Daftar Isi
Artikel telah ditinjau oleh: Stock Market Analyst RK Team
Proses FILM akuisisi mayoritas saham NETV sebesar 80.05% masih terus bergulir sampai sekarang. Guna mencapai akuisisi yang diharapkan, perusahaan rumah produksi milik Manoj Punjabi ini menggelontorkan dana akuisisi sebesar Rp1.65 triliun dan telah menandatangani sejumlah dokumen transaksi yang dilakukan pada 26 Agustus 2024. FILM optimis langkah besarnya dalam mengakuisisi saham NETV akan berimbas positif pada pertumbuhan bisnisnya untuk mendominasi media hiburan. Lantas bagaimana dengan kemampuan FILM dalam aksi korporasi ini dan apa yang menjadi tujuannya?
FILM Akuisisi Mayoritas Saham NETV
Dalam satu bulan terakhir, PT MD Entertainment Tbk (FILM) tengah mempersiapkan diri untuk mengakuisisi sebanyak 80.05% saham PT Net Visi Media Tbk (NETV). Akuisisi tersebut telah mencapai lebih dari 50% nilai ekuitas yang dimiliki FILM, berdasarkan pada laporan keuangan. Dengan itu, maka FILM menjadi pengendali baru atas NETV.
Alasan FILM akuisisi mayoritas saham NETV, setidaknya telah sesuai dengan POJK No. 9 Tahun 2018 yang berbunyi, pengambilalihan dalam rangka penambahan modal di perusahaan terbuka yang sedang dalam kondisi kesulitan keuangan, dikecualikan dari kewajiban penawaran tender wajib.
Namun untuk lebih menguatkan langkahnya, FILM juga akan kembali menyelenggarakan RUPSLB di 4 Oktober 2024 mendatang untuk membahas proses akuisisi saham NETV. Dengan pembahasan mengenai:
- Persetujuan rencana FILM untuk melakukan transaksi material atas akuisisi saham NETV, dengan rangkaian berikut:
- Perjanjian Jual Beli Saham (PJBS) Bersyarat Utang yang dibuat oleh FILM dan NETV. Di mana FILM akan membeli utang dan menerima pengalihan Aset Utang dari NETV dengan cara Dengan harga pembelian sesuai PJBS Utang senilai Rp661.94 miliar yang mewakili 75% dari total jumlah, kewajiban dan tanggung jawab NETV terhadap tagihan Newton Capital Limited, sesuai Perjanjian Pinjaman NETV kepada FILM.
- Perjanjian Penyertaan Saham Bersyarat (PPSB) yang dibuat oleh FILM dan NETV. Di mana NETV akan menerbitkan sebanyak 25.22 miliar saham seri baru di NETV dengan nilai nominal Rp50 per saham (setelah penggabungan saham). Total nilai pengambilan bagian senilai Rp1.26 triliun, hal ini yang kemudian menimbulkan perubahan pengendalian NETV ke tangan FILM. Adapun rinciannya:
- 13.23 miliar saham seri B (baru) sebagai hasil konversi Aset Utang dan harga konversi di Rp50 per saham, dengan nilai Rp661.94 miliar.
- 11.98 miliar saham seri B (baru) hasil penyertaan modal FILM yang akan disetor secara tunai dan harga pengambilan bagian senilai Rp50 per saham, dengan nilai Rp599.10 miliar.
- Perjanjian Penyertaan Saham Bersyarat (PPSB) yang dibuat oleh FILM dan NETV. Di mana NETV akan menerbitkan sebanyak 25.22 miliar saham seri baru di NETV dengan nilai nominal Rp50 per saham (setelah penggabungan saham). Total nilai pengambilan bagian senilai Rp1.26 triliun, hal ini yang kemudian menimbulkan perubahan pengendalian NETV ke tangan FILM. Adapun rinciannya:
- Perjanjian Jual Beli Saham (PJBS) di NETV yang dibuat oleh FILM sebagai pembeli, dan PT Teladan Investama (TI), PT Indika Inti Holdiko (IIH), dan PT Sinergi Lintas Media (SLM) sebagai penjual saham. Maka FILM akan membeli sebanyak 7.88 miliar saham NETV yang masing-masing nilai nominalnya Rp200 per saham (setelah penggabungan saham), mewakili 19.07% dari modal ditempatkan dan modal disetor NETV setelah dikeluarkannya saham baru, dengan total keseluruhan harga pembelian senilai Rp394.44 miliar, yang terdiri:
- 5.90 miliar saham Seri A NETV dari SLM dengan nilai nominal Rp200 per saham (setelah penggabungan saham), akan mewakili 14.27% dari modal ditempatkan dan modal disetor NETV setelah dikeluarkannya saham baru.
- 667.03 juta saham Seri A NETV dari IIH dengan nilai nominal Rp200 per saham (setelah penggabungan saham), akan mewakili 1.61% dari modal ditempatkan dan modal disetor NETV setelah dikeluarkannya saham baru.
- 1.31 miliar saham Seri A NETV dari TI dengan nilai nominal Rp200 per saham (setelah penggabungan saham), akan mewakili 3.19% dari modal ditempatkan dan modal disetor NETV setelah dikeluarkannya saham baru.
Berikut ini rinciannya:
PJBS NETV. Source: Keterangan Halaman 18. Ringkasan Perjanjian Rencana Transaksi Material FILM
- Perubahan kegiatan usaha berkenaan dengan pengambilalihan NETV, di mana setelah ini NETV resmi menjadi perusahaan terkendali FILM. Termasuk dengan laporan keuangan NETV yang juga akan terkonsolidasi dengan laporan keuangan FILM.
- Persetujuan atas rencana penambahan kegiatan usaha siaran televisi, beserta dengan Perencanaan studi kelayakan untuk menambah kegiatan usaha.
- FILM juga akan meminta persetujuan para pemegang saham di 4 Oktober 2024 nanti, berkenaan dengan rencana peningkatan modal tanpa memberikan hak memesan efek terlebih dulu, sebanyak-banyaknya 951.1 juta lembar atau setara 10% dari modal ditempatkan dan disetor atau PMTHMETD I.
PMTHMETD (private placement) yang disebutkan di atas, adalah strategi FILM untuk mendapatkan sumber dana agar bisa membiayai transaksi akuisisi NETV.
Terlepas dari rencana PMTHMETD, rupanya FILM sendiri telah mendapatkan pinjaman bank senilai Rp795 miliar. Hal ini tertuang dalam keterbukaan informasi yang FILM rilis:
Dampak rencana transaksi material FILM. Source: Keterbukaan Informasi FILM.
Tujuan FILM Akuisisi Mayoritas Saham NETV
Keputusan FILM akuisisi mayoritas saham NETV tidak lepas dari sejumlah pertimbangan, dengan tujuan antara lain:
- Untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis FILM, melalui pengembangan teknologi pada berbagai platform digital sehingga dapat mendongkrak minat penonton. FILM juga dapat memperluas perannya dalam industri media, hiburan, dan penyiaran televisi.
- Sebagai langkah investasi FILM melalui peningkatan kepemilikan saham dan memiliki akses dalam pengambilan keputusan bisnis NETV. Terlebih lagi, FILM juga melakukan pembelian saham PT Teladan Investama (TI), PT Indika Inti Holdiko (IIH), dan PT Sinergi Lintas Media (SLM) sebagai langkah perpanjangan bisnis FILM. Pasalnya posisi FILM pada transaksi pembelian saham TI, IIH, dan SLM ialah sebagai pemegang saham pengendali dengan jumlah kepemilikan mayoritas. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi dan juga efektivitas dalam operasional FILM, khususnya untuk proses pengambilan keputusan bisnis bagi NETV.
- Potensi peningkatan kinerja keuangan yang terkonsolidasi antara FILM dan NETV. Dengan harapan penjualan konten di saluran distribusi televisi meningkat, sehingga kinerja top line FILM juga akan terdongkrak.
- Peluang untuk memanfaatkan keunggulan yang dimiliki NETV, yang dapat mendukung pengembangan bisnis FILM dan akan meningkatkan kapitalisasi pasar di skala global. Pada gilirannya ini akan menjadi add value bagi para pemegang saham FILM.
Tidak hanya itu, dengan FILM akuisisi mayoritas saham NETV. Maka NETV sendiri juga akan diuntungkan oleh keberadaan FILM, karena mendapatkan akses terhadap kapabilitas produksi FILM yang harapannya akan bisa mendorong NETV menjadi lebih kompetitif. Terlebih lagi, mengacu pada informasi keuangan konsolidasi FILM yang sudah direview oleh akuntan publik, diperkirakan bahwa NETV akan berkontribusi pada pendapatan FILM sekitar 20%. Di mana hal ini akan membantu meningkatkan pendapatan FILM kedepannya dan kedua belah pihak akan sama-sama diuntungkan.
Jadi secara garis besar, FILM akuisisi mayoritas saham NETV tidak lepas dari optimisme terhadap perolehan kontribusi yang lebih positif pada kinerja keuangan yang akan terkonsolidasi, pasca akuisisi usai.
[Baca lagi: SCMA Akuisisi Saham Benson Media Kreasi. Apa Benefitnya Bagi SCMA?]
Bagaimana Kinerja Fundamental FILM?
Bukan tanpa perhitungan keputusan FILM akuisisi mayoritas saham NETV, apalagi dengan keputusannya mengambilalih asset utang NETV. Lantas seberapa positifnya kinerja FILM sampai kuartal II-2024?
Profitabilitas
Laporan keuangan FILM kuartal II-2024 mencatatkan kinerja penjualan yang meningkat 5.90% YoY menjadi Rp217.41 miliar, dibandingkan kinerja kuartal II-2023 yang sebesar Rp205.28 miliar. Dengan kontribusi penjualan terbesar hanya berasal dari Layar lebar yang meningkat signifikan 61.37% YoY menjadi Rp173.40 miliar, dari periode sebelumnya yang sebesar Rp107.45 miliar.
Catatan no. 23 Penjualan FILM Kuartal II-2024. Source: Laporan Keuangan FILM Kuartal II-2024
Dengan Beban Pokok Penjualan naik 16.73% YoY menjadi Rp74.09 miliar, dari sebelumnya Rp63.47 miliar. Imbas dari kenaikan Amortisasi asset film yang nilainya mencapai Rp65.65 miliar. dan juga Beban operasional gedung yang naik menjadi Rp7.13 miliar.
Catatan no. 24 Beban Pokok Penjualan Kuartal II-2024. Source: Laporan Keuangan FILM Kuartal II-2024
Hal tersebut membuat FILM dapat mencatatkan pertumbuhan laba kotor yang naik 1.05% YoY menjadi Rp143.31 miliar, dari sebelumnya hanya Rp141.81 miliar.
Meski penjualan dan laba kotor FILM tumbuh positif, namun cukup disayangkan dengan Beban Usaha yang tercatat membengkak 4.67% YoY menjadi Rp66.70 miliar, dari sebelumnya Rp63.72 miliar. Salah satu penyebab membengkaknya Beban Usaha adalah adanya kenaikan biaya Promosi FILM hingga 52.09% YoY menjadi Rp26.10 miliar, dibandingkan Beban Usaha di kuartal II-2023 yang sebesar Rp17.16 miliar.
Catatan no. 25 Beban Usaha Kuartal II-2024. Source: Laporan Keuangan FILM Kuartal II-2024
Akan tetapi di tengah kenaikan Beban usaha kuartal II-2024, FILM dapat dikatakan beruntung karena tertolong oleh adanya Penghasilan Lain-lain yang tumbuh signifikan 272.6% YoY mencapai Rp20.57 miliar. Padahal di kuartal II-2023, Penghasilan Lain-lain yang dicatatkan hanya Rp5.52 miliar.
Catatan no. 26 Penghasilan Lain-lain FILM Kuartal II-2024. Source: Laporan Keuangan FILM Kuartal II-2024
Secara top line, kinerja FILM kuartal II-2024 terbilang positif dengan kenaikan penjualan dan pertumbuhan laba kotor, serta adanya Penghasilan lain-lain yang naik signifikan. Meski juga terjadi kenaikan Beban Usaha, karena kebutuhan promosi yang juga meningkat. Namun hal ini masih wajar terjadi karena kegiatan bisnis yang bergerak pada industri media dan hiburan, yang notabenenya memang membutuhkan promosi. Agar bisa mendapatkan jangkauan penonton yang lebih luas.
Berkat capaian tersebut, Laba bersih yang dicatatkan FILM mampu meningkat 24.37% YoY menjadi Rp77.19 miliar di kuartal II-2024, dibandingkan Rp62.06 miliar pada kuartal II-2023.
Laba Bersih FILM Kuartal II-2024. Source: Laporan Keuangan FILM Kuartal II-2024
Perbandingan Pertumbuhan Laba FILM vs NETV
Komponen Kuartal II-2024 | FILM | NETV | Remarks Konsolidasi |
Pendapatan | Rp217.41 miliar | Rp118.72 miliar | ±Rp336.13 miliar |
Laba Kotor | Rp143.31 miliar | Rp8.98 miliar | ±152.29 miliar |
Laba Bersih | Rp77.19 miliar | Rp49.98 miliar | ±Rp127.17 miliar |
Dari perbandingan di atas, terlihat kinerja FILM di kuartal II-2024 lebih unggul dibandingkan kinerja NETV. Beruntungnya di kuartal II-2024 ini, NETV sudah mampu mengembalikan keuntungannya dengan laba bersih sebesar Rp49.98 miliar. Dengan catatan keuntungan yang diperoleh NETV ini dikontribusikan oleh adanya Keuntungan Lain-lain yang mencapai Rp281.48 miliar. Sedangkan pada periode sebelumnya NETV justru mengalami kerugian:
Keuntungan Lain-lain FILM Kuartal II-2024. Source: Laporan Keuangan FILM Kuartal II-2024
Jika mengacu pada Keuntungan Lain-lain di atas dan kemudian dihitung secara konsolidasi, tentu kinerja NETV dapat dikatakan mampu memberi kontribusi pada kinerja keuangan FILM.
Namun, berbeda hal jika tanpa memasukkan Keuntungan Lain-lain, bukan tidak mungkin NETV akan mengalami kerugian di kuartal II-2024. Begitu juga ketika setelah dikonsolidasi, jika NETV mengalami rugi, tentu tidak akan memberikan kontribusi laba pada FILM.
Neraca
Posisi FILM berdasarkan neraca keuangan, tercatat untuk total asset lancar di kuartal II-2024 adalah sebesar Rp713.82 miliar, naik 13.55% YoY dari kuartal II-2023 yang sebesar Rp628.60 miliar. Sedangkan untuk total liabilitas jangka pendek kuartal II-2024 sebesar Rp320.41 miliar, tercatat membengkak 405.93% YoY dari kuartal II-2023 yang hanya Rp63.33 miliar.
Maka Liquidity Ratio FILM (asset lancar Rp713.82 miliar : liabilitas jangka pendek Rp320.41 miliar) adalah 2.23x. Menunjukkan bahwa asset lancar yang dimiliki FILM masih sanggup untuk memenuhi kewajiban liabilitas jangka pendeknya. Bahkan jika dilihat secara historical, sebenarnya Liquidity Ratio FILM mengalami penurunan baru di kuartal II-2024 ini, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Historical Liquidity Ratio FILM. Source: Cheat Sheet Kuartal II-2024 by RK Team
Jika di breakdown salah satu penyebabnya, adalah adanya Utang Dividen yang cukup besar mencapai Rp237.78 miliar di kuartal II-2024. Imbas keputusan RUPST 28 Juni 2024 kemarin yang sepakat untuk menggunakan ‘laba ditahan’ dengan nominal Rp25 per lembar saham kepada para investor, sebagai pembayaran dividen tunai kepada para investor.
Sementara dari total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk di kuartal II-2024 ialah sebesar Rp1.46 triliun. Angka ekuitas ini sebenarnya turun -9.87% YoY, dari kuartal II-2023 yang sebesar Rp1.62 triliun. Dan untuk keseluruhan total liabilitas kuartal II-2024 adalah sebesar Rp343.05 miliar, membengkak -310.1% YoY dari kuartal II-2023 yang hanya Rp83.65 miliar.
Sehingga Debt to Equity Ratio FILM (total liabilitas Rp343.05 miliar : total ekuitas Rp1.46 triliun) adalah 0.23x. Menunjukkan bahwa FILM dapat mengandalkan ekuitasnya untuk memenuhi seluruh kewajiban liabilitasnya, bai kitu jangka pendek maupun jangka panjang. Secara historical DER yang dimiliki FILM selalu rendah di bawah 1x, seperti berikut:
Historical DER FILM. Source: Cheat Sheet Kuartal II-2024 by RK Team
Melihat posisi neraca FILM kuartal II-2024 ini, maka dapat disimpulkan bahwa FILM termasuk perusahaan media televisi yang memiliki kinerja cukup baik. Dengan kemampuan perusahaan yang terjaga untuk menangani kewajiban-kewajibannya, baik itu dari sisi Liquidity Ratio di 2.23x dan DER di level 0.23x.
Kesimpulan
Langkah besar FILM akuisisi mayoritas saham NETV, memang tidak dapat ditampik akan terealisasikan dalam waktu dekat. Pamor PT MD Entertainment Tbk (FILM) yang sudah besar dalam industri media dan hiburan ini, semakin potensial untuk mendominasi media hiburan dan mengukuhkan diri sebagai pemain terbaik khususnya di industri perfilman Indonesia.
Meskipun dalam proses FILM akuisisi mayoritas saham NETV harus juga mengambilalih asset utang NETV kepada Newton Capital Limited. Nampaknya hal tersebut tidak membebani FILM, lantaran dalam akuisisi ini FILM memiliki beberapa tujuan besar untuk menangkap potensi bisnis ke depan. Mulai dari: Meningkatkan pertumbuhan bisnis; Sebagai bentuk investasi lewat peningkatan kepemilikan saham di NETV; Menangkap potensi peningkatan kinerja keuangan terkonsolidasi antara FILM dan NETV; hingga peluang untuk dapat memanfaatkan keunggulan yang sudah dimiliki NETV.
Nah, teman-teman investor sendiri memandang langkah FILM akuisisi mayoritas saham NETV ini sebagai langkah besar yang efektif dalam mendominasi bisnis industri media dan hiburan atau sebaliknya?***
###
DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!
Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.