mr-hyde-dan-keputusan-dalam-berinvestasi

Terakhir diperbarui Pada 5 September 2024 at 1:20 pm

Anda pernah mendengar kisah tentang Dr. Jekyll dan Mr. Hyde? Kisah yang diangkat dari novel karya Louis Stevenson tahun 1886 yang berjudul The Strange Case of Dr Jekyll and Mr. Hyde. Dari kisah ini, ada nilai moril tersembunyi yang dapat kita petik untuk menjalankan kondisi kehidupan kita sehari-hari, terutama ketika kita memutuskan menjadi seorang investor. Kira-kira nilai moril apa yang bisa kita ambil ?

 

Kisah Dr. Jekyll dan Mr. Hyde

Novel ini mengisahkan tentang sosok Dr. Jekyll, seorang dokter terhormat yang sangat disegani oleh masyarakat sekitar.

Dalam sebuah kesempatan, ada sebuah kejanggalan di mana Dr. Jekyll menitipkan sebuah surat wasiat kepada Mr. Utterson (pengacara Dr. Jekyll) yang berbunyi: “Jika saya (Dr. Jekyll) meninggal ataupun dinyatakan menghilang, maka semua kekayaan akan diwariskan kepada Mr. Hyde”. Mr. Utterson yang cukup lama mengenal Dr. Jekyll merasa aneh karena ia sama sekali tidak mengenal siapa itu Mr. Hyde. Setelah diselidiki, ternyata Mr. Hyde adalah seorang yang misterius dan kejam, bahkan juga seorang pembunuh. Pertanyaannya tentu, mengapa Dr. Jekyll mau mewariskan hartanya kepada seorang pembunuh? Di akhir cerita baru terungkap bahwa ternyata Mr. Hyde adalah transformasi dari Dr. Jekyll, di mana sosok Mr. Hyde akan muncul apabila Dr. Jekyll meminum sebuah ramuan.

 

Cover Novel Dr. Jekyll & Mr. Hyde – By : Louis Stevenson

 

Nilai moril yang dapat kita petik dari kisah The Strange Case of Dr. Jekyll and Mr. Hyde ini mengingatkan bahwa setiap dari kita sebagai manusia memiliki dua sisi : sisi baik dan sisi buruk. Sisi baik yang disebut Mr. Rational, dan sisi buruk yang disebut Mr. Emotional. Hal yang menarik adalah Mr. Hyde hadir setiap kali Dr. Jekyll menghilang, keduanya tidak bisa tampil di saat yang bersamaan. Saat sosok Mr. Jekyll (Mr. Rational) muncul, sosok Mr. Hyde (Mr. Emotional) tidak terlihat, dan demikian pula sebaliknya.

 

Pesan Moril yang Dapat Diambil

Dalam kondisi normal di kehidupan kita sehari-hari, sosok Mr. Rational yang biasanya akan muncul dan mendominasi setiap keputusan kita. Misalkan, kita tahu bahwa berat badan yang berlebih akan berbahaya bagi kesehatan, dan karenanya Mr. Rational akan mengajak kita untuk mengontrol pola makan misalkan dengan tidak makan secara berlebihan. Namun, ketika kita mulai merasakan lapar, Mr. Emotional mulai muncul dan berbisik : “kenapa harus diet? Mending makan yang enak-enak. Tuh lihat di depan ada tukang bakso kesukaan kamu”. Apabila kita membiarkan Mr. Emotional yang menang, maka kita akan mengabaikan tekad untuk mengontrol makan tadi.

Dua sisi ini (Mr. Rational dan Mr. Emotional) sebenarnya juga sangat relevan ketika kita berinvestasi di pasar modal. Agar lebih jelas mari kita berikan sebuah contoh. Misalkan, ketika kita menganalisa sebuah saham dengan metode value investing, kita yakin bahwa saham tersebut akan memberikan keuntungan karena fundamental nya bagus dan harganya undervalued. Pada saat kita menganalisa tadi, sebenarnya Mr. Rational yang muncul dan mendominasi analisa saham tadi. Awalnya harga saham bergerak naik memberikan floating profit 5%, namun minggu-minggu berikutnya ternyata harga saham berbalik arah dan malahan memberikan floating loss 5%. Bagaimana reaksi kita? Sebagai manusia normal, kita akan merasa cemas, was-was, bahkan merasa “terancam”. Dalam keadaan seperti ini, Mr. Emotional mulai muncul dan mendominasi. Mr. Emotional akan mengirimkan pesan kepada otak kita : “bagaimana kalau harga sahamnya terus turun? Nanti malah kamu makin rugi lhoo..”. Padahal di awal tadi jelas-jelas kita memutuskan untuk membeli sebuah saham setelah melakukan analisa. Pertanyaannya, sanggupkah kita menjaga agar Mr. Emotional tidak mengalahkan Mr. Rational?

Ada pepatah di bursa saham yang mengatakan : markets are motivated by two emotions : greed and fear. Basically, keputusan berinvestasi yang didominasi oleh greed and fear adalah kurang bijaksana. Namun sebaliknya, tidak mungkin juga kita berinvestasi tanpa melibatkan greed and fear sama sekali, karena pasar saham berisi sekumpulan manusia dan bukan robot. Namun, yang ingin saya sampaikan di sini adalah : Kita harus melatih agar Mr. Rational tetap mendominasi keputusan investasi Anda, dan jangan biarkan Mr. Emotional mendominasi keputusan investasi kita. Mengapa? Karena emosi dapat dengan mudah nya mengubah skenario berinvestasi.

Dalam kasus di atas, apabila kita membiarkan Mr. Emotional menguasai keputusan investasi kita, sudah hampir dapat dipastikan bahwa kita akan menjual saham tersebut (padahal mungkin penurunan saham dikarenakan sentiment negative sesaat). Bayangkan apabila ribuan atau lebih orang berpikiran sama, maka harga saham akan jatuh makin dalam atau inilah biasa disebut panic selling. Sama hal nya dengan contoh pertama, apabila kita membiarkan Mr. Emotional mendominasi, maka kita akan memutuskan untuk mengabaikan pola makan yang sehat dan meneruskan pola makan yang tidak sehat sehingga berbahaya bagi kesehatan.

Cara Mengendalikan Mr. Emotional 

Lalu bagaimana cara mengendalikan Mr. Emotional? Ada beberapa cara, yang pertama adalah kita menerapkan set of rules dalam trading atau berinvestasi. Misalkan, tetapkan batas maksimal loss yang ditoleransi adalah 10%, atau tetapkan position sizing dalam sebuah saham maksimal 20% dari porto, dll. Aturan-aturan ini yang akan menjaga kita dari Mr. Emotional. Dalam kasus di atas, jika akhirnya kita memutuskan untuk cut loss, sebaiknya karena faktor telah mencapai stop loss yang kita tetapkan, bukan karena faktor emosional tadi.

Kedua, kendalikan informasi masuk yang dapat membangkitkan emosional Anda. Misalkan, hindari membaca berita-berita yang masih bersifat rumor dan belum pasti, hindari membuka software online trading Anda terlalu sering, atau hindari membaca berlebihan grup-grup saham yang justru bisa membuat analisa anda menjadi bias karena terpengaruh opini dari member lain yang bilang bahwa pilihan saham Anda keliru, dll.

Ketiga, ada cara ampuh yang bisa ditempuh buat investor yang masih sering tergoda untuk bertransaksi terlalu sering. Anda dapat membuat dua account yang terpisah. Satu account yang berisikan dana mayoritas untuk investasi dengan buy-and-hold strategy, dan account kedua berisi dana minoritas untuk trading (buy and sell). Account kedua ini bisa digunakan untuk memuaskan sisi Mr. Emotional kita tadi. Namun, jangan mengotak-ngatik account yang pertama. Lalu, coba bandingkan di akhir tahun kinerja portfolio antara account pertama dan account kedua. Dari situ, Anda bisa menilai diri Anda sendiri lebih cocok dengan gaya investasi buy and hold, atau gaya investasi buy and sell.

 

Kesimpulan

Pesan moril yang dapat kita ambil, adalah sangat penting bagi kita seorang investor ataupun trader untuk memahami bahwa setiap dari kita memiliki Mr. Rational dan Mr. Emotional, dan itu adalah hal yang sangat MANUSIAWI karena kita adalah manusia biasa. Namun tugas kita adalah melatih agar Mr. Rational tetap mendominasi keputusan dalam berinvestasi, dan jangan biarkan Mr Emotional mengambil alih. Semoga dengan memahami hal ini, kita dapat mengingatkan diri kita agar lebih mengedepankan rasionalitas dalam berinvestasi.***

 

###

 

DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!

 

Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

reCaptcha v3
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

3 comments on “Mr Hyde dan Keputusan Dalam Berinvestasi

  1. Oya, Ko, kalau buku ini kira-kira masih ada ga yah ..
    ini menarik banget sih pelajaran yang bisa dijadiin bahan belajar investasi, secara ga langsung ngajarin kita buat nguasain psikologis kita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *