PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yang merupakan salah satu perusahaan konstruksi terbesar di Indonesia, mengalami penurunan harga yang cukup drastis di tahun 2021. Sepanjang tahun 2021, harga saham WIKA telah turun lebih dari sepertiga, lebih tepatnya -37% YtD. Penurunan yang unik, karena penurunan ini terjadi ketika perolehan proyek yang diraih WIKA malahan bertumbuh.
Proyek yang diraih oleh WIKA
Seperti yang terlihat pada grafik di atas, per 1Q21 ini, WIKA mendapatkan IDR4.6 triliun kontrak baru. Perolehan kontrak ini naik +85% YoY apabila dibandingkan dengan perolehan kontrak WIKA pada 1Q20 lalu sebesar IDR 2.5 triliun.
Apabila dilihat dari sisi pembagian kontrak berdasarkan sektor, dapat Anda perhatikan pada grafik di atas. Dilihat sekilas memang sepertinya cukup banyak informasi yang tertera pada grafik di atas… Namun, berikut kami persiapkan beberapa pointers yang dapat mempermudah Anda dalam menganalisa datanya:
- Hanya dua sektor yang jumlah kontraknya di 1Q21 turun dari kontrak pada 1Q20 lalu
Dua sektor tersebut adalah di sektor property & realty dan juga sektor manufaktur dan konstruksi. Kontrak di sektor property turun dari IDR 245 miliar per 1Q20 menjadi IDR 100 miliar di 1Q21 – dan sektor manufaktur juga turun dari IDR 633 miliar di 1Q20 menjadi IDR 136 miliar pada 1Q21. Wah, Pak, turunnya dalem banget, berarti ke depannya kinerja WIKA bakal memburuk dong? Eits, jangan lupa, hanya dua sektor yang turun (itupun juga karena WIKA memang bukan kontraktor yang spesialisasi utamanya di sektor properti dan juga manufaktur) – tetapi …
2. Perolehan kontrak di enam sektor sisanya mengalami peningkatan YoY basis
Jangan lupa bahwa peningkatan total kontrak WIKA telah meningkat +85% YoY – peningkatan yang cukup baik, meskipun pencapaian kontrak tahun lalu adalah low base karena pandemic Covid-19. Beberapa sektor lainnya seperti industrial plant, building, jalan tol, dan sektor lainnya. Kontrak sektor jalan tol, yang merupakan salah satu keahlian WIKA, bahkan meningkat lebih dari 3x lipat YoY basis.
Nah hal yang unik adalah, mengapa di tengah adanya sentiment positif peningkatan kontrak yang dicapai oleh WIKA, harga sahamnya malahan turun lebih dari sepertiga sepanjang tahun ini ??
Penurunan Saham WIKA YtD. Source: Tradingview
Anda ingin mengetahui saham apa saja yang memiliki fundamental bagus dan harganya masih terdiskon (undervalued). Sekarang, Anda bisa mendapatkannya di E-Book Quarter Outlook Kuartal I-2021 yang telah terbit !
Menurut kami, ada beberapa hal yang memungkinkan terjadinya penurunan harga saham WIKA (dan bisa menyebabkan harga saham naik juga, tentunya):
- Harga saham ditentukan dari supply dan demand
Tentu kita mengetahui bahwa harga yang terjadi di pasar ditentukan oleh supply dan demand. Apabila banyak orang yang ingin membeli suatu saham (demand), dengan apapun alasannya, maka harga saham tersebut akan naik. Sebaliknya, apabila banyak orang yang ingin menjual suatu saham tertentu (supply), dengan apapun alasannya, maka harga saham tersebut akan turun. That’s it, tidak ada alasan keren lainnya untuk menggambarkan fluktuasi harga di pasar saham. Faktor penambah lainnya adalah bahwa setiap investor akan memiliki persepsi yang tidak 100% sama terhadap suatu saham.
Ambil saham WIKA, contohnya. Mungkin ada investor tertentu yang merasa bahwa dengan kinerja WIKA sekarang, pencapaian kontrak sebesar Rp 4.5 triliun masih belum cukup baik. Di sisi lain, ada juga investor yang merasa pencapaian kontrak WIKA per 1Q21 ini sudah sangat baik, adanya “perang tak terlihat” ini juga akan menjadi faktor yang menentukan aksi jual-beli di pasar saham, dan akan menentukan pergerakan harga saham, eventually.
- Harga saham tidak merepresentasikan kualitas perusahaan (market is not efficient)
Sebagai seorang fundamentalis, kami percaya bahwa tidak semua harga saham tidak merepresentasikan kualitas perusahaan. Banyak faktor yang menentukan hal ini, dan telah banyak juga bukti-bukti dari sejarah yang memperkuat hipotesa ini. Izinkan kami membahas satu kasus bubble pertama yang terjadi di abad 17 lalu, yakni bubble Bunga Tulip. Yes, bunga tulip.
Grafik harga bunga tulip. Source: History.com
Di zaman sekarang, kita memperdagangkan asset keuangan (ie. saham, mata uang, komoditas, etc) yang harganya bergerak secara volatile tergantung supply dan demand. Semakin banyak demand, semakin tinggi pula harganya. Hal serupa ternyata pernah terjadi pada abad 17 lalu, hanya saja, “objek” nya berbeda, yakni bunga tulip.
Orang-orang percaya, bahwa bunga tulip adalah “komoditas” yang berharga tanpa alasan. Apakah itu untuk obat, hiasan, atau apalah itu, masyarakat saat itu tidak memahaminya. Hanya saja, “kepercayaan” tersebut saat itu cukup untuk membuat orang-orang melakukan panic buying yang pada akhirnya meningkatkan harga bunga tulip sampai beratus-ratus kali lipat, see Chart above. Sampai akhirnya….
Orang-orang sadar bahwa bunga tulip tidak memiliki kegunaan khusus yang spesifik dan harganya “sangat mahal”. Sehingga orang-orang yang sadar, mulai menjual bunga tulip dan harga bunga tulip kembali ke level “normal”.
Pesan moral dari cerita ini adalah seperti judul sub-bab ini, harga saham di pasar tidak/belum mepresentasikan kualitas perusahaan. Sehingga jangan jadikan bias harga yang terjadi di pasar sebagai alasan Anda untuk melakukan keputusan investasi, do your own research, termasuk untuk saham WIKA…
###
Info:
Tags : WIKA Raihan Proyek Bertumbuh | WIKA Raihan Proyek Bertumbuh | WIKA Raihan Proyek Bertumbuh | WIKA Raihan Proyek Bertumbuh | WIKA Raihan Proyek Bertumbuh | WIKA Raihan Proyek Bertumbuh | WIKA Raihan Proyek Bertumbuh | WIKA Raihan Proyek Bertumbuh