Terakhir diperbarui Pada 22 Februari 2024 at 10:36 am
Daftar Isi
Artikel telah ditinjau oleh: Stock Market Analyst RK Team
Pada April 2021 lalu, BEI kedatangan satu pemain baru yang berasal dari sektor industri jasa konstruksi dengan kiprah bisnis yang sudah dimulai sejak tahun 1993. Itu artinya perusahaan ini telah memiliki banyak histori penyelesaian berbagai macam proyek di Indonesia. Menariknya perusahaan ini juga disebut sering bekerja sama dengan BUMN. Jadi siapakah perusahaan ini? Dan bagaimana prospeknya?
Pencatatan Saham FIMP
Pada 9 April 2021 kemarin, BEI telah kedatangan pemain baru yang berasal dari sektor industri jasa konstruksi. Perusahaan ini dikenal dengan nama PT Fimperkasa Utama Tbk dengan ticker FIMP, setelah resmi melakukan IPO pada periode 2021 yang dicatatkan di Papan Akselerasi BEI.
FIMP melaksanakan IPO dengan melepas sebanyak 400 juta lembar saham, bernilai Rp 125/lembar saham. Sehingga, FIMP meraih kapitalisasi pasar perdana dengan nilai sebesar Rp 50 miliar. Di saat yang sama, FIMP juga turut mencatatkan Waran Seri I FIMP dengan kode FIMP-W senilai Rp 40 juta saham dengan harga Rp 150. Waran Seri I ini diberikan kepada setiap pemegang saham yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham FIMP secara cuma-cuma. Tapi, kalau nantinya Waran Seri I ini tidak dilaksanakan sampai habis periode pelaksanaannya, maka Waran Seri I ini akan kadaluarsa pada 8 April 2022 mendatang.
Dalam pelaksanaan IPO nya tersebut, FIMP tidak menerbitkan saham hasil IPO dalam bentuk surat kolektif saham. Melainkan saham tersebut akan langsung didistribusikan secara elektronik yang diadministrasikan dalam penitipan kolektif PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Adapun yang menjadi penjamin IPO FIMP adalah PT Wanteg Sekuritas.
Siapakah FIMP?
PT Fimperkasa Utama Tbk (FIMP) merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang konstruksi umum, berdiri berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas pada 8 Februari 1993. FIMP sebagai perusahaan jasa konstruksi memiliki kualifikasi M1 (kelas menengah) dalam bidang Bangunan Gedung untuk konstruksi bangunan komersial, kualifikasi M1 untuk Bangunan Sipil yang diterbitkan oleh Unit Pengelola Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Administrasi Jakarta Pusat. FIMP juga menjadi anggota Gabungan Pelaksanan Konstruksi Nasional Indonesia.
Tahun 1997 FIMP ini mulai mengerjakan proyek prestisius (fasilitas riset, gudang, lahan parkir pabrikan otomotif. Di tahun 2001, mulai mengerjakan proyek rumah/hunian, ruko dan rukan. Berikutnya di tahun 2016, mulai menjadi kontraktor untuk pekerjaan cut and fill. Dalam aktivitasnya, perusahaan menyediakan jasa persiapan pra konstruksi, penyiapan lahan (cut and fill), dan proses konstruksi bangunan. Lebih rincinya seperti berikut :
Source : www.idx.co.id – prospektus-ipo-2021.
FIMP berpengalaman lebih dari dua dekade pada proyek konstruksi dan infrastruktur besar, serta terlibat pada lebih dari 25 proyek, baik sebagai kontraktor utama maupun subkontraktor dalam berbagai proyek. Beberapa di antaranya adalah :
- Proyek kawasan industrial pabrik otomotif di Purwakarta – Jawa Barat;
- Proyek gudang untuk PT Timor Putra Nasional, di Cikampek – Jawa Barat;
- Proyek infrastruktur PT Timor Putra Nasional di Cawang – Jakarta Timur;
- Proyek hunian (estate) dan bekerja sama dengan developer di Bangka Kemang Town House, Perumahan Kemang Townhouse – Jakarta Selatan;
- Proyek konstruksi mini building pertama, yakni bangunan hunian pribadi di Pondok Indah – Jakarta. Dllnya..
Kinerja Keuangan FIMP
Menarik atau tidaknya sebuah emiten untuk diinvestasikan, baiknya kita jangan menebak-nebak alias ‘berspekulasi’. Jadi kita akan melihat FIMP ini berdasarkan Laporan Keuangan dalam prospektusnya.
Dari sisi pendapatan, dalam tiga tahun terakhir pendapatan terbesar FIMP berasal dari pengerjaan proyek konstruksi dari 2 pelanggan utama FIMP yakni PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dan PT Hutama Karya Infrastruktur. Data Pendapatan Usaha FIMP berikut adalah pendapatan FIMP:
Source : Prospektus IPO FIMP
Terlihat bahwa FIMP mencatatkan pendapatan sebesar Rp 6.25 miliar per Q3 2020, turun -59.75% YoY dari Rp 15.53 miliar di tahun 2019. Pendapatan yang turun di tahun 2020 ini tidak lain karena dipengaruhi oleh aktivitas proyek yang hampir selesai per September 2020. Beda halnya dengan pendapatan FIMP di tahun 2018 yang mencapai Rp 27.4 miliar (meski kontribusinya hanya berasal dari satu segmen saja).
Dengan penurunan pendapatan, beban pokok pendapatan juga turun % -59.92% dari semula Rp 11.38 miliar per September 2019 menjadi Rp 4.56 miliar di September 2020. Penurunan beban ini seiring dengan hampir selesainya pengerjaan proyek, sehingga mengurangi beban biaya yang dikeluarkan seperti…
Source : Prospektus IPO FIMP
Tak ayal, per September 2020 FIMP hanya menikmati Laba bersih sebesar Rp 484.4 juta, turun dari laba September 2019 yang sebesar Rp 2.01 miliar. Jadi FIMP harus menanggung kerugian. Kalaupun kita bandingkan pendapatan FIMP yang sebesar Rp 6.25 miliar, maka laba bersih yang sebesar Rp 484.4 juta ini hanya memberikan net profit margin (NPM) sekitar 7.7% saja. Dan kalau dibandingkan dengan ekuitas FIMP sebelum IPO yang sebesar Rp 11.20 miliar, maka laba bersih Rp 484.4 juta ini hanya menawarkan Return on Equity sebesar 4.3%.
Jadi, bisa dikatakan kalau secara profitabilitas FIMP ini belum terlalu menarik untuk diinvestasikan dalam waktu dekat. Apalagi dalam tiga tahun terakhir sumber pendapatan FIMP berasal dari proyek konstruksi yang diberikan oleh PT Waskita Karya Tbk dan PT Hutama Karya Infrastruktur. Artinya, FIMP perlu berupaya lebih keras lagi untuk memasarkan produknya pada skala nasional, supaya bisa mendapatkan penawaran proyek lebih variatif lagi.
Neraca Keuangan & Arus Kas FIMP
Source : Prospektus IPO FIMP
Total liabilitas FIMP tercatat sebesar Rp 11.53 miliar bila dibandingkan dengan total ekuitas Rp 11.20 miliar, menunjukkan rasio utang terhadap ekuitas (DER) FIMP sebesar 1.02x mencerminkan kemampuan FIMP dalam memenuhi kewajibannya tergolong kurang.
Dan untuk aset lancar FIMP sebesar Rp 1.85 miliar rupanya jauh lebih kecil dari liabilitas jangka pendek sebesar Rp 7.36 miliar. Dengan perbandingan ini maka LR nya hanya 0.25x, jelas kondisi ini tidak sehat bagi keuangan FIMP karena sangat terbebani oleh hutang.
Berikutnya masuk pada bagian Cash Flow…
Source : Prospektus IPO FIMP
FIMP mencatatkan kas operasi yang positif sebesar Rp 11.06 miliar per September 2020, karena adanya penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp 13.14 miliar. Sayangnya, kas operasi yang diterima FIMP justru digunakan seluruhnya untuk membayar utang kepada pemegang saham dan juga utang bank. Sehingga FIMP mencatatkan kas pendanaan yang negatif sebesar Rp 11.06 miliar per September 2020. Hal lain yang perlu kita pertimbangkan juga adalah dalam tiga tahun terakhir FIMP belum melakukan investasi apapun sehingga kas investasi tercatat nihil…
FIMP Menarik untuk Diinvestasikan ?
Jadi, secara garis besar, berdasarkan historis kinerja keuangan FIMP ini belum terlalu menarik untuk diinvestasikan. Pencapaian laba perusahaan sangat ditentukan oleh proyek yang sedang berjalan, sementara ikatan proyek yang dikerjakan masih cukup terbatas karena berasal dari 2 pelanggan utama yakni PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dan PT Hutama Karya Infrastruktur. Meskipun hal ini dinilai menjadi keunggulan FIMP karena sering bekerja sama dengan BUMN. Namun di sisi lain, hal ini justru menyisakan pekerjaan rumah bagi FIMP untuk terus mendapatkan proyek yang lebih variatif lagi.
Dan tidak mengherankan juga, bila tujuan IPO FIMP ini adalah untuk memperkuat permodalan perusahaan, di mana rencananya FIMP ini akan memakai dana segarnya untuk pembiayaan modal kerja dan pembelian alat berat. Tak ketinggalan juga, untuk melakukan pembayaran utang.
Semoga, ke depannya saham FIMP ini benar-benar dapat memperbaiki kinerja keuangannya dan terus memperluas portfolio pengembangan proyeknya…***
###
DISCLAIMER ON:
Tulisan ini bukan rekomendasi jual dan beli. Semua data dan pendapat pada artikel adalah bersifat informasi yang mengedukasi pembaca, berdasarkan sudut pandang penulis pribadi. Risiko investasi berada pada tanggung jawab masing-masing investor. Do Your Own Research!
Temukan Artikel Analisa dan Edukasi Saham lainnya di Google News.