Dampak pandemi Covid-19 terlihat lagi.. Per April – Mei 2020 kemarin, penjualan otomotif mengalami penurunan 90% untuk mobil dan mengalami penurunan 70% untuk motor, dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Terjadinya penurunan penjualan mobil dan motor ini disebabkan karena adanya pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indoensia (Gaikindo) mencatatkan, di bulan Mei 2020 penjualan mobil tercatat hanya sebesar 3.551 unit dan di bulan April 2020 hanya terjadi penjualan mobil sebanyak 7.871 unit saja, dibandingkan penjualan pada Mei – April 2020 sebesar 83 ribu – 84 ribu unit. Dengan penurunan penjualan mobil dan motor di tahun 2020 ini, bagaimana prospek sektor otomotif ke depannya?
Daftar Isi
Kronologis Penurunan Penjualan Mobil
Penjualan Bulanan Mobil di Indonesia
Source : tradingeconomics.com
Kebijakan PSBB yang diberlakukan pemerintah menyebabkan banyak sektor yang mengalami pelumpuhan. Seperti diketahui, selama masa PSBB, sejumlah pabrik dan aktivitas masyakat di luar rumah berhenti sementara untuk mencegah penularan Covid-19. Beberapa pabrikan yang diketahui menyetop sementara operasinya yaitu PT Honda Prospect Motor (HPM) yang memproduksi brand Honda dan PT Suzuki Indomobil Motor yang memproduksi kendaraan Suzuki. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa stock kendaraan sebenarnya masih cukup di dalam negeri, tetapi yang mengalami penurunan adalah permintaan masyarakat mengalami penurunan. Tidak hanya karena adanya PSBB, larangan pemerintah untuk melakukan mudik juga menjadi salah satu katalis yang menghambat penjualan kendaraan. Gaikindo menargetkan penjualan kendaraan tahun 2020 mengalami penurunan 41,5%, di mana penjualan kendaraan menjadi 600.000 unit, mengalami penurunan dibandingkan penjualan tahun lalu sebesar 1.026.921 unit.
Perlu diperhatikan adalah, pemulihan sektor otomotif diperkirakan akan memakan waktu yang relative lama meskipun nanti pandemic Covid-19 sudah berakhir. Tidak seperti sektor consumer goods yang memang dibutuhkan sehari-hari, masyarakat akan lebih memulihkan kondisi keuangan masing-masing dulu dibandingkan membeli luxury goods seperti kendaraan motor maupun mobil – kecuali memang menjadi sebuah kebutuhan. Karena masih tergolong beratnya situasi yang harus ditanggung oleh sektor otomotif, para pelaku sektor otomotif juga berharap adanya perhatian dari pemerintah berupa insentif seperti contohnya penghapusan pajak penghasilan (PPh) 21 atau pajak gaji karyawan, maupun subsidi dalam bentuk tariff listrik untuk meringankan dampak dari Covid-19 ini ke kinerja perusahaan.
Dampak ke Emiten Otomotif dan Komponen
PT Astra Internasional Tbk (ASII)
Volume penjualan roda empat ASII ditargetkan mengalami penurunan 45% – 50% di tahun 2020 dikarenakan adanya pelemahan permintaan kendaraan. Tidak hanya itu, per Mei 2020 nanti ASII juga akan dihadapkan dengan adanya restrukturisasi kredit dari unit bisnis keuangan PT Toyota Astra Finance dan beberapa multifinance di bawah naungan ASII. PT Toyota Astra Finance nanti akan merestrukturisasi kredit mencapai Rp 4,7 triliun pada Mei 2020 atau setara dengan 18% dari total portfolio kredit perusahaan.
Kontribusi Pemasukan dari ASII. Source : Public Expose ASII 1H19
Oh ya sebelum itu, perlu Anda ketahui bahwa bisnis ASII tidak hanya terbatas pada sektor otomotif saja. Dilansir dari Public Expose ASII pada semester 1-2019 kemarin, memang sektor otomotif yang berkontribusi paling besar terhadap kinerja perusahaan sebesar 43% dari total pendapatan bersumber dari sektor otomotif. Tetapi, tidak hanya itu saja, karena sektor alat berat pun juga berkontribusi tinggi, yakni sebesar 37% terhadap total pendapatan perusahaan. Sektor keuangan, agribisnis, dan juga sektor lainnya berkontribusi secara total sebesar 20% terhadap pendapatan perusahaan.
Brand Otomotif di Bawah ASII
Yang menarik adalah, meskipun sektor keuangan hanya berkontribusi sebesar 9% terhadap total pendapatan perusahaan, tetapi sektor jasa keuangan berkontribusi sebesar 29% terhadap total laba bersih perusahaan. Hal ini berarti bahwa margin keuntungan dari sektor jasa keuangan perusahaan sangat besar. Dari sisi lain, hal ini juga berarti bahwa ASII mendiversifikasi bisnisnya dan meskipun terjadi penurunan di sektor otomotif, tidak semata-mata kinerja ASII langsung mengalami penurunan semuanya, karena kinerja ASII masih ada ditopang dari sektor yang lain.
PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS)
IMAS juga merupakan perusahaan yang cukup mirip dengan ASII. Tidak hanya terdiri dari sektor otomotif, bisnis IMAS juga terdiri dari beberapa segmen seperti jasa keuangan dan juga sektor lainnya. Terlihat pada grafik di bawah, bahwa sektor otomotif berkontribusi sebesar 54.2% terhadap total pendapatan perusahaan dan sisanya masing-masing terdiri dari beberapa sektor lain seperti dari sisi suku cadang (13.8%), 10.5% (jasa keuangan), 9% (sewa kendaraan dan jasa logistik), dan juga total 12.5% untuk segmen bahan bakar dan pelumas, jasa servis, dan juga segmen lainnya.
Segmen Pendapatan Bisnis IMAS. Source : Public Expose IMAS 1Q19
Beberapa brand yang berada di naungan IMAS antara lain adalah Nissan, Datsun, Audi, Volkswagen, Hino dan Suzuki.
Brand otomotif di Bawah Naungan IMAS
Meskipun sedang mengalami penurunan dalam tahun ini, tentu saja otomotif merupakan sektor yang selalu ada yang digunakan sebagai moda transportasi masyarakat, baik untuk bepergian, ataupun memindahkan barang-barang. Oleh karena itu, meskipun mengalami penurunan secara jangka pendek, sektor ini masih akan dibutuhkan di masa yang akan datang dalam keseharian kita.
Strategi yang Dilakukan ASII dan IMAS untuk Mengatasi Masalah Ini
PT Astra International Tbk (ASII)
ASII menyiapkan 3 strategi dalam menyikapi penurunan kinerja karena Pandemi, yakni :
- Menjaga likuiditias
ASII melakukan review capex yang akan dibelanjakan pada tahun ini. Apabila dirasa tidak diperlukan dan tidak berkontribusi terhadap kinerja perusahaan, maka ASII akan mengurangi pengeluaran tersebut. Selain itu, pengeluaran yang dikeluarkan oleh ASII juga dilihat oleh prioritas. Artinya, pengeluaran yang tidak urgent akan ditekan dan hal ini diharapkan dapat menjaga cashflow di Astra maupun di dalam group perusahaan.
- Menjaga keberlangsungan usaha
Telah banyak perusahaan yang bisnisnya ditutup karena adanya Pandemi Covid-19. Menyikapi hal ini, ASII berusaha untuk survive terlebih dahulu ketimbang mengincar pertumbuhan keuntungan di tahun 2020.
- Fokus pada potensi yang ada dari Pandemi Covid-19, termasuk potensi penjualan online
Setiap masalah yang datang akan ada dua sisi; masalah dan peluang. Dalam hal ini, ASII masih mencari peluang yang dapat dimasuki untuk ke depannya dapat meningkatkan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Secara spesifik, PT Toyota Astra motor siap beradaptasi dengan skema New Normal. TAM sudah memiliki platform digital untuk menjangkau konsumen, mulai dari Facebook, Twitter, YouTube, Instagram fitur chat Toyota dan aplikasi mTOYOTA.
PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS)
- Brand Suzuki di bawah IMAS masih meluncurkan merk dan inovasi produk baru
PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) memang memprediksi penjualan mengalami penurunan. Meskipun begitu, Suzuki tetap meluncurkan produk baru, salah satunya seperti adanya untuk mengeluarkan versi baru Suzuki Ignis pada 9 April 2020 kemarin.
- Melakukan penetrasi ke pasar daerah di luar Jabodetabek
Berbeda dengan ASII yang cenderung defensive, IMAS justru lebih gencar untuk melakukan penetrasi ke pasar daerah, seperti yang dilakukan oleh brand Suzuki. Suzuki lebih menggenjot penjualan ke pasar di luar Jabodetabek, secara spesifik ke penjualan Suzuki XL7 yang termasuk model SUV yang telah didistribusikan ke 34 kota di Indonesia.
Kesimpulan
Pandemi Covid-19 melemahkan semua sektor, tidak terkecuali sektor otomotif. Diberlakukannya PSBB menyebabkan penjualan mobil dan motor mengalami penurunan lebih dari 90% pada bulan April dan Mei 2020 apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Meskipun begitu, sektor otomotif merupakan sektor yang dibutuhkan dalam keseharian – dan ke depannya masih akan dibutuhkan untuk moda transportasi maupun untuk memindahkan barang-barang. Jadi, pelemahan yang terjadi sekarang tentu saja hanya terjadi sementara saja.
Beberapa emiten yang tergolong ke dalam sektor ini seperti ASII dan IMAS tentu saja akan mengalami penurunan kinerja pada tahun ini. Penurunan tersebut dikarenakan adanya tidak hanya penurunan penjualan kendaraan, tetapi juga karena adanya penurunan penggunaan kendaraan yang menyebabkan pasar replacement mengalami penurunan juga. Kalau begitu, apakah sekarang saat yang tepat untuk beli sahamnya, Pak? Well, tidak ada yang tahu kapan pandemic Covid-19 akan berakhir dan artinya belum ada yang bisa memastikan kapan terjadinya recovery di sektor ini. Jadi, silakan standby cash untuk bisa melakukan pembelian secara perlahan. Sehingga apabila terjadi penurunan lagi Anda masih memiliki “peluru” untuk membeli saham dengan harga lebih terdiskon.
###
Info:
Tags : Penjualan Otomotif Turun | Penjualan Otomotif Turun | Penjualan Otomotif Turun | Penjualan Otomotif Turun | Penjualan Otomotif Turun | Penjualan Otomotif Turun | Penjualan Otomotif Turun | Penjualan Otomotif Turun | Penjualan Otomotif Turun | Penjualan Otomotif Turun