Bursa Efek Indonesia menerapkan Auto Rejection, sebagai bentuk kepedulian kepada para pelaku pasar. Auto rejection ini memberi perlindungan kepada investor, ketika harga bergerak naik atau turun pada level tertentu. Namun apa sebenarnya Auto rejection?
Daftar Isi
Definisi Auto Rejection Saham
Auto rejection pada saham adalah sebagai batasan minimum (bawah) dan batasan (atas), terhadap kenaikan maupun penurunan harga saham.
Auto rejection ini merupakan ketentuan dari BEI untuk melindungi saham-saham yang listing di BEI, terutamanya dari volatilitas yang tajam. Sehingga perdagangan dapat berjalan dengan wajar.
Auto rejection sendiri dibagi menjadi dua jenis yakni:
Auto Rejection Atas (ARA)
ARA ini berarti batas kenaikan maksimum yang diperbolehkan bagi emiten yang listing di BEI. Sehingga pergerakan kenaikan harga saham harian tidak boleh melebihi batas ARA.
Auto Rejection Bawah (ARB)
ARB artinya batas kenaikan minimum yang diperbolehkan bagi emiten yang listing di BEI. Sehingga pergerakan penurunan harga saham harian tidak boleh melebihi batas ARB.
Mekanisme Kerja Auto Rejection Saham di Pasar Saham
Dalam perjalananya mekanisme ARA dan ARB terdapat banyak perubahan. Sebut saja, ketika pandemi Covid-19 hingga awal tahun 2023, BEI melakukan penyesuaian terhadap batas ARA dan ARB. Pada saat itu BEI menerapkan ARA sebesar 20%-35%, sedangkan ARB pada level 7%.
Kemudian di bulan Juni 2023 BEI mulai menerapkan system Auto rejection baru fase 1. Lalu September 2023, BEI menerapkan system Auto rejection baru fase 2. ARA dan ARB fase 2 ini kembali kepada level ARA dan ARB sebelum pandemi.
Berikut ini mekanisme ARA dan ARB pada BEI terbaru yang diterapkan sejak 4 September 2023. Berdasarkan keputusan Surat Direksi Bursa Efek Indonesia Nomor Kep-00055/BEI/03-2023 yang telah dikeluarkan pada 30 Maret 2023 – Perihal Peraturan Nomor II-A tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas:
Rentang Harga Saham | Auto rejection Atas (ARA) | Auto rejection Bawah (ARB) |
Lebih dari Rp 5000 | >20% | >20% |
Rp 200 – Rp 5000 | >25% | >25% |
Rp 50 – Rp 200 | >35% | >35% |
Source: www.idx.co.id
Dapat terlihat ARA dan ARB saat ini ada pada level yang simetris. Di mana hal ini sangat membuat para ‘trader’ panik.
Namun, tidak demikian pada investor jangka Panjang, yang secara mayoritas tidak terlalu terdampak oleh kebijakan ARA dan ARB terbaru ini. Bahkan sebenarnya, investor jangka panjang memiliki peluang, untuk membeli saham harga murah ketika ARB terjadi.
Ada lebih dari 800 emiten yang terdaftar di BEI. Maka untuk mempermudah pemantauan kinerja laporan keuangan dan rasio-rasionya, bisa memanfaatkan Cheat Sheet Kuartal III-2023.
Bagi teman-teman investor yang ingin berlangganan Cheat Sheet, bisa menggunakan voucher berikut…
Penyebab dan Faktor Pemicu Auto Rejection Saham
Peraturan ARA dan ARB sendiri pertama diterapkan pada tahun 2016 berdasarkan Surat Keputusan BEI Nomor Kep-00113/BEI/12-2016. Tujuan BEI menerapkan strategi ini untuk menekan volatilitas pasar. Di mana sebelumnya tidak ada Batasan, sehingga saham begerak sangat liar dan BEI tidak ingin investor menjadi korban pergerakan harga yang sangat fluktuatif.
Berikut adalah beberapa penyebab dan faktor pemicu saham ARA dan ARB, antara lain:
Saham Hari Pertama IPO
Pada hari pertama IPO, biasanya akan banyak euforia yang dirasakan oleh para investor, khususnya yang tidak mendapatkan jatah saat masa penawaran maupun book building. Sehingga tidak heran, ketika hari pertamanya listing mayoritas saham IPO langsung ARA. Namun ingat! Tidak semua saham IPO ARA bahkan ada juga yang langsung ARB seperti yang terjadi pada saham MAXI atau GTSI.
Aksi Korporasi Emiten
Beberapa aksi korporasi emiten seperti informasi merger dan akuisisi, ekspansi bisnis, pengumuman dividend hingga rencana right issue. Biasanya dapat membuat pergerakan saham bergerak ARA maupun ARB. Hal ini tergantung respon pasar terhadap rencana aksi korporasi tersebut.
Kondisi Perusahaan
Adanya perubahan kondisi perusahaan menuju arah yang lebih baik ataupun lebih jelek. Dapat berdampak signifikan terhadap laporan keuangan, biasanya dapat membuat saham bergerak ARA maupun ARB dalam waktu singkat. Oleh sebab itu, kita sebagai investor tetap perlu untuk mencari update bagaimana kondisi perusahaan tempat kita berinvestasi.
Market Cap Tidak Besar
Beberapa saham yang memiliki market cap kecil, memiliki kecenderungan untuk mudah di “goreng” oleh bandar saham. Sehingga memungkinkan saham tersebut, bergerak sangat signifikan dalam satu hari atau sangat mudah untuk menyentuh level ARA maupun ARB.
Strategi untuk Menghindari atau Mengatasi Auto Rejection Saham
Nah kemudian bagaimana kita menghadapi Auto rejection? Apakah kita harus panik ketika saham yang kita hold mengalami ARB? Atau langsung kita jual ketika menghadapi ARA?
Di bawah ini ada beberapa strategi menghadapi Auto rejection:
Lakukan Analisa Teknikal
Perhatikan pegerakan harga saham harian dan lakukanlah analisa teknikal. Sehingga kita dapat menemukan titik support maupun resisten. Jika saham masih menarik, maka secara teknikal kita masihdapat menghadapi ARA dan ARB.
Analisa market capitalization dan volume
Saham dengan market capitalization akan gampang di ‘goreng’. Oleh karena itu, kita harus melakukan analisa untuk mengetahui tolok ukur market cap dan volumenya. Apakah market cap nya masih tinggi atau tidak? Apakah terjadi akumulasi saham pada tingkat tertetu? Atau hal lainnya.
Pahami Kondisi Fundamental Emiten
Analisa fundamental menjadi hal penting sebelum berinvestasi. Karena dengan mengenal bagaimana kinerja fundamental perusahaan, maka kita dapat dengan mudah memahami kondisi fundamental suatu saham. Dengan begitu, auto rejection saham memberi peluang untuk kita dapat membeli suatu saham, dengan harga murah dan berfundamental baik
Jangan FOMO
Auto rejection saham juga banyak digunakan para influencer saham. Terutamanya untuk melakukan pom-pom. Untuk itu, sangat penting kita mewaspadai hal tersebut, karena bisa saja auto rejection saham ini adalah jebakan dari para bandar saham untuk mendapat keuntungan. Namun lain disisi, justru merugikan kita sebagai investor yang bersikap FOMO.
Dapatkan seluruh layanan dari RK Team secara lengkap dan harga spesial hanya untuk member RK. Yuk gabung sekarang juga menjadi Platinum Member !
Untuk berlangganan Platinum Member RK, teman-teman investor bisa menggunakan
Studi Kasus Auto Rejection Saham
Setelah mengetahui pengertian dan faktor-faktor yang membuat saham dapat menyentuh level ARA maupun ARB. Maka langsung saja kita bahas bagaimana perhitungan saham ARA dan ARB.
Contoh Auto Rejection Atas (ARA):
Misal saham ABCD ditutup pada level 1000 per lembar pada hari kemarin. Ketika pagi ini dibuka, saham ABCD ternyata diappresiasi pasar, karena akan membagikan dividen setelah 5 tahun tidak membagikan dividen. Maka tingkat ARA sebagai berikut:
Rp 1000 + (1000 x 25%) = Rp 1250
Jadi, kenaikan saham ABCD pada hari ini akan terbatas pada level Rp 1250 per lembar saham.
Contoh Auto Rejection Bawah ARB
Saham WXYZ di tutup pada level Rp 1000 per lembar saham pada hari kemarin. Pagi hari ini ada berita, bahwa perusahaan WXYZ mengalami permasalahan atas pembayaran hutang ke vendor maupun bank. Bahkan hutang tersebut sudah menunggak selama 6 bulan. Maka pasar langsung merespon dengan menjual saham dan tingkat ARB sebagai berikut:
Rp 1000 – (1000 x 25%) = Rp 750
Jadi, penurunan saham WXYZ pada hari ini akan terbatas pada level Rp 750 per lembar saham.
Kesimpulan
Secara sederhana auto rejection saham merupakan batasan minimum dan juga maksimum, untuk kenaikan maupun penurunan harga saham. Perhitungan auto rejection saham ini biasanya terjadi hanya di satu hari perdagangan.
Dengan pemberlakukan auto rejection saham, maka memberikan kemudahan untuk BEI mengontrol dan memastikan, bahwa perdagangan saham yang berjalan di satu hari tersebut bergerak wajar.
Demikian pula dengan investor, yang juga mendapat keuntungan dari pemberlakuan auto rejection saham. Di mana investor akan lebih terbantu, saat harga saham bergerak fluktuatif dan tidak seperti biasanya. Karena auto rejection saham ini akan membuat sistem bursa secara otomotis menolak permintaan jual maupun beli.
Berdasarkan jenis, auto rejection saham terbagi menjadi dua, yakni Auto Rejection Atas (ARA) dan juga Auto Rejection Bawah (ARB).***
###