Terakhir diperbarui Pada 7 Desember 2023 at 5:06 pm
BBKP yang merupakan bank swasta kelas menengah di Indonesia, saat ini tengah menjalani proses akuisisi yang diajukan oleh salah satu bank terbesar asal Korea Selatan. Proses akuisisinya pun terbilang singkat, lantaran bank asal Korsel tersebut sudah menempatkan dana sebesar USD 200 juta atau setara Rp 2.8 triliun. Bagaimana kronologi BBKP diakuisisi Kookmin Bank? Dan benarkah prospek BBKP akan semakin menarik pasca akuisisi tersebut ?
Daftar Isi
Company Profile BBKP
Resmi berdiri pada Juli 1970, dengan nama Bank Umum Koperasi Indonesia, BBKP mulai beroperasi secara komersial sebagai bank umum koperasi sejak Maret 1971. Kegiatan operasionalnya mencakup segala kegiatan bank umum, yang bertujuan melayani kepentingan gerakan koperasi di Indonesia sesuai dengan UU Perkoperasian yang berlaku.
Bank Bukopin bertransformasi sebanyak 2x. Transformasi pertama adalah ketika BBKP juga melakukan merger dengan beberapa bank umum koperasi, dan diteruskan dengan perubahan nama menjadi Bank Bukopin pada Januari 1990. Kemudian transformasi kedua, ketika status badan hukum Bank Bukopin berubah dari koperasi menjadi perseroan terbatas pada Juli 1993. Pembeda Bank Bukopin dengan bank swasta lainnya adalah melayani kepentingan Gerakan koperasi di Indonesia.
Bank Bukopin bukan hanya mengelola sektor perbankan, tetapi merambah sektor jasa keuangan lainnya, di mana Bank Bukopin memiliki dua anak usaha. Pertama, PT Bukopin Finance yang didirikan pada Maret 1983 dan bergerak dalam bidang pembiayaan sewa guna usaha dan multifinance. Kedua PT Bank Syariah Bukopin yang didirikan pada September 1990 dan bergerak dalam bidang perbankan berbasis syariah. Tidak hanya itu saja, Bank Bukopin ini pun telah melakukan pencatatan saham untuk pertama kalinya pada Juli 2006. Dengan demikian perusahaan ini resmi menjadi perusahaan publik, dan menggunakan kode perdagangan BBKP.
Oh ya, sebelum masuk pada pembahasan lebih dalam. Ada baiknya jika kita juga mengetahui mengenai siapa Kookmin Bank ini ? Dan kenapa Kookmin Bank ini harus mengakuisisi saham BBKP ? Supaya tidak bingung pada bagian selanjutnya…
Sekilas Kookmin Bank
Secara struktural, Kookmin Bank ini merupakan bagian dari KB Financial Group Inc dan juga menjadi salah satu grup finansial terbesar di Korea Selatan. Saham KB Financial Group ini tercatat di Korea Exchange (KRX) sejak Oktober 2008, dan juga tercatat di New York Stock Exchange (NYSE) sejak September 2008. KB Financial Group Inc. ini pun sudah menaungi berbagai sektor seperti : KB Koomin Bank – Perbankan, KB Securities – Sekuritas, KB Insurance – Asuransi, KB Kookmin Card – Kartu Kredit, KB Asset Management – Manajemen Aset, KB Capital – Specialized Credit, KB Life Insurance – Asuransi, KB Real Estate Trust – Financial Investment, KB Savings Bank – Savings Bank, KB Investment – Financial Investment, KB Data Systems, dan juga KB Credit Information.
Logo KB Financial Group Inc. Source : https://m.kbfg.com/Eng/index.jsp
Adapun untuk Kookmin Bank sendiri, merupakan perusahaan yang memberikan pelayanan pada segmen retail banking, corporate banking, dan SME banking. Kookmin Bank juga sudah mengembangkan bisnis di sejumlah negara. Mulai dari Inggris, Amerika Serikat, India, China, Hongkong, Jepang, Selandia Baru, Kamboja, Vietnam, Laos, dan Myanmar. Termasuk di sejumlah negara di wilayah Asia Tenggara, seperti di Kamboja, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Indonesia. Tak pelak, Kookmin Bank ini menjadi perusahaan perbankan yang berhasil menempati peringkat 10 besar bank di Asia.
Logo Kookmin Bank. Source : https://omoney.kbstar.com/quics?page=oeng#loading
Adapun jika dilihat dari kinerja Kookmin Bank selama tahun 2019 kemarin, Kookmin Bank ini telah melayani sekitar ±31.5 juta nasabah. Dan juga sudah mengembangkan aplikasi perbankan digital, hingga platform mobile Star Banking dengan basis nasabah sebanyak 15.5 juta pengguna.
Latar Belakang BBKP Diakuisisi Kookmin Bank
Hal lain yang perlu kita tahu, Kookmin Bank ini merupakan salah satu pemegang saham BBKP sejak tahun 2018. Tercatat pada Mei 2018, BBKP melakukan RUPST untuk mendapat persetujuan Penawaran Umum Terbatas (PUT) IV dalam menerbitkan HMETD. Kemudian PUT IV pun dilaksanakan pada tanggal 13 – 25 Juli 2018 untuk memperkuat struktur permodalan, dengan total perolehan hasil PUT IV sebesar Rp 1.462 miliar. Rinciannnya sebesar Rp 1.460 miliar berasal dari Kookmin Bank sebagai standy buyer, dan sisanya sebesar Rp 1.3 miliar berasal dari masyarakat. Sehingga Kookmin Bank berhasil menjadi salah satu pemegang saham BBKP dengan kepemilikan sebesar 22%, dan terlibat aktif dalam Rencana Bisnis BBKP. Berikut ini adalah skema pemegang saham BBKP :
Pemegang Saham BBKP. Source : Laporan Tahunan BBKP 2019
Terlepas dari posisi Kookmin Bank yang sudah memegang saham BBKP. Baru-baru ini bank asal Korea tersebut justru ingin menyerap saham BBKP lebih banyak lagi, sekitar 51% saham BBKP. Berdasarkan keterangan resmi OJK, pihaknya telah menyampaikan surat edaran kepada Kookmin Bank yang juga ditujukan kepada seluruh pemegang saham, mengenai komitmen/kesanggupan dalam memenuhi kebutuhan likuiditas dan permodalan BBKP. Dalam surat edaran tersebut, dijelaskan jika pemegang saham tidak bisa memenuhi komitmennya. Maka kelak investor yang akan masuk, dan pemegang saham tidak bisa menghalangi investor tersebut untuk memperbaiki kondisi BBKP.
Merespon surat ederan OJK, Kookmin Bank pun segera meresponnya dengan melakukan penempatan dana ke rekening penampung (escrow account) dengan nilai mencapai US$ 200 juta atau sekitar Rp 2.8 triliun (kurs Rp 14.000 per dolar AS). Kookmin Bank juga memastikan, akan mengambilalih saham BBKP melalui mekanisme penambahan modal tanpa HMETD. Dan hingga artikel ini ditulis, penempatan dana tersebut sedang dalam proses finalisasi secara legal dan administratif untuk menindaklanjuti persetujuan prinsip dari OJK, terkait dengan Kookmin Bank sebagai Pemegang Saham. Di lain sisi, Kookmin Bank juga menyatakan bahwa pihaknya tidak akan melakukan Mandatory Tender Offer (MTO) atau yang disebut sebagai penawaran tender wajib. Hal itu dilakukan mengikuti peraturan OJK No. 9/2018, yang secara jelas dikecualikan dengan dasar bahwa transaksi perubahan pengendalian berkaitan dengan Penambahan Modal Tanpa HMETD, mengingat tujuannya untuk memperbaiki posisi keuangan BBKP.
Berkenaan dengan itu, BBKP pun akan segera menyelenggarakan RUPS dan RUPSLB terkait dengan penetapan Kookmin Bank untuk menjadi pemegang saham pengendali mayoritas dengan sebanyak 51% saham BBKP.
OJK sendiri mendukung Kookmin Bank sebagai investor dan bersedia memantau pelaksanaan RUPS dan RUPSLB masuknya Kookmin Bank, yang akan menjadi Pemegang Saham Pengendali Mayoritas BBKP. Sejalan dengan itu, OJK juga menginginkan adanya kerjasama dengan media massa untuk melakukan konfirmasi kepada OJK, jika nantinya ada informasi terkait dengan sektor jasa keuangan. Hal itu dimaksudkan agar tidak menimbulkan rumor negatif yang berdampak pada hilangnya kepercayaan sektor jasa keuangan. Dan hingga artikel ini ditulis, proses akuisisi saham BBKP masih terus dilakukan oleh Kookmin Bank. Termasuk berkomunikasi dengan regulator di masing-masing negara, baik Indonesia maupun Korea Selatan.
Di luar daripada proses akuisisi tersebut, BBKP akan menggunakan suntikan modal dari Kookmin Bank ini untuk memperkuat bisnis perusahaan. Lebih khususnya di bidang kredit retail, seperti UMKM dan konsumer.
Dari penjelasan di atas, setidaknya kita sudah tahu komitmen Kookmin Bank terhadap BBKP. Lantas, apa sih tujuan akuisisi ? Dan bagaimana spekulasi yang timbul ?
Tujuan Kookmin Bank Mengakuisisi BBKP
Dari penjelasan di atas, jika dilihat dari sisi kepentingan akuisisi Kookmin Bank terhadap saham BBKP. Maka tidak lain tujuannya, ialah untuk memperbaiki kinerja keuangan BBKP yang tengah mengalami penurunan. Sehingga secara tidak langsung, posisi Kookmin Bank ini diharapkan dapat memperkuat struktur permodalan BBKP, mendukung kemampuan likuiditas BBKP. Termasuk juga dengan mengembangkan kembali bisnis bank di Indonesia.
Tak heran jika akhirnya para pelaku pasar berspekulasi, bahwa keberadaan Kookmin Bank ini akan menunjang prospek bisnis BBKP ke depannya. Lantaran banyak pihak yang menilai posisi Kookmin Bank ini adalah salah satu perbankan besar di Korea Selatan, yang berarti Kookmin Bank ini mampu menopang pertumbuhan bisnis BBKP.
Jika banyak di antara pelaku pasar yang berspekulasi demikian, lantas apakah kinerja fundamental BBKP ini memang sehat dan mumpuni ?
Kinerja Fundamental BBKP
Sebelum kita berspekulasi lebih jauh mengenai BBKP yang diakuisisi oleh Kookmin Bank, ada baiknya jika kita lebih dulu melihat kinerja fundamental BBKP berdasarkan Laporan Keuangan Kuartal I-2020 yang sudah dirilis. Dalam melihat kinerja fundamental BBKP, kita akan menggunakan sejumlah rasio perbankan seperti berikut ini :
→ Capital Ratio/KPMM
Rasio capital ini bisa dihitung dengan menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). Dari rasio ini, kita bisa melihat bagaimana kemampuan modal BBKP berdasarkan Capital Adequacy Ratio (CAR). Tercatat dari 13.29% di Kuartal I-2019 turun menjadi 12.59% di Kuartal I-2020. Penurunan rasio ini, menunjukkan bahwa daya tahan BBKP dalam menanggung risiko-risiko kerugian sepanjang Kuartal I-2020 tengah menurun. Posisi Capital Adequacy Ratio (CAR) BBKP yang berada di level 12.59%, cukup terbilang lemah karena jauh dari batas minimal CAR yang sebesar 14%.
BBKP Kuartal I-2020 | BBKP Kuartal I-2019 | Remarks | |
CAR/KPMM | 12.59% | 13.29% | Failed |
Permodalan BBKP Kuartal I-2020 VS Kuartal I-2019
→Profitability Ratio
Meski CAR BBKP mengalami penurunan, namun dari sisi profitabilitas BBKP ini masih mampu mencatatkan pertumbuhan. Terlihat dari Laba Bersih BBKP, dari Rp 54.7 miliar di Kuartal I-2019 menjadi Rp 53.6 miliar di Kuartal I-2020 (turun sekitar -2.01%). Dengan pertumbuhan Laba Bersih BBKP yang terbilang stagnan, tetapi BBKP ini masih mencatatkan pertumbuhan yang meningkat pada Pendapatan Bunga Bersih dan Pendapatan non Bunga Bersih. Tercatat Pendapatan Bunga Bersih mengalami peningkatan, dari Rp 486.7 miliar di Kuartal I-2019 menjadi Rp 582.9 miliar di Kuartal I-2020 (naik sekitar 19.7% YoY). Demikian pula dengan Pendapatan Non-Bunga Bersih, dari Rp 438.5 miliar di Kuartal I-2019 menjadi Rp 492.4 miliar di Kuartal I-2020 (naik sekitar 12.3% YoY).
Dengan kinerja profitabilitas yang terbilang stagnan tersebut, ROE BBKP ini pun harus mencatatkan penurunan tipis dari 3.32% di Kuartal I-2019 menjadi 3.31% di Kuartal I-2020. ROE BBKP ini sudah sangat jauh dari batas maksimalnya di kisaran 14.00%. Menunjukkan bahwa kinerjanya kurang baik.
BBKP Kuartal I-2020 | BBKP Kuartal I-2019 | Remarks | |
Laba Bersih | Rp 53.6 miliar | Rp 54.7 miliar | Failed |
Pendapatan Bunga Bersih | Rp 582.9 miliar | Rp 486.7 miliar | Passed |
Pendapatan Non Bunga Bersih | Rp 492.4 miliar | Rp 438.5 miliar | Passed |
ROE | 3.31% | 3.32% | Failed |
Profitabilitas BBKP Kuartal I-2020 VS Kuartal I-2019
→Asset Quality Ratio
Adapun jika dilihat dari sisi Asset Quality, hingga kini BBKP masih mampu menjaga pertumbuhan kreditnya. Tercatat jumlah penyaluran kredit BBKP mengalami peningkatan, dari Rp 69.5 triliun di Kuartal I-2019 naik menjadi sebesar Rp 71.1 triliun di Kuartal I-2020 (naik sekitar 2.3% YoY). Meski penyaluran kredit BBKP meningkat, namun BBKP ini kurang mampu menjaga kualitas kreditnya. Tercermin dari rasio NPL BBKP, berikut ini…
Tercatat NPL Gross BBKP meningkat, dari 5.23% di Kuartal I-2019 menjadi 5.33% di Kuartal I-2020. Meningkatnya NPL Gross ini menunjukkan, bahwa jumlah kredit kurang lancarnya mengalami kenaikan tipis. Sedangkan NPL Net BBKP turun tipis, dari 3.54% di Kuartal I-2019 menjadi 3.40% di Kuartal I-2020. NPL Net ini menunjukkan jumlah kredit yang sudah jelas status macetnya, mengalami penurunan tipis. Kendati demikian, NPL BBKP ini sudah melebihi batas maksimal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yakni <5% untuk NPL Gross, dan <2% untuk NPL Net.
Hal yang sama pun nampaknya terjadi pada rasio BOPO BBKP. Memang secara pertumbuhan rasio BOPO BBKP ini tercatat sebesar 95.90% di Kuartal I-2020. Rasio BOPO BBKP ini sudah jauh di atas batas maksimalnya di 70%. Rasio BOPO yang tinggi menunjukkan bahwa BBKP belum berhasil melakukan efisiensi operasional di sepanjang Kuartal I-2020.
BBKP Kuartal I-2020 | BBKP Kuartal I-2019 | Remarks | |
Penyaluran Kredit | 71.1 Triliun | 69.5 Triliun | Passed |
NPL Gross | 5.33% | 5.23% | Failed |
NPL Net | 3.40% | 3.54% | Failed |
BOPO | 95.90% | 97.72% | Failed |
Kualitas Kredit BBKP Kuartal I-2020 VS Kuartal I-2019
→Rentability Ratio
Sementara dari sisi margin bunga bersih atau Net Interest Margin (NIM), BBKP ini tergolong sangat rendah. Meskipun BBKP mencatatkan kenaikan NIM dari level 2.09% di Kuartal I-2019 menjadi 2.44% di Kuartal I-2020, namun masih sangat jauh di bawah NIM 5.0%.
Tercatat kenaikan LDR, dari 85.10% di Kuartal I-2019 menjadi 90.92% di Kuartal I-2020. LDR ini sendiri menunjukkan perbandingan antara besarnya kredit yang disalurkan, dengan besarnya dana yang diterima dari pihak ketiga. Jadi, dengan LDR yang meningkat ini setidaknya menunjukkan bahwa dana yang diterima dari pihak ketiga bisa diserap dengan baik, sekalipun dalam bentuk kredit.
Adapun dari sisi penghimpunan data yakni rasio CASA, yang merupakan rasio pembanding antara Dana Murah (Tabungan + Giro) dengan Total Dana Pihak Ketiga (Tabungan + Giro + Deposito), BBKP terbilang kurang ideal.
Rasio CASA BBKP tercatat hanya sebesar 38.18% di Kuartal I-2020 kemarin, atau berada jauh di bawah indikator CASA ideal 50%. Dengan Rasio CASA yang rendah ini, BBKP harus membayar mahal bunga deposito yang dibayarkan ke nasabah.
BBKP Kuartal I-2020 | BBKP Kuartal I-2019 | Remarks | |
NIM | 2.44% | 2.09% | Failed |
LDR | 90.92% | 85.10% | Passed |
CASA | 38.18% | 38.00% | Failed |
Efisiensi BBKP Kuartal I-2020 VS Kuartal I-2019
Dari sejumlah indikator perbankan di atas, setidaknya kita sudah bisa mengukur kinerja BBKP yang bisa dikatakan tidaklah begitu positif. Meskipun penyaluran kredit meningkat, namun NPL nya justru melebihi batas wajar yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Belum lagi dengan rasio CAR yang pada Kuartal I-2020 kemarin menurun, NIM yang terbilang sangat rendah, rasio CASA yang juga terbilang sangat rendah, rasio BOPO yang tinggi, artinya BBKP saat ini mengalami penurunan daya tahan dalam menanggung risiko-risiko kerugian.
Kesimpulan
Kembali lagi pada pertanyaan di atas, benarkah prospek BBKP akan semakin menarik pasca akuisisi tersebut ?
Dari penjelasan di atas, Penulis sendiri melihat akuisisi yang dilakukan oleh Kookmin Bank yang merupakan salah satu bank terbesar asal Korea Selatan tersebut. Nampaknya, tidak akan mudah dalam memajukan prospek bisnis BBKP. Oleh karenanya, jangan berspekulasi dulu dampak dari akuisisi ini akan positif. Lantaran tidak semua aksi akuisisi suatu perusahaan akan menimbulkan dampak yang jauh lebih positif, daripada situasi sebelumnya. Lho mengapa begitu Pak ?
Penulis sendiri lebih melihat pada kinerja fundamental BBKP, yang terbilang tidak cukup sehat. Di atas tadi, Penulis sudah jelaskan beberapa indikator kinerja BBKP mulai dari CAR Kuartal I-2020 yang mengalami penurunan dari 13.29% di Kuartal I-2019 turun menjadi 12.59% di Kuartal I-2020. Artinya kemampuan modal BBKP saat ini tengah menurun dalam menanggung risiko-risiko kerugian yang mungkin terjadi. Di tambah lagi dengan ROE yang juga menurun dari 3.32% di Kuartal I-2019 menjadi 3.31% di Kuartal I-2020, bahkan ROE nya sudah sangat jauh dari indikator 15.0% yang artinya kinerja BBKP kurang baik. Demikian dengan BOPO BBKP yang sebesar 95.90% di Kuartal I-2020, sudah jauh di atas batas maksimal 70%. Hal-hal ini Menunjukkan bahwa BBKP belum berhasil melakukan efisiensi operasional di sepanjang Kuartal I-2020.
Penurunan yang terjadi pada beberapa indikator perbankan tersebut, setidaknya menurunkan kinerja BBKP saat ini. Dan sudah tentu, hal ini pun mau tidak mau akan menjadi pekerjaan rumah bagi Kookmin Bank untuk memacu kinerja BBKP lebih baik lagi
###
Info:
Tags : BBKP Diakuisisi Kookmin Bank | BBKP Diakuisisi Kookmin Bank | BBKP Diakuisisi Kookmin Bank | BBKP Diakuisisi Kookmin Bank | BBKP Diakuisisi Kookmin Bank | BBKP Diakuisisi Kookmin Bank | BBKP Diakuisisi Kookmin Bank | BBKP Diakuisisi Kookmin Bank | BBKP Diakuisisi Kookmin Bank