Terakhir diperbarui Pada 5 Juni 2024 at 2:15 pm
Apa yang dimaksud dengan “risk tolerance” atau profil risiko? Penting bagi investor untuk mengetahui risk tolerance, makanya yuk temukan penjelasannya dalam artikel ini…
Ilustrasi pengenaan risiko. Source: iowalum.com
Daftar Isi
Definisi Risk Tolerance
Risk tolerance merupakan ukuran seberapa besar seseorang atau sebuah entitas mampu menanggung risiko dalam melakukan kegiatan investasi atau keuangan. Hal ini mencerminkan tingkat kenyamanan individu atau organisasi terhadap fluktuasi nilai investasi yang mungkin terjadi seiring waktu.
[Baca lagi: 5 Risiko Utama Berinvestasi di Pasar Saham]
Mengapa Risk Tolerance Penting
Risk tolerance adalah faktor penting dalam dunia investasi karena memengaruhi keputusan investasi seseorang atau sebuah entitas. Mengetahui tingkat risk tolerance yang dimiliki membantu investor untuk memilih instrumen investasi yang sesuai dengan profil risiko mereka.
Hal ini penting karena setiap individu atau organisasi memiliki toleransi risiko yang berbeda-beda, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tujuan keuangan, situasi keuangan saat ini, usia, dan pengalaman investasi.
Proses Evaluasi Risk Tolerance
Proses evaluasi risk tolerance merupakan langkah krusial dalam merencanakan strategi investasi yang sesuai dengan profil risiko individu atau organisasi. Evaluasi ini melibatkan sejumlah langkah untuk menentukan seberapa besar kemampuan dan kesiapan seseorang atau entitas untuk menanggung risiko investasi.
- Langkah pertama, identifikasi tujuan investasi yang jelas, baik jangka pendek maupun jangka panjang, serta tentukan tingkat keuntungan yang diharapkan.
- Selanjutnya langkah kedua, analisis situasi keuangan secara menyeluruh, termasuk penghasilan, pengeluaran, aset, dan kewajiban keuangan.
Ilustrasi evaluasi risiko. Source: imarticus.org
Profil Risiko
Profil risiko adalah gambaran mendalam mengenai tingkat kesiapan seseorang atau entitas untuk menanggung risiko dalam berbagai keputusan investasi. Hal ini mencakup analisis terhadap berbagai faktor, termasuk tujuan investasi, situasi keuangan, pengalaman investasi, serta toleransi emosional terhadap fluktuasi pasar.
Dalam menyusun profil risiko, penting untuk mengidentifikasi tujuan investasi secara jelas, baik itu untuk keperluan jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.
Selain itu, situasi keuangan individu atau organisasi juga menjadi pertimbangan utama, seperti penghasilan, pengeluaran, aset, dan kewajiban keuangan lainnya.
[Baca lagi: 9 Istilah Finansial untuk Meminimasi Risiko Investasi]
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risk Tolerance
Usia dan Tahap Kehidupan
Investor muda, biasanya memiliki horizon investasi yang lebih panjang. Mereka bisa menerima fluktuasi harga jangka pendek dengan harapan imbal hasil yang lebih tinggi di masa depan.
Sebaliknya, investor yang mendekati masa pensiun biasanya lebih mengutamakan stabilitas dan mengurangi porsi investasi pada instrumen berisiko tinggi.
Tujuan Finansial
Investor yang berinvestasi untuk tujuan jangka pendek, seperti merencanakan liburan atau membayar uang muka rumah, biasanya memilih instrumen dengan risiko rendah dan likuiditas tinggi.
Sedangkan investor yang berinvestasi untuk tujuan jangka panjang, seperti dana pensiun atau pendidikan anak. Akan cenderung dapat menerima instrumen dengan risiko lebih tinggi demi potensi pertumbuhan modal yang lebih besar.
Situasi Finansial
Investor dengan dana darurat yang cukup dan penghasilan stabil biasanya lebih percaya diri untuk mencoba instrumen investasi yang lebih berisiko.
Sebaliknya, investor dengan penghasilan yang belum stabil atau memiliki tanggungan yang besar cenderung lebih hati-hati dan menghindari risiko yang tinggi.
Pengalaman Investasi
Investor yang sudah lama berkecimpung di pasar modal biasanya lebih percaya diri dalam mengelola portofolio investasi mereka. Mereka telah terbiasa dengan fluktuasi harga dan memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengelola risiko.
Sementara investor pemula biasanya lebih konservatif dan membutuhkan waktu untuk belajar dan meningkatkan kemampuan mereka dalam mengelola risiko.
Kepribadian
Beberapa investor memiliki kepribadian yang lebih suka berpetualang dan tidak takut mengambil risiko. Mereka termotivasi oleh potensi keuntungan tinggi dan adrenalin yang akan diperoleh saat berinvestasi di pasar yang fluktuatif.
Beda hal dengan investor lainnya, yang cenderung lebih mengutamakan keamanan dan stabilitas finansial. Mereka lebih senang dengan penghasilan yang pasti walaupun tidak terlalu besar.
[Baca juga: Cara Meminimalisir Risiko Investasi Saham untuk Pemula]
Hubungan antara Risk Tolerance dan Jenis Investasi
Investasi yang lebih berisiko
Mereka dengan toleransi risiko yang tinggi cenderung lebih nyaman untuk mengambil risiko yang lebih besar. Ini dapat mengarah pada pilihan investasi yang lebih berisiko seperti saham, reksa dana saham, atau instrumen investasi lainnya yang memiliki potensi imbal hasil yang tinggi. Namun tentunya investasi ini juga memiliki risiko kerugian yang lebih besar.
Investasi yang lebih konservatif
Di sisi lain, individu atau entitas dengan toleransi risiko yang rendah mungkin cenderung memilih investasi yang lebih konservatif dan aman. Ini termasuk obligasi, deposito, atau reksa dana pasar uang yang memiliki risiko yang lebih rendah dan umumnya memberikan pengembalian yang lebih stabil. Akan tetapi investasi ini lebih rendah dibandingkan dengan investasi yang lebih berisiko.
Portofolio berimbang
Bagi mereka yang memiliki toleransi risiko menengah, pilihan investasi yang paling umum adalah portofolio yang seimbang antara investasi berisiko dan konservatif. Ini bisa berarti memiliki kombinasi saham dan obligasi untuk mencapai keseimbangan antara potensi pertumbuhan dan pengurangan risiko.
Strategi Mengelola Toleransi Risiko
Pemahaman yang baik tentang profil risiko
Penting untuk memahami dengan jelas toleransi risiko Anda sendiri atau profil risiko perusahaan Anda. Ini melibatkan evaluasi kesediaan Anda untuk mengambil risiko finansial dan seberapa besar Anda siap menanggung kerugian potensial.
Diversifikasi portofolio investasi
Diversifikasi adalah kunci untuk mengurangi risiko dalam investasi. Dengan mendiversifikasi portofolio investasi Anda ke berbagai kelas aset seperti saham, obligasi, reksa dana, dan properti, Maka Anda telah dapat menurunkan potensi risiko yang sifatnya spesifik, berkaitan dengan satu jenis investasi.
Memilih instrumen investasi yang sesuai
Memilih instrumen investasi yang sesuai dengan toleransi risiko Anda sangat penting. Jika Anda memiliki toleransi risiko yang tinggi, tentu Anda cenderung merasa nyaman dengan investasi berisiko yang menawarkan potensi pengembalian yang tinggi. Namun, sebaliknya jika Anda memiliki toleransi risiko yang rendah, bukan tidak mungkin Anda akan lebih memilih investasi yang lebih konservatif dan stabil.
Re-evaluasi secara berkala
Toleransi risiko dapat berubah seiring waktu karena perubahan dalam situasi keuangan atau kehidupan Anda. Penting untuk secara berkala meninjau dan mengevaluasi toleransi risiko Anda, serta memperbarui strategi investasi Anda sesuai dengan perubahan tersebut.
Konsultasi dengan profesional keuangan
Jika Anda merasa kesulitan menentukan atau mengelola toleransi risiko yang dimiliki. Maka sebagiknya konsultasikan dengan seorang profesional keuangan yang berpengalaman. Guna membantu Anda lebih mudah dalam mengenal dan mengidentifikasi strategi yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan keuangan yang ditargetkan.
Ada lebih dari 900 emiten yang terdaftar di BEI, untuk mempermudah memantau kinerja laporan keuangan dan rasio-rasionya, maka bisa memanfaatkan Cheat Sheet yang telah terbit!
Bagi teman-teman investor yang ingin berlangganan Cheat Sheet, bisa menggunakan voucher di bawah ini.
Risiko Emosional dan Psikologis
Overtrading
Keinginan untuk terus bertransaksi secara berlebihan karena terpengaruh oleh emosi. Contoh halnya seperti ketakutan atau keserakahan dapat mengakibatkan keputusan investasi yang tidak rasional dan merugikan.
Panic selling
Ketika pasar mengalami penurunan tajam, biasanya investor akan cenderung panik dan menjual aset dengan cepat tanpa pertimbangan yang matang. Sayangnya hal ini dapat menyebabkan kerugian besar dan merugikan dalam jangka panjang.
Confirmation bias
Investor cenderung mencari informasi yang memvalidasi keyakinan mereka tentang suatu investasi. Sementara tindakan mengabaikan informasi yang bertentangan, akan dapat mengarahkan Anda pada pengambilan keputusan yang tidak seimbang.
Herding behavior
Tindakan meniru atau mengikuti kerumunan investor lainnya tanpa melakukan analisis independent. Hanya akan dapat menyebabkan pembentukan gelembung pasar dan keputusan investasi yang tidak rasional.
Regret aversion
Kecenderungan untuk menghindari rasa menyesal dapat mendorong investor untuk mengambil keputusan yang terlalu konservatif atau menghindari risiko. Yang pada gilirannya dapat menghambat potensi pengembalian investasi jangka panjang.
[Baca lagi: Cara Jual Beli Saham Agar Financial Freedom, Ini Strateginya!]
Kesimpulan
Risk tolerance merupakan ukuran seberapa besar seseorang atau sebuah entitas mampu menanggung risiko dalam melakukan kegiatan investasi atau keuangan. Hal ini mencerminkan tingkat kenyamanan individu atau organisasi terhadap fluktuasi nilai investasi yang mungkin terjadi seiring waktu.
Oleh sebab itu, penting untuk mempertimbangkan risk tolerance yang ada pada diri secara matang. Tentunya dengan menyesuaikannya terhadap dana investasi yang dimiliki, jenis instrument investasi yang dipilih, hingga potensi keuntungan yang akan diterima di kemudian hari.
Jadi sederhananya, dapat dikatakan bahwa risk tolerance ini merupakan suatu batas minimum dan maksimalnya sebuah tingkat risiko, yang mampu diambil oleh seorang investor.
Lalu bagaimana dengan Anda, apakah Anda termasuk seorang investor yang memperhitungkan kemampuan dan kesanggupan risk tolerance sebelum memutuskan berinvestasi?***