Terakhir diperbarui Pada 13 April 2022 at 5:52 pm

ISSP merupakan salah satu saham yang sudah ramai dibahas semenjak tahun 2021. Kinerja keuangan yang baik dan adanya efisiensi yang dilakukan pada internal perusahaan membuat beberapa value investor Indonesia tertarik untuk mengkoleksi saham ini. Apalagi waktu itu ISSP hanya dihargai pada harga hanya Rp 150 an per lembar, yang berarti PBV hanya 0.3 kali, sangat murah. Tak ayal kemudian harga sahamnya melejit dan naik signifikan hingga sempat menembus angka Rp 500 per lembar saham.

Namun, ketika rilis LK FY 2021, kinerja laba bersih ISSP tidak dapat memenuhi ekspektasi investor hingga kemudian dihukum oleh market dengan sempat ARB 2 kali. Yang jadi pertanyaan, apa sih yang membuat laba bersih Q4 ISSP turun? Apakah akan terulang kembali di tahun 2022? Apakah masih layak untuk hold saham ini? Mari kita diskusikan.

 

Market Leader Pipa Baja di Indonesia

Sebelum masuk ke pembahasan, kita perlu tau dulu ISSP ini siapa dan bisnisnya apa. Jadi, ISSP merupakan produsen pipa baja dan didirikan pada tahun 1971 di Surabaya. Hingga sekarang, ISSP terus bertumbuh menjadi perusahaan dengan kapasitas produksi terbesar di Indonesia dan berpengalaman dalam memproduksi berbagai macam pipa baja/tabung & berbagai produk terkait lainnya.

ISSP mempunyai 3 entitas anak dan perusahaan asosiasi, yaitu PT SPINDO Engineering Industry, PT Sanko Steel Indonesia dan PT Poses.

Sumber: Laporan Public Expose ISSP 2021

ISSP memiliki 6 fasilitas manufaktur terdiri dari 4 pabrik produksi di Karawang, Surabaya, Sidoarjo & Pasuruan dan 2 gudang di Bandung dan Samarinda. Total ada 37 lini produksi yang masing-masing digunakan untuk menghasilkan berbagai jenis pipa sesuai kebutuhan klien.

Saat ini, ISSP adalah pemimpin pasar di industri pipa baja nasional dengan kompetitor lainnya yang cukup jauh tertinggal oleh ISSP dari segi total volume produksi pipa baja. Tentunya ini, yang menjadi keunggulan kompetitif bagi ISSP dibandingkan dengan kompetitor lain.

 

Sumber: Laporan Public Expose ISSP 2021

 

Anda kesulitan mengatur waktu untuk analisa laporan keuangan? Anda bisa menggunakan E-Book Quarter Outlook Q4 2021. Dengan E-Book ini, Anda akan mendapatkan hasil analisa saham-saham potensial dari RK Team. Anda bisa mendapatkannya di sini.

 

Penjualan Bagus, Tapi Laba Bersih Anjlok?

 

Secara top line, penjualan ISSP masih tergolong baik. Penjualan di Q4 juga terbilang tinggi meskipun masih rendah dibandingkan penjualan di Q3. Ini juga sejalan dengan tren historis penjualan ISSP. Berarti, masalahnya bukan di top line, tetapi di kenaikan beban-beban.

Pertama, yang paling signifikan adalah kenaikan beban pajak. Di tahun 2021, ISSP masih harus menanggung beban pajak sebesar Rp 173 Miliar dibandingkan tahun 2020 yang justru mendapatkan tangguhan pajak sebesar Rp 21 Miliar. Lalu, apa penyebabnya?

 

 

Jadi, perusahaan terbuka memiliki kesempatan untuk mendapatkan insentif pajak diskon sebesar 3% lebih rendah dari pajak yang berlaku. Dengan catatan jumlah saham yang beredar di masyarakat harus minimal 40%. Ditahun 2020, jumlah saham beredar di masyarakat ISSP >40%., sehingga mereka mendapatkan insentif ini.

Namun, memasuki tahun 2021 salah satu investor asing, Pemberton Asian Opportunities Fund terus membeli saham ISSP dipasar hingga sekarang jumlahnya sudah lebih dari 5%. Sehingga, saham yang beredar di masyarakat sudah <40%. Sehingga, ISSP ditahun 2021 kehilangan insentif pajak ini.

Kedua, kenaikan beban pengiriman ekspor. Manajemen ISSP sepanjang tahun 2021 memang sudah memasang target agar penjualan ekspor mereka bisa berkontribusi sebesar 10% dari total penjualan. Pada FY 2021, penjualan ekspor ISSP sudah berkontribusi sebesar 9,9% dari total penjualan. Manajemen bisa dikatakan berhasil meraih target ekspor produk mereka. Dan ini sebenarnya merupakan katalis positif dan sesuai dengan apa yang disampaikan oleh manajemen. 

Namun, karena kenaikan penjualan ekspor ini menyebabkan kenaikan di beban-beban operasional seperti pada akun ekspor dan pengiriman karena kenaikan biaya pengiriman. Memang di situasi pandemi ini supply chain masih bermasalah sehingga cukup wajar biaya logistik juga naik. Tetapi ketika situasi kembali sudah normal, tentunya biaya ini akan kembali normal kembali. 

 

 

Setelah mengetahui alasan penurunan laba bersih tadi, bagaimana pendapatmu? Apakah ISSP masih layak untuk hold di tahun 2022 ini? Apakah ISSP akan melanjutkan tren kinerjanya seperti di tahun 2021? Apakah peningkatan harga baja global akibat perang Rusia dan Ukraina akan menguntungkan ISSP? Sampaikan pendapatmu di kolom komentar.

 

DISCLAIMER : Tulisan ini bukan bersifat rekomendasi beli atau jual. Tulisan ini bersifat untuk edukasi berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Do Your Own Research sebelum memutuskan untuk membeli atau menjual saham.

 

Info:

  • Cheat Sheet LK Q4 2021 telah terbit. Anda dapat memperolehnya di sini.https://bit.ly/CheatSheetRK

1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

reCaptcha v3
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *