Prospek Saham AGII

Sektor gas industri merupakan salah satu sektor yang jarang dilirik oleh pelaku pasar, mengingat masih sedikitnya perusahaan yang beroperasional di sektor gas industri. Akan tetapi di Indonesia sendiri, ada satu pemain besar di sektor gas industri, yakni PT Aneka Gas Industri (AGII). Saat artikel ini ditulis, harga saham AGII berada di level terendahnya pada 550-an, atau terkoreksi sekitar 50% dari harga IPO nya. Apakah penurunan harga sahamnya diiringi dengan penurunan fundamental nya ?

 

Sekilas Tentang AGII

AGII berdiri pada September 1971 oleh Pemerintah RI dan bergerak di bidang usaha memproduksi, memasarkan dan menjual berbagai macam gas untuk industri dan produk-produk terkait dalam bentuk gas, cair maupun padat. Adapun jenis-jenis gas yang diproduksi antara lain : gas udara (oksigen, nitrogen, dan argon), gas sintetis, bahan bakar gas, gas langka, gas sterilisasi, gas pendingin, dan gas elektronik. Tidak hanya itu, AGII juga menjalankan kegiatan usaha jasa terkait dengan produk gas yang dihasilkan, seperti memperdagangkan produk gas dari produsen lain ke pelanggan. AGII juga merancang konstruksi, instalasi peralatan gas, dan memasok gas campuran, khusus dan medis. Dan hingga saat ini AGII memiliki jaringan distribusi yang tersebar luas di seluruh Indonesia. Demikian halnya dengan jumlah pabrik yang sudah mencapai 50 pabrik, dan 100 stasiun pengisian (filling station).

AGII menghasilkan produk gas industri yang beragam dan bisa digunakan oleh berbagai elemen industri. Mulai dari medis, kedokteran, farmasi, bioteknologi, minyak dan gas, petrokimia, pertambangan, pengolahan baja dan logam, metalurgi, energi, infrastruktur, pabrik makanan dan minuman, kimia, tekstil, transportasi dan lain sebagainya.

AGII sendiri mencatatkan perusahaannya ke Bursa Efek Indonesia per September 2016, dengan harga perdana 1,100 per lembar saham. Adapun untuk pembagian pemegang saham AGII ini adalah sebagai berikut :

 

Pemegang Saham AGII. Source : Laporan Tahunan AGII 2017

 

Bisnis AGII Sama Dengan PGAS ?

Ini pertanyaan yang seringkali ditanyakan kepada Penulis. Banyak investor yang berpikir bahwa bisnis AGII ini sama dengan bisnis yang dijalankan oleh PGAS, karena sama-sama menjual Gas. Padahal sebenarnya berbeda. AGII adalah perusahaan energi berbasis udara. Sedangkan PGAS adalah Perusahaan energi  berbasis bawah tanah.

Gas industri sendiri adalah sekelompok bahan yang diproduksi secara khusus untuk digunakan di industri-industri. Gas Industri berwujud gas atau senyawa udara pada suhu dan tekanan lingkungan (ambient pressure) yang disesuaikan. Adapun dalam definisi yang lebih sempitnya, gas industri ini hanya sebagai gas utama yang dijual seperti Nitrogen (N2), Oksigen (O2), Karbondioksida (CO2), Argon (Ar), Hidrogen (H2), Asetilena (C2H2), dan Helium (He).

 

Hal yang Menarik Dari AGII ?

Okay, setelah Anda memahami sekilas mengenai AGII termasuk apa itu Gas Industri, pertanyaan selanjutnya adalah Apa yang menarik dari AGII ini ? Berikut ini adalah beberapa hal yang menarik dari AGII :

#Bidang Gas Industri merupakan kebutuhan bagi banyak indutri

Salah satu daya tarik bisnis AGII adalah bergerak di bidang gas industri, di mana gas industri merupakan produk yang banyak digunakan sebagai produk pendukung bagi banyak elemen industri-industri. Beberapa industri yang membutuhkan banyak gas industri adalah Rumah Sakit, yang menggunakan gas industri untuk pendukung sistem pernapasan (Oksigen). Selain itu gas industri banyak dipakai industri Food and Beverafe untuk membekukan makanan (Nitrogen). Selain itu industri baja juga banyak memakai gas industri untuk pabrikasi metal dan produksi baja (Argon), dll. Termasuk industri penerbangan dan luar angkasa yang membutuhkan gas (Hydrogen).

 

#Tingkat Kompetisi yang Sehat

Persaingan dalam sektor gas industri masih tidak terlalu intense, bahkan masih dalam tahap kompetisi yang sehat. Adapun sebagai gambaran, saat ini ada 5 perusahaan gas industri yang mendominasi pasar gas industri Indonesia. Di mana untuk perusahaan lokal, dikuasai oleh AGII dan Samator (yang sudah menjadi satu group), di mana AGII menguasai 26% market share, dan Samator menguasai 13% market share. Artinya AGII dan Samator secara kolektif menguasai sekitar 39% market share jaringan distribusi di seluruh Indonesia. Sementara untuk perusahaan asing di Indonesia ada The Linde Group perusahaan yang berasal dari Jerman, Air Liquide perusahaan  yang berasal dari Perancis, dan Air Products.

Oleh karenanya, AGII pun relatif tidak menghadapi ancaman dari kekuatan tawar menawar konsumen dan masih berada dalam kategori yang wajar, karena hanya terdapat beberapa produsen gas industri di Indonesia. Demikian halnya untuk tawar menawar dengan supplier, karena bahan baku yang digunakan AGII memang berasal dari udara atau gas.

 

Pangsa Pasar AGII dan Samator. Source : Gasworld per 2018

 

#Sektor Gas Industri masih terproteksi

Bisnis AGII termasuk dalam industri yang terproteksi. Salah satu alasan yang membuat bisnis AGII di sektor gas industri masih terproteksi karena terdapatnya batasan yang cukup sulit (barrier of entry) untuk perusahaan-perusahaan lain bisa menjangkau gas industri ini.  Di mana sektor gas industri ini merupakan sektor yang padat modal untuk membangun sebuah gas industri, dan juga membutuhkan jaringan distribusi yang kompleks karena produknya unik yakni bersifat senyawa udara atau gas. Tidak hanya itu, jika ingin membangun bisnis di sektor gas industri ini harus menyediakan peralatan khusus seperti tabung tekanan tinggi, tanki cryogenic untuk produk gas dalam bentuk cair, pipeline untuk mendistribusikan gas ke pelanggan.

 

#Memiliki Jaringan Internasional di Bawah Samator Group

Posisi AGII semakin terdongkrak dengan mendapatkan dukungan dan bantuan pengelolaan di bawah Samator Group. PT Samator sendiri didirikan pada Juli 1975 sebagai pabrik asetilen di Surabaya – Jawa Timur, dan sudah memiliki hubungan yang terintegrasi dengan berbagai industri. Adapun tujuan AGII berada di bawah pengawasan Samator Gruop, agar AGII bisa memiliki akses lebih luas terhadap pemain sektor gas industri multinasional lainnya. Adapun sebagai gambarannya adalah di bawah ini :

 

Relasi Bisnis AGII. Source : Public Expose AGII 2018

               

Risiko Berinvestasi di AGII         

Seperti halnya setiap perusahaan lainnya, AGII ini juga tidak terlepas dari risiko usaha. Meskipun AGII berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih positif sejak IPO, akan tetapi AGII juga memiliki beberapa risiko yang harus kita ketahui. Pertama, AGII Memiliki NPM dan ROE yang relative kecil. Sebagai gambaran dalam Laporan Keuangan AGII yang terakhir, Net Profit Margin (NPM) dan Return on Equity (ROE) AGII relatif kecil, yakni NPM 5% dan ROE 3%. Salah satu alasan mengapa hingga saat ini NPM dan ROE AGII masih sangat minim adalah karena sejumlah aset tetap AGII belum maksimal dalam menghasilkan Laba secara lebih lagi bagi AGII. Selain itu, faktor depresiasi AGII yang mencapai hingga Rp 250 miliar per tahun, turut membebani AGII secara pencatatan akuntansi. Hingga saat ini, AGII masih harus mengembangkan bisnisnya dengan menambahkan sejumlah filling station.

Kedua, AGII masih membutuhkan Capex yang cukup besar setiap tahunnya. Sebagai gambaran, AGII saat ini membutuhkan belanja modal sekitar Rp 600 – 700 miliar per tahun. Sayangnya kebutuhan ini belum mampu diimbangi dengan kemampuan Operating Cash Flow AGII yang saat ini hanya sekitar Rp 300 – 400 miliar per tahun. Kondisi ini membuat AGII harus menerbitkan sejumlah hutang untuk menutupi kebutuhan belanja modalnya. Hal ini terlihat dari Total Liabilitasnya yang membengkak menjadi Rp 3.5 triliun di 2018. Akan tetapi sejak IPO di 2016, AGII mendapatkan dana segar dari IPO sebesar Rp 843 miliar sehingga hingga saat ini AGII belum menambah pinjaman lagi di 2017 dan 2018.

Ketiga, AGII ini merupakan salah satu emiten yang belum pernah membagikan dividen. Sampai dengan saat ini, tercatat AGII belum pernah membagikan dividend. Salah satu alasannya adalah AGII ingin memaksimalkan laba yang ada sebagai Retained Earnings, termasuk untuk terus menambah filling stations nya. Kendati demikian AGII berkomitmen untuk memberikan dividen kepada pemegang saham ke depannya. Meskipun begitu, belum bisa dipastikan lebih jauh lagi kapan tepatnya AGII akan mulai membagikan dividen.

 

Prospek AGII ke Depan ?

Lantas bagaimanakah peluang bisnis AGII ke depan ? Tahun ini AGII masih akan masif mengembangkan bisnisnya. Pertama, hal ini terlihat dari rencana AGII yang melirik kontrak besar di luar pulau Jawa, dengan membangun filling station baru. Di mana AGII berencana menambah 10 filling station. Salah satu alasan AGII berekspansi di luar pulau Jawa karena potensi bisninya masih cukup bagus. Kedua, pertumbuhan kinerja AGII tahun ini berpotensi didukung oleh pertumbuhan rumah sakit dan meningkatnya permintaan penyaluran gas. Bahkan di sepanjang tahun 2018 kemarin, AGII menguasai pangsa pasar di sektor gas medis sebesar 75% hingga 80%. Di samping itu, sekitar 60% – 65% rumah sakit sudah menjadi klien AGII dan juga memperoleh jasa instalasi dari AGII langsung. Dan sebagai tambahan informasi, AGII ini memiliki sejumlah kontrak dengan kelompok-kelompok bisnis rumah sakit di Indonesia. Baik untuk rumah sakit swasta maupun rumah sakit pemerintah.

Ketiga, AGII sudah mengamankan sekitar 70% Pendapatannya dengan kontrak jangka menengah dan kontrak jangka panjang. Rata-rata rentang waktu kontrak tersebut adalah selama 5 tahun hingga 15 tahun.

Bagaimana dengan Valuasi nya ? Pada saat artikel ini ditulis, harga saham AGII berada di kisaran 530-an dan dengan valuasi PER 16.6x dan PBV 0.5x. Meskipun secara valuasi terlihat cukup tinggi, jangan lupakan bahwa AGII ini menawarkan pertumbuhan yang tinggi (CAGR : 30%). Kendati demikian, AGII ini kurang cocok untuk trading jangka pendek apalagi kalau Anda hanya berharap keuntungan jangka pendek saja.

 

Kesimpulan

AGII memiliki sejumlah kelebihan seperti produknya yang dibutuhkan oleh berbagai industri di Indonesia, kompetisi yang relative sehat, serta berada di industri yang terproteksi. Selain itu prospek AGII juga cukup baik mengingat AGII memiliki sejumlah kontrak dengan kelompok rumah sakit baik swasta maupun pemerintah. Dan di tahun 2019 ini, AGII berekspansi mengembangkan bisnisnya ke luar pulau Jawa serta menargetkan terbangunnya 10 unit filling station baru.

Meski demikian sebagai investor kita tetap perlu memperhatikan risiko-risiko seperti NPM dan ROE yang relatif rendah, AGII masih membutuhkan Capex yang belum mampu diimbangi kemampuan arus kas operasinya, serta AGII juga tercatat belum pernah membagikan dividend.

 

Disclosure : AGII telah menjadi bagian dari portfolio Penulis pada average 540. Perubahan posisi dana average dapat terjadi sewaktu-waktu. Pembahasan ini bukan bersifat rekomendasi beli atau jual. Do Your Own Research.

 

###

Info:

  • Monthly Investing Plan Mei 2019 sudah terbit. Anda dapat memperolehnya di sini.
  • Cheat Sheet LK Q1 2019 sudah terbit, Anda dapat memperolehnya di sini.
  • E-Book Quarter Outlook LK Q1 2019 akan segera terbit. Anda dapat memperolehnya di sini.
  • Jadwal Workshop :
    • Stockademy Value Investing bersama TICMI (Jakarta, 22 Juni 2019) dapat dilihat di sini.

Tags : Prospek Saham AGII | Prospek Saham AGII | Prospek Saham AGII | Prospek Saham AGII | Prospek Saham AGII | Prospek Saham AGII | Prospek Saham AGII | Prospek Saham AGII | Prospek Saham AGII | Prospek Saham AGII | Prospek Saham AGII | Prospek Saham AGII | Prospek Saham AGII | Prospek Saham AGII
1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

reCaptcha v3
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *