2 | the beauty of investing 2 |