Harga Batubara Makin Turun

Sampai dengan pertengahan Februari 2025, harga batubara di pasar global masih belum memperlihatkan tanda-tanda bangkit. Justru sebaliknya harga batubara makin turun nyaris mendekati level paling terendahnya dalam empat tahun terakhir ini!

 

Artikel ini dipersembahkan oleh:

LOGO-THE-INVESTOR

 

Pergerakan Harga Batubara

Pergerakan harga batubara. Source: tradingeconomics.com

Saat ini harga batubara terus mengalami penurunan. Sejak pertengahan bulan Oktober 2024 sampai sekarang harganya sudah turun 33% dari level USD 153 per ton, menjadi hanya USD 103 per ton. Lalu bagaimana proyeksi harga batubara di tahun 2025 ini, apakah ada potensi kembali naik?

 

Negara Dengan Kontribusi Batubara Terbesar Dunia

Dari International Energy Agency (IEA), konsumen batubara terbesar di dunia pada tahun 2023 adalah China, dengan konsumsi mencapai 4.8 miliar ton, atau 56% dibandingkan konsumsi batubara secara global yang mencapai 8.6 miliar ton.

Kemudian posisi kedua ada India, yang mengkonsumsi batubara sebesar 1.2 miliar ton atau 14% dari total konsumsi global. Tahun 2024 pertumbuhan permintaan dari China diestimasi hanya 1.1% saja. Sedangkan dari India mencapai 5.6% pertumbuhannya, dengan total permintaan secara global hanya tumbuh 1% saja. Sedangkan CAGR dari tahun 2024 – 2027 permintaan China hanya tumbuh 0.4%, India 2.6%, dan secara global hanya naik 0.4%. Dari data ini kita bisa memproyeksi bahwa tahun ini dan ke depannya harga batubara akan cukup lesu, karena permintaan yang tumbuh tipis.

Kemudian dari sisi produksi, China juga menjadi yang terbesar mencapai 4.6 miliar ton. Ini mencapai 51% dari total produksi global. Sedangkan posisi kedua masih dari India, dengan produksi mencapai 1 miliar ton atau berkontribusi 11%. Indonesia berada di urutan ketiga dengan produksi mencapai 775 juta ton.

Produksi batubara global diproyeksi akan terus menurun pada tahun 2025, hingga tahun 2027. Hal ini berkaitan dengan permintaan yang diproyeksi tumbuh tipis, karena adanya peralihan ke energi terbarukan.

Indonesia sendiri menjadi eksportir batubara terbesar dunia yang mencapai 521 juta ton. Jika dibandingkan dengan produksinya, maka ekspor ini mencapai 67%. Sayangnya ekspor batubara Indonesia diproyeksi akan terus menurun. Meskipun secara global juga akan menurun, karena permintaan yang lemah tadi.

Untuk negara importir batubara terbesar berasal dari China yang mencapai 481 juta ton. Sedangkan India pada posisi kedua dengan 248 juta ton. Jadi dari data konsumsi, produksi, dan impor ini memperlihatkan bahwa China dan India menjadi negara utama yang mempengaruhi permintaan dan penawaran batubara global. Yang tentu saja akan berpengaruh ke penurunan harga batubara, ketika salah satu dari dua negara ini mengurangi konsumsi atau meningkatkan produksinya.

 

Penyebab Harga Batubara Makin Turun

Setelah kita mengetahui bahwa China menjadi kontributor batubara terbesar di dunia. Maka supply dan demand dari negara tersebut akan sangat berpengaruh terhadap harga batubara dunia. Penyebab utama harga batubara yang turun lebih dari 30% sejak pertengahan Oktober 2024 lalu, disebabkan oleh produksi batubara China yang sangat tinggi. Di mana pada bulan November 2024, rata-rata produksi batubara China mencapai 14.27 juta ton per hari. Angka ini bahkan lebih tinggi dibandingkan bulan Oktober 2024 yang mencapai 12.28 juta ton.

Tidak hanya itu, pelemahan harga batubara juga ditambah dengan tingginya hujan di pusat manufaktur China. Sehingga ada peralihan dari pembangkit listrik tenaga batubara ke pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Mayoritas konsumsi batubara di China yang dipakai untuk pembangkit listrik mencapai 63% dari total konsumsi. Maka peralihan tersebut bisa membuat konsumsi batubara menurun, disaat produksi China naik tinggi.

 

 

Bagaimana Dengan Proyeksi Harga Batubara di Tahun 2025 Ini?

Dari beberapa sumber memberikan proyeksi yang berbeda dengan kisaran harga pada level USD120 – USD135 per ton di tahun ini. Tradingeconomics, memproyeksi harga batubara dalam 12 bulan ke depan akan diperdagangkan pada level USD135 per ton. Kemudian bank dunia, memproyeksi harga batubara akan diperdagangkan pada level USD120 per ton.

Tahun 2025 ini memang harga batubara berpotensi masih tertekan. Hal ini disebabkan oleh ekonomi yang masih lemah di China dan India. Kemudian meningkatnya peralihan ke energi terbarukan, dan produksi batubara yang cukup kuat di China dan India.

Saat ini ekonomi China masih menunjukkan kondisi yang kurang baik. Di mana sektor properti masih lemah, ini terlihat dari data harga rumah baru di 70 kota di China yang terus menunjukkan pelemahan dalam 18 bulan berturut-turut. Upaya yang selama ini dilakukan seperti adanya insentif dalam memperbaiki sektor properti juga masih belum memberikan hasil signifikan.

CN Housing Index. Source: tradingeconomics.com

Kemudian sektor manufaktur China juga sedang berjuang dalam perbaikan. Dimana posisi Desember 2024, sektor manufaktur China berada pada level 50,5 poin, ini mendekati level kontraksi.

Produksi batubara China yang naik tinggi, disisi lain perekonomian China yang masih belum pulih, membuat harga batubara cukup tertekan saat ini.

CN Manufacturing PMI. Source: tradingeconomics.com

Harapannya ekonomi China tahun 2025 ini bisa terus membaik terutama dari sektor properti dan manufaktur. Sehingga permintaan batubara akan kembali menguat. Di mana batubara termal bisa digunakan sebagai pembangkit listrik pada sektor manufaktur. Jadi ketika manufaktur China membaik, maka permintaan batubara termal juga akan tinggi. Ini juga berlaku untuk batubara metalurgi yang digunakan untuk pembuatan baja.

Kemudian dari sisi sektor properti, pembuatan baja ini digunakan dalam konstruksi pada pembangunan rumah. Jadi kedua sektor ini cukup penting dalam kenaikan permintaan batubara ke depannya.

Terkait energi terbarukan di China, saat ini kapasitas pembangkit listrik terpasang China sekitar hampir 50%-nya berasal dari energi terbarukan, jadi ini sudah besar. Energi terbarukan tersebut menyediakan sekitar sepertiga dari total konsumsi listrik yang ada di China.

Lalu bagaimana dengan India? Ekonomi India saat ini sedang dalam tren pelemahan, di mana GDP Q3 2024 secara tahunan di angka 5.4% dari sebelumnya Q2 2024 sebesar 6.7%. Namun sektor manufaktur India masih kuat. Secara historis selalu di atas 50 poin, bahkan Januari 2025 mencapai 58 poin. Jadi bisa dibilang permintaan batubara India masih cukup baik dalam memenuhi sektor manufaktur.

India sendiri memiliki target yang cukup tinggi dalam produksi batubara. Di mana mereka akan membuka beberapa tambang baru, seperti Tambang Gevra yang akan diperluas sampai bisa memproduksi batubara sebesar 70 juta ton per tahun. Yang membuat tambang ini menjadi paling besar di kawasan Asia.

India juga akan membuat bursa batubara domestik, ini dilakukan untuk meningkatkan likuiditas dan mendukung transparansi harga batubara. India juga gencar dalam melakukan peralihan ke energi terbarukan, di mana tahun 2024 diperkirakan penggunaan batubara untuk pembangkit listrik mencapai 74%, dan tahun 2027 menjadi 66% saja. Pertumbuhan pembangkit listrik energi terbarukan diperkirakan mencapai 16% per tahun.

Dari data tersebut, energi terbarukan akan memiliki peran besar dalam penurunan harga batubara ke depannya. Jika kita melihat data dibawah ini, ada proyeksi listrik yang dihasilkan dari energi terbarukan bertambah sekitar 3.400 TWh dari tahun 2024 ke 2027. Di mana total listrik yang dihasilkan dari seluruh pembangkit listrik di dunia pada tahun 2027 mencapai 34.559 TWh. Jadi ke depannya akan ada ekspansi cukup besar pada listrik, yang dihasilkan dari energi terbarukan.

 

Kesimpulan

Walaupun India merupakan salah satu negara dengan konsumsi batubara terbesar di dunia. Tetapi menurut Penulis China tetap menjadi penentu masa depan batubara. Dengan ekonomi China yang belum benar-benar pulih, maka harga batubara masih akan cukup tertekan ke depannya. Tapi nanti jika ekonomi China secara keseluruhan mulai pulih, seharusnya harga batubara bisa kembali menguat karena naiknya permintaan batubara.

Terlepas dari itu, ada skenario lain, ketika ekonomi China sudah mulai pulih tapi harga batubara masih rendah. Ini menunjukkan bahwa batubara sudah tidak memiliki prospek cerah ke depannya. Konsumen batubara terbesar dari China, jika permintaan batubara stagnan ketika ekonomi China pulih, artinya batubara sudah mulai ditinggalkan.

Pelemahan permintaan dan harga batubara ini tentu saja akan berdampak negatif terhadap kinerja emiten batubara di Indonesia. Sehingga saat ini banyak emiten batubara yang melakukan diversifikasi usaha, seperti masuk ke bisnis nikel, kemudian ada juga yang membangun pembangkit listrik dari energi terbarukan.***

 

###

 

DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!

 

Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

reCaptcha v3
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *