Tags : Akuisisi Bank Permata | Akuisisi Bank Permata | Akuisisi Bank Permata | Akuisisi Bank Permata | Akuisisi Bank Permata | Akuisisi Bank Permata | Akuisisi Bank Permata | Akuisisi Bank Permata | Akuisisi Bank Permata | Akuisisi Bank Permata | Akuisisi Bank Permata | Akuisisi Bank Permata | Akuisisi Bank Permata | Akuisisi Bank Permata | Akuisisi Bank Permata |
Terakhir diperbarui Pada 23 Oktober 2020 at 11:39 am
Sejak beberapa bulan yang lalu sudah terdengar kabar bahwa PT Bank Permata Tbk (BNLI) akan diakuisisi sahamnya oleh bank asing dari luar negeri. Sempat santer nama-nama besar seperti Bank Sumitomo, Bank DBS, dan bank besar lainnya yang akan mengakuisisi Bank Permata. Namun ternyata, Bangkok Bank yang akhirnya berhasil mengakuisisi Bank Permata. Dengan diakuisisinya saham Bank Permata sebanyak total 89,12% kepemilikan yang sebelumnya dipegang oleh Astra dan Standard Chartered Bank (SCB), bagaimana prospek BNLI ke depannya?
Daftar Isi
Company Profile BNLI
PT Bank Permata Tbk (BNLI) merupakan salah satu bank umum yang beroperasi di Indonesia. BNLI mulai beroperasi sejak Januari 1955, di mana BNLI merupakan hasil penggabungan dari 5 bank, yakni; PT Bank Bali Tbk, PT Bank Universal Tbk, PT Bank Prima Express, PT Bank Artamedia, dan PT Bank Patriot pada tahun 2002. BNLI telah tercatat di papan Bursa Efek Indonesia sejak 1990 – di mana saat itu masih bernama Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.
Bank Permata tergabung ke dalam kategoti Bank BUKU 3 – di mana segmen bisnis BNLI berada di retail banking, wholesale banking, dan BNLI juga memiliki unit usaha syariah. Saat ini, BNLI melayani lebih dari 3 juta konsumen, terbaru, BNLI juga tercatat memiliki 323 kantor cabang di 62 kota besar – yang di dalamnya termasuk 117 kantor cabang Syariah, 297 kantor layanan Syariah, dan 23 layanan satu atap Haji, dan BNLI juga memiliki 16 mobile branches dan 18 payment point.
BNLI menawarkan rangkaian lengkap dari produk dan jasa perbankan yang meliputi rekening giro dan tabungan, deposito berjangka, reksa dana, obligasi, pinjaman perorangan, kartu kredit dan juga hipotek untuk konsumer ertail yang tersedia dalam bentuk layanan konvensional dan syariah. Di luar itu, BNLI juga menawarkan pinjaman Modal Usaha, Dealer Finance, Join Finance, Transaksi Perbankan, Trade Finance, Forex, begitupun juga dengan layanan sekuritas dan jasa agensi pengembangan bisnis SME dan wholesale.
BNLI memperoleh izin sebagai bank umum berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.1937/U.M.II tanggal 19 Februari 1957. (sumber: website perusahaan)
Pengakuisisian Bank Permata
Sejak awal tahun ini, telah santer berita tentang banyak bank asing maupun dalam negeri yang ingin mengakuisisi Bank Permata (BNLI). Bank Sumitomo, Bank Mandiri, Bank DBS, ada juga Oversea Chinese Banking Corporation (OCBC) menjadi kandidat kuat dalam mengakuisisi BNLI. Oh ya, terkait akuisisi, Penulis pernah menulis tentang akuisisi Bank Danamon (BDMN) yang dilakukan oleh MUFG Bank pada bulan Mei 2019 lalu di :
[Baca lagi : Harga Saham Terjun Bebas 50% Setelah Diakuisisi, Bagaimana Prospek BDMN ?]
Tapi, akhirnya drama pengakuisisian BNLI telah usai setelah Bangkok Bank menandatangani perjanjian pembelian saham BNLI dari Standard Chartered Bank (SCB) dan PT Astra International Tbk (ASII) di mana masing-masing dari SCB dan ASII sama-sama memiliki saham BNLI sebesar 44,56%. Dengan demikian, Bangkok Bank sekarang telah menjadi mayoritas pemegang saham BNLI dengan kepemilikan total sebanyak 89,12%.
Direksi BNLI menyambut baik mengenai informasi tentang Bangkok Bank yang akan menjadi pemegang saham mayoritas BNLI. Yang menarik perhatian Penulis adalah : Transaksi tersebut diselesaikan dengan harga 1,77x dari harga buku BNLI (1,77x PBV) – sekitar Rp 1.498,- per lembar saham, lebih tinggi dari harga BNLI di pasar senilai Rp 1.300an. Dengan asumsi demikian, total nilai uang yang harus dirogoh dari kocek Bangkok Bank adalah senilai Rp 37,43 triliun.
Perlu Anda ketahui juga, Bangkok Bank merupakan salah satu bank korporasi terbesar di Thailand dengan total aset senilai USD 105 miliar. Bangkok Bank telah beroperasi secara internasional pada 31 lokasi di 14 negara berkembang – termasuk di dalamnya adalah China, Kamboja, Hongkong, Indonesia, Jepang, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Taiwan, Vietnam, Inggris dan juga Amerik Serikat. Tercatat, Bangkok Bank memiliki total lebih dari 17 juta nasabah retail dari total 1.200 cabang yang beroperasi di seluruh dunia. Saat ini, Bangkok Bank memiliki 3 cabang di Indonesia, yakni Jakarta, Medan, dan Surabaya.
Dalam mengakuisisi BNLI, Bangkok Bank menargetkan akan rampung di kuartal 3-2020.
Kinerja dan Pospek BNLI ke Depannya
Kinerja BNLI dapat dikatakan ciamik di kuartal 3-2020 ini. Sampai Q3 2019, BNLI mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,09 triliun – di mana angka tersebut naik 121% yoy bila dibandingkan dengan perolehan laba bersih di periode yang sama tahun lalu (Q3 2018) yang hanya mencatatkan laba bersih sebesar Rp 494,15 miliar.
Penyampaian kinerja BNLI ini disampaikan oleh Presiden Direktur (Presdir) BNLI, Ridha DM Wirakusumah pada Indonesia Economic Outlook 2020 dengan tema “Maintaining Resilience Amidst Global Uncertainty”.
Pencatatan laba bersih ini tidak lari dari kontribusi dan kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 3% yoy, dan pendapatan operasional lain selain dari bunga yang naik juga sebesar 22% yoy dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Rasio BOPO yang menjadi tolak ukur pengontrolan biaya operasional juga terjaga dengan baik ke angka 87% dari sebelumnya 96% di tahun lalu. Sebelumnya, rasio yang cukup menekan laba bersih BNLI adalah dari sisi non-performing loan (NPL) BNLI atau rasio kredit bermasalah. Per Q3 2018, angka Gross NPL dan Net NPL dari BNLI tercatat sebesar 4,7% dan 1,7%. Tetapi, sekarang pada Q3 2019 angka tersebut telah membaik. Di mana Gross NPL tercatat sebesar 3,3% dan Net NPL sebesar 1,2%. Artinya, kualitas asset yang disalurkan BNLI jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Dari sisi penyaluran kredit, BNLI mencatatkan penyaluran kredit dengan total Rp 107,6 triliun sampai Q3 2019, angka tersebut naik 1% yoy. Penyaluran kredit mendapat kontribusi dari retail bangking dan wholesale banking.
Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) BNLI pada Q3 2019 juga mencatatkan pertumbuhan sebesar 2% yoy, giro naik 11% yoy, tabungan naik 6% yoy, sedangkan yang mengalami penurunan adalah deposito yang turun sebesar -4% yoy dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Kinerja BNLI di Q3 2019 dapat dikategorikan dengan sangat baik. Tetapi, mari kita lihat prospek dari BNLI dengan bergantinya pemegang saham mayoritas dari ASII dan SCB menjadi Bangkok Bank.
Perlu diketahui dulu sebelumnya, yang berubah dari BNLI adalah hanya struktur kepemilikannya saja, bukan dari sisi bisnis model – ataupun jajaran direksi yang mengontrol operasional perusahaan. Perlu Anda ketahui juga, dengan diakuisisinya BNLI oleh Bangkok Bank – yang notabene sama-sama berasal dari industri yang sama, yakni perbankan, dapat menjadi katalis positif bagi BNLI.
Hal ini dikarenakan Bangkok Bank merupakan bank terbesar dengan fondasi yang cukup kuat, yang dapat membantu BNLI untuk berekspansi dan mencari pangsa pasar yang baru ataupun perluasan jaringan bisnis BNLI ke arah yang lebih baik ke depannya. Lebih spesific lagi, akuisisi ini akan memberi peluang bagi BNLI untuk memanfaatkan link dan network dari Bangkok Bank dalam bisnis korporat dan usaha kecil menengah (UKM) yang dijalankan oleh BNLI, akuisisi ini juga berarti bahwa BNLI telah memiliki hubungan kerja sama dengan korporasi terbesar di Thailand – lengkap dengan jaringan regionalnya.
Chairman Bangkok Bank, Piti Sithi-Amnuai, menyatakan dalam pernyataan pers bahwa memang Bangkok Bank sedang melakukan ekspansi internasional sebagai strategi utama mereka, dan Indonesia – menurut Bangkok Bank – adalah salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia dilengkapi dengan kondisi fundamental makroekonomi yang menarik dan juga memiiki struktur demografi yang menguntungkan. Dengan diakuisisinya BNLI, Bangkok Bank percaya terhadap kondisi perbankan Indonesia siap untuk memberikan pertumbuhan yang baik dengan menjaga margin yang sehat ke depannya.
Kesimpulan
Akuisisi BNLI oleh Bangkok Bank akhirnya menjawab teka-teki yang selama ini menyelemuti pasar – terkait siapa yang akhirnya akan mengakuisisi Bank Permata. Bangkok Bank mengakuisisi BNLI di rasio 1,77x PBV – dengan mengakuisisi saham BNLI yang sebelumnya dimiliki oleh PT Astra International Tbk (ASII) sebesar 44,56% dan juga Standart Chartered Bank (SCB) yang juga sama-sama memiliki 44,56%. Total kepemilikan saham yang akan dimiliki oleh Bangkok Bank adalah 89,12% dari total saham BNLI.
Total transaksi yang terjadi adalah sekitar Rp 37,43 triliun, di mana harga BNLI per lembarnya di patok seharga Rp 1.498,-. Angka ini masih berada di atas harga BNLI di pasar yang berada kisaran Rp 1.300an.
Melalui akuisisi ini, perlu diingat bahwa bisnis model BNLI tidak akan berubah. Malah, dengan pemegang saham mayoritas utama adalah sesame dari industri bank – yang notabene memiliki jaringan akses dan network yang lebih luas dari BNLI, hal ini dapat menjadi katalis positif bagi BNLI.
Karena, BNLI dapat memanfaatkan Bangkok Bank untuk berekspansi dan mencari pangsa pasar yang baru ataupun perluasan jaringan bisnis BNLI ke arah yang lebih baik ke depannya.
Tetapi, tentu saja untuk bagaimana hasilnya akan terjadi, harus kita lihat setelah Bangkok Bank selesai mengakuisisi BNLI – targetnya selesai di Q3 2020 – dan telah menerapkan atau memberikan kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan kinerja BNLI.
###
Info:
Nuhun Pak, kalo saya nabung saham apakah cocok di Bank Buku 3 ?
Karena harga saham bank buku 4 kurang sesuai dengan kantong mahasiswa.