transformasi bisnis HERO

Pasar ritel saat ini semakin menghadapi persaingan ketat di tengah menjamurnya berbagai ritel lainnya dengan penawaran variasi produk dan harga yang bervariasi. Kondisi tersebut menggeser posisi HERO yang awalnya adalah pelopor di ritel modern pertama di Indonesia. Meskipun hingga kini HERO masih bertahan, namun keberadaannya sudah tidak sedominan dahulu.

Demikian pula, saat ini harga saham HERO diperdagangkan di kisaran Rp 900,-an, atau sudah mengalami penurunan sebesar lebih dari 70% dari harga sahamnya Rp 3400,-an di tahun 2014. Lantas bagaimana upaya HERO untuk bertahan ditengah tantangan era ritel baru saat ini ?

 

 

Sekilas Profil HERO

HERO merupakan pelopor di ritel modern pertama dengan banyak toko yang tersebar di wilayah Indonesia. Berdiri pertama kali pada Agustus 1971 di Jakarta, dengan membuka Hero Mini supermarket. HERO sendiri resmi mencatatkan perusahaannya ke Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1989. Sejak saat itu, HERO terus mengalami perkembangan menjadi salah satu operator terkemuka di Indonesia.

Selama kiprahnya HERO memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia, menjadikan HERO sebagai perusahaan ritel dengan level skala multinasional. HERO bergerak di bidang usaha supermarket, hypermarket, minimarket, dan bentuk usaha ritel khusus. Dan HERO memiliki dua segmen usaha, yakni Bisnis Makanan dan Bisnis Non-Makanan. Adapun segmen usaha bisnis Makanan, dijalankan oleh Hero Supermarket dan Giant (Hypermarket, Supermarket, Minimarket). Sementara untuk segmen usaha bisnis Non-Makanan, dijalankan oleh Guardian untuk produk kesehatan dan kecantikan. Serta IKEA untuk berbagai produk perabotan rumah tangga.

Masing-masing segmen usaha bisnis HERO tersebut, tetap memiliki perbedaan pelayanan dan target pasar. Untuk Hero Supermarket sendiri memiliki pilihan produk yang beragam dan layanan pelanggan. Produk yang premium, produk lokal yang segar serta produk eksklusif dengan merek internasional menjadi keunggulan utama Hero Supermarket.

 

Sedangkan untuk Giant menawarkan ragam produk dengan harga terjangkau. Giant sendiri beroperasi sejak tahun 2002, dan terbagi menjadi Hypermarket dan Supermarket. Kemudian di 2013, HERO melakukan perubahan identitas dari Giant Hypermarket dan Giant Supermarket menjadi Giant Ekstra dan Giant Ekspress. Giant Ekstra menawarkan produk yang lengkap untuk kebutuhan bulanan dengan harga murah. Sedangkan Giant Ekspres, untuk produk kebutuhan mingguan dengan harga murah.

 

Sementara untuk Guardian menawarkan berbagai macam produk kesehatan dan kecantikan. Guardian beroperasi di Indonesia sejak tahun 1990. Selain itu, Guardian juga beroperasi di Malaysia, Singapura, Vietnam, Brunei dan Kamboja.

 

Dan untuk IKEA sendiri, menyediakan rangkaian lengkap produk perlengkapan rumah tangga yang terjangkau dan unik. Sebagai gerai furniture berkelas global di Indonesia, IKEA sendiri pertama kali beroperasi di Indonesia sejak tahun 2014 di Kawasan Alam Sutera.

 

Dengan segmen bisnis tersebut, secara tidak langsung sudah membentuk HERO menjadi HERO Group sebagai peloper ritel di Indonesia. Dengan besarnya bisnis yang dijalankan HERO membuat HERO memiliki sejumlah pemegang saham, yang terbagi sebagai berikut :

Pemegang Saham HERO. Source : Kontan Maret 2019

 

Berdasarkan komposisi pemegang saham di atas, membuat jaringan bisnis HERO mengikuti jaringan yang dimiliki oleh konsorsium ritel terbesar dunia Dairy Farm International Holdings. Hal itu juga yang membuat HERO secara resmi menjadi ritel global di Indonesia, dan beroperasi seperti ritel kelas dunia lainnya. Dairy Farm sendiri melalui kepemilikannya di HERO juga sudah diberikan hak untuk waralaba di IKEA Indonesia.

 

Perkembangan dan Transformasi Bisnis HERO

Gerai HERO pertama kali tahun 1971 & di tahun 1980-an. Source : www.hero.co.id

Jumlah Gerai HERO Group
TahunHERO SupermarketHypermarket Giant EkstraSupermarket Giant EkspressMinimarket Giant MartGuardianIKEATotal Gerai
2017325810532501449
201633551142451448
20153453120Starmart 3181609
 Informasi : Di tahun 2015, HERO masih memiliki gerai Starmart dengan jumlah 84 toko. Di mana HERO sudah melakukan penutupan sebanyak 50 toko. Sisa gerai Starmart ini akan ditutup seluruhnya di tahun 2016.
201436551291343491703
20133751121157316682
20123946103151266605
2011614683132231553
2010473873125206489

 

Jika dilihat pada keseluruhan jumlah gerai di atas, HERO mulai mengubah format ritelnya di tahun 2016. Di mana HERO mulai mendivestasikan bisnis Starmartnya yang didirikan sejak Juli 1991. Hal itu dikarenakan pertumbuhan pasar ritel di tahun 2016 hanya tumbuh sebesar 7.7%, angka itu turun dari pertumbuhan pasar ritel di tahun 2015 yang sebesar 10.5%.

Tak pelak kondisi itu menimbulkan tantangan bagi bisnis pasar ritel modern. Untuk mengatasi kondisi itu, di tahun 2017 HERO lakukan transformasi bisnis. Salah satunya dengan merambah ke segmen minimarket dan mulai megoperasikan 3 minimarket Giant Mart.

 

 

Hingga saat ini minimarket Giant Mart ini seluruhnya masih terletak di wilayah Jakarta. Adapun pembukaan pertama gerai Minimarket Giant Mart ini berlokasi di Kebon Jeruk – Jakarta Barat. Minimarket Giant Mart ini menjual produknya dengan harga yang lebih murah. Tidak hanya itu, minimarket Giant Mart ini juga melayani sistem pembayaran one stop shopping. Dengan tujuan, pelanggan juga bisa melakukan transaksi pembayaran kebutuhan.

Penurunan kinerja yang berkelanjutan dari segmen bisnis Makanan nya tersebut, membuat HERO harus melakukan transformasi di 2019 ini. Di mana HERO akan membenahi segmen bisnis Makanan dan sekaligus memperkuat bisnis Non-Makanan.

 

Pencapaian Kinerja HERO

Meski HERO sudah bertransformasi di tahun 2017 melalui segmen minimarket. Namun hal tersebut, tidak lantas membawa perbaikan bagi HERO di tahun 2018 kemarin. Jika dilihat berdasarkan Laporan Keuangan Tahunan HERO, pendapatan HERO di sepanjang 2018 kemarin menjadi sebesar Rp 12.9 triliun. Angka ini turun 0.46% Bila dibandingkan dengan pendapatan HERO di tahun 2017 yang sebesar Rp 13.0 triliun. HERO masih beruntung karena pendapatan dari segmen non makanan (Guardian dan HERO) masih bertumbuh positif di tengah menurunnya pendapatan dari segmen makanan (Hero dan Giant).

Meskipun pendapatan hanya menurun tipis, namun lebih parahnya, secara bottomline HERO justru harus menanggung kerugian hingga sebesar Rp 1.2 triliun. Jika dibandingkan dengan kerugian Rp 191 miliar di tahun 2017. Sekali lagi, angka kerugian ini bisa lebih besar jika tidak ditopang oleh laba bersih positif yang disumbangkan dari segmen non-makanan.

Jika dilihat lebih jauh, naiknya angka kerugian dari net profit HERO saat ini juga tidak terlepas dari rencana transformasi bisnis HERO. Sebagai akibatnya ada penyesuaian biaya yang cukup signifikan untuk melakukan perbaikan tersebut. HERO harus mencatatkan dana keluar sebesar Rp 1.3 triliun dalam Laporan Keuangannya di 2018, sebagai berikut :

Biaya Restrukturisasi HERO. Source : Laporan Keuangan Kuartal IV-2018 HERO.

 

Adapun jika dilihat lebih jauh, biaya restrukturisasi ini akan digunakan untuk membenahi kinerja segmen bisnis Makanan di tahun ini. Screenshotnya bisa dilihat sebagai berikut :

Detail Biaya Restrukturisasi HERO. Source : Laporan Keuangan Kuartal IV-2018 HERO.

 

Sedangkan kontribusi yang diberikan dari segmen bisnis Makanan sendiri, hingga saat ini memang belum menunjukkan performa yang memuaskan kinerja perusahaan. Di mana kontribusi segmen bisnis Makanan pun hampir tidak melebihi kontribusi dari segmen bisnis Non-Makanan. Bahkan kontribusi hasil segmen bisnis Makanan di tahun 2017, harus mengalami kerugian sebesar Rp 433 miliar. Beda halnya dengan kontribusi hasil segmen bisnis Makanan di tahun 2016, yang masih bisa mencatatkan kontribusi sebesar Rp 90 miliar. Sebagai gambarannya :

Kontribusi Hasil Segmen Usaha. Source : Laporan Keuangan Kuartal IV-2018 HERO.

 

 

Prospek HERO di Era Ritel Baru

Kendati HERO terkendala di segmen bisnis Makanan, maka persiapan transformasi bisnis HERO ini adalah juga sebagai upaya HERO menghadapi era ritel baru saat ini. Mengingat HERO ini adalah pemain lama di dunia ritel, dan juga sebagai pemimpin pasar yang faktanya hingga saat ini masih bertahan. HERO perlu menyelaraskan segmen bisnis makanan khususnya di Hypermarket, Supermarket, Minimarket Giant, seiring dengan perubahan keinginan pelanggan di pasar.

Bersamaan dengan restrukturisasi segmen bisnis Makanan. HERO juga berencana investasi di bisnis Non-Makanan, khususnya di IKEA. Salah satunya dengan meluncurkan platform online IKEA, dan juga akan membangun gerai IKEA kedua setelah di Alam Sutera – Tangerang. Adapun gerai IKEA kedua yakni di Jakarta Garden City Cakung – Jakarta Timur yang masih dalam tahap pengerjaan. Sedangkan untuk selanjutnya HERO pun akan membuka gerai IKEA di luar Jabodetabek, salah satunya di Bandung – Jawa Barat.

Demikian halnya dengan Guardian, HERO akan melakukan ekspansi yang berkelanjutan. Setelah sebelumnya di Oktober 2018 mengembangkan supply chain. Salah satunya dengan membuka Distribution Center di Surabaya. Ekspansi itu akan dilanjutkan kembali di tahun ini. Maka, besar kemungkinan setelah proses perbaikan di segmen bisnis Makanan rampung. HERO siap bertransformasi masuk ke era ritel baru.

 

Kesimpulan

Meskipun secara kinerja keuangan HERO masih berdarah-darah saat ini, namun kinerja operasional HERO masih cukup positif dengan transformasi bisnis yang terus dilakukan hingga saat ini. Secara keseluruhan HERO masih mampu bertahan di tengah persaingan era ritel baru. Hal itu karena terdorong sejumlah penopang, mulai dari Hero Supermarket yang masih berkontribusi positif lantaran memiliki standar operasional yang lebih baik. Selain itu, HERO masih diselamatkan oleh segmen bisnis Non-Makanan yakni dari Guardian dan IKEA.

Meskipun terus melakukan sejumlah transformasi, namun transformasi yang dilakukan oleh HERO sejak 2016 – 2017, belum membuahkan kinerja yang positif hingga saat ini. Di mana dalam 2 tahun terakhir, HERO masih mencatatkan rugi bersih. Namun setidaknya, langkah transformasi yang dilakukan oleh HERO memberikan harapan bahwa HERO akan kembali pada masa kejayaannya.

Oleh karena itu, Penulis belum terlalu menyarankan untuk masuk ke HERO saat ini, meskipun harganya sudah terdiskon lebih dari 70% dari harga tertingginya di 2014 lalu. Jika HERO berhasil membuktikan bahwa transformasi yang dilakukan mulai membuahkan hasil, barulah Anda bisa melirik HERO ini nantinya. For now, sepertinya lebih baik diskip dulu…

 

###

Info:

  • Monthly Investing Plan April 2019 sudah terbit. Anda dapat memperolehnya di sini.
  • Cheat Sheet LK Q4 2018 sudah terbit, Anda dapat memperolehnya di sini.
  • E-Book Quarter Outlook LK Q4 2018 sudah terbit. Anda dapat memperolehnya di sini.
  • Jadwal Workshop :
    • Stockademy Value Investing bersama TICMI (Jakarta, 13 April 2019) dapat dilihat di sini.
    • Ultimate Value Investing (Bali, 27 – 28 April 2019) dapat dilihat di sini.
Tags : Transformasi Bisnis HERO | Transformasi Bisnis HERO  | Transformasi Bisnis HERO | Transformasi Bisnis HERO | Transformasi Bisnis HERO  | Transformasi Bisnis HERO  | Transformasi Bisnis HERO  | Transformasi Bisnis HERO  | Transformasi Bisnis HERO  | Transformasi Bisnis HERO
1
Pastikan rekan Investor tidak ketinggalan Informasi ter-update

Subscribe sekarang untuk mendapatkan update artikel terbaru setiap minggunya

reCaptcha v3
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right

2 comments on “Mencetak Kerugian Rp 1.2 Triliun di 2018, bagaimana Upaya HERO Bertahan di Industri Ritel ?

  1. apa mungkin HERO kalah saing dengan kompetitor lain yg lebih modern sehingga membuat revenue kian menurun Pak?
    dan apa dengan restrukturisasi bisnis nanti akan membuat prospek HERO menjadi bagus?

    1. Ada banyak faktor.. Mulai dari kalah saing dengan kompetitor lain baik dalam format hypermarket maupun mini market, serta faktor munculnya e-commerce, dsb.. Sehingga masyarakat sekarang memiliki banyak opsi untuk berbelanja..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *